1. Narumi

18 0 0
                                    

Narumi duduk di bangku kelas 11 IPS 3, menatap jendela yang sedikit buram karena hujan yang mulai turun deras. Suara tetesan hujan yang membentur kaca jendela menjadi teman setianya sepanjang pelajaran. Di luar, langit kelabu menyelimuti sekolah, sementara di dalam kelas, suara guru yang sedang menjelaskan materi ekonomi terdengar seperti bisikan yang jauh.

Narumi bukanlah tipe siswa yang mencolok. Ia cukup pendiam, tidak terlalu suka berbicara banyak, dan lebih sering tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tetapi, ada satu hal yang selalu ada di pikirannya—Nelvin.

Nelvin adalah teman sekelasnya yang cukup populer. Tidak banyak yang tahu bahwa dia adalah orang yang Narumi kagumi sejak awal mereka bertemu di SMA. Meski hanya berada di kelas yang sama, Narumi merasa ada sesuatu yang membuatnya tertarik pada Nelvin. Namun, rasa itu hanya bisa ia simpan dalam hati. Nelvin tidak pernah memperhatikannya secara khusus—dia lebih dekat dengan Gama, sahabatnya, yang tak lain adalah pacar dari sahabat Narumi, Helena.

Helena adalah orang yang sangat Narumi percayai. Mereka sudah berteman sejak kecil, dan meskipun banyak hal yang berbeda antara mereka, Helena selalu bisa memahami perasaan Narumi tanpa kata-kata. Namun, Helena juga tidak tahu kalau Narumi menyukai Nelvin—itu adalah rahasia yang ia simpan rapat-rapat.

Saat kelas selesai, Narumi melangkah keluar dari ruang kelas menuju tempat parkir sepeda. Hari ini adalah salah satu hari hujan yang membuat semua orang merasa malas untuk keluar.

"Narumi, ayo!" Tiba-tiba, suara Helena memanggil dari kejauhan. Helena berjalan cepat mendekatinya sambil menggenggam tas ranselnya.

"Ayo pulang bareng, gue sama Gama mau ke kafe habis  ini. Lu nggak mau ikut?" tanya Helena sambil tersenyum lebar.

Narumi tersenyum kecil. "Gue nggak apa-apa kok, Helena. Lu pergi aja sama Gama, Gue mau jalan sendiri aja hari ini."

Helena mengerutkan kening. " Lu kenapa? tumben banget. Lagi ada masalah?"

Narumi menggeleng. "Enggak, cuma... gue lagi butuh waktu sendiri aja."

Helena menatapnya sejenak, lalu mengangguk, meskipun terlihat ragu. "Okee, kalau gitu. Tapi kalo lu butuh sesuatu, ngomong aja, ya?"

Setelah Helena pergi, Narumi melanjutkan perjalanannya, memikirkan segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Kehidupan sekolah, pertemanannya dengan Helena, dan juga perasaan yang tumbuh pada Nelvin—semuanya terasa seperti sebuah cerita yang tak pernah bisa ia ungkapkan.

Nelvin adalah orang yang biasa saja menurut sebagian besar orang. Dia tidak pernah terkesan seperti orang yang terlalu mencolok, apalagi memiliki banyak perhatian dari cewek-cewek lain di sekolah. Namun bagi Narumi, setiap senyum dan perkataan kecil dari Nelvin cukup untuk membuatnya merasa berharga. Tak jarang, ia melamun memikirkan apa yang akan terjadi jika ia bisa lebih dekat dengan Nelvin.

Namun, ia tahu itu hanya angan-angan. Nelvin lebih banyak menghabiskan waktu bersama Gama, sahabatnya yang selalu ada di sampingnya, dan tidak terlalu menghiraukan keberadaannya. Begitu pula dengan Helena, yang selalu bersama Gama dan hampir tidak pernah mengajak Narumi dalam percakapan yang melibatkan Nelvin.

Di sinilah Narumi merasa seperti seorang pengamat—mengamati Nelvin dari jauh, tetapi tidak pernah bisa menjadi bagian dari kehidupannya.

Namun, hari itu ada sesuatu yang berbeda. Saat Narumi memasuki kelas setelah istirahat, ia melihat Nelvin berdiri di dekat pintu dengan Gama. Mereka tertawa bersama beberapa teman perempuan Nelvin yang masih satu kelas dengannya, dan Narumi merasa seolah-olah ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Rasa cemburu dan kesepian mengalir begitu saja.

"Kenapa gue ngerasain ini?" pikirnya sambil menundukkan kepala, mencoba mengusir perasaan itu.

Di tengah pelajaran yang sedang berlangsung, Narumi merasa matanya mulai berat. Ia merasa sangat lelah dengan segala perasaan yang terkunci dalam dirinya. Lalu, tanpa sengaja, matanya terpejam dan ia terlelap, meski hanya sejenak.

Namun, ketika ia membuka matanya lagi, Narumi merasa ada yang aneh. Waktu seperti terhenti sejenak, dan ada perasaan bahwa dunia ini terasa sangat berbeda. Apa yang baru saja ia alami? Apakah ia baru saja bermimpi?

"Rum... Narumi..."

Narumi perlahan membuka mata. Cahaya yang masuk ke matanya membuatnya sedikit bingung. Narumi mengerjapkan matanya, merasa bingung dengan sekelilingnya. "G... guee dimanaa?" gumamnya pelan.





Sorry kalo gaje yaa, hehehehe...

Ini gue buat cuma buat mengisi hari-hari gue yang gabuttt

KALO RAME LANJUT PART 2

Future? or Dream?Where stories live. Discover now