Narumi terbangun dengan tubuh yang terasa berat. Sekelilingnya gelap, hanya terdengar suara detak jam yang samar. Saat matanya mulai terbuka sepenuhnya, ia melihat sekeliling—ini bukan kamar tidurnya di masa SMA. Ini kamar di masa depan, tempat ia tinggal bersama Nelvin, Yuan, dan Asya.
Ia segera duduk, mengamati tubuhnya yang kembali dewasa. "Aku kembali..." bisiknya, hampir tidak percaya. Tangannya gemetar saat ia menyentuh wajahnya sendiri, merasakan kenyataan yang begitu nyata.
Pintu kamar perlahan terbuka, dan Nelvin berdiri di sana dengan ekspresi cemas. "Narumi? Kamu baik-baik saja?"
Narumi menatapnya, dadanya sesak oleh campuran emosi—lega, takut, dan bahagia. "Nelvin..." ucapnya pelan.
Nelvin segera mendekat, duduk di tepi tempat tidur. "Kamu pingsan seharian. Aku dan anak-anak sangat khawatir. Kamu sakit? Apa kamu perlu ke dokter?"
Narumi menggeleng. "Aku baik-baik saja. Aku hanya... aku rasa aku mengalami sesuatu yang aneh."
Nelvin memandangnya dengan tatapan penuh perhatian, tetapi Narumi tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya. Ia hanya meraih tangan Nelvin dan menggenggamnya erat. "Terima kasih sudah ada di sini."
Narumi mencoba menyesuaikan diri kembali dengan kehidupannya. Yuan dan Asya sangat senang melihatnya bangun dan kembali sehat. Mereka memeluknya erat, membuat Narumi hampir menangis. Ia menyadari betapa berharganya momen ini—sesuatu yang dulu mungkin ia anggap remeh.
Namun, bayangan konflik yang terjadi sebelum ia kembali ke tubuh aslinya masih membayangi pikirannya. Masalah dengan Nelvin dan keluarga mereka belum selesai, dan ia tahu bahwa ia harus menghadapinya.
Malam itu, setelah anak-anak tidur, Narumi dan Nelvin duduk bersama di ruang tamu. Nelvin tampak gelisah, seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Narumi," akhirnya ia berkata. "Aku tahu belakangan ini kita banyak berdebat. Aku... aku ingin kita bisa memperbaikinya, tapi aku juga tidak tahu harus mulai dari mana."
Narumi menatap Nelvin, hatinya penuh dengan rasa bersalah sekaligus harapan. "Aku juga ingin memperbaiki semuanya, Nelvin. Aku sadar selama ini aku terlalu sibuk memikirkan diriku sendiri. Aku lupa bahwa kita ini sebuah tim. Aku ingin kita kembali seperti dulu."
Nelvin tersenyum tipis, meskipun matanya menunjukkan rasa ragu. "Aku juga ingin begitu. Tapi apa kamu benar-benar siap? Aku tahu semua ini tidak mudah untukmu."
Narumi mengangguk tegas. "Aku siap. Aku ingin kita kembali menjadi keluarga yang saling mendukung. Untukmu, untuk Yuan, untuk Asya. Aku tidak akan membiarkan kita hancur."
Nelvin terdiam sejenak sebelum akhirnya menggenggam tangan Narumi. "Kalau begitu, mari kita mulai dari awal."
.
.
.
Hari-hari berikutnya, Narumi berusaha keras untuk memperbaiki hubungan mereka. Ia mulai lebih terbuka dengan perasaannya, sesuatu yang dulu sulit ia lakukan. Ia juga lebih banyak meluangkan waktu bersama anak-anaknya, mendengarkan cerita mereka, dan memastikan mereka merasa dicintai.
Meski tidak semua berjalan mulus, Narumi merasa bahwa perlahan-lahan keluarganya kembali menemukan harmoni.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Narumi masih bertanya-tanya tentang pengalaman aneh yang membawanya kembali ke masa lalu. Apakah itu hanya mimpi, ataukah ada alasan yang lebih besar di balik semua ini?
.
.
.
Suatu malam, ketika ia sedang duduk di balkon, memandang langit malam, suara lembut terdengar di telinganya:
![](https://img.wattpad.com/cover/380256121-288-k353380.jpg)
YOU ARE READING
Future? or Dream?
FantasyBagaimana jika kamu yang pada awalnya tidur di kelas malah terbangun di masa depan? Bingung bukan? Yaaa itu yang dirasakan oleh Narumi yang awalnya tidur di kelas tetapi malah bangun di tubuhnya yang sudah dewasa...