Hari-hari di masa depan mulai terasa lebih teratur, meskipun Narumi masih sering merasa ada sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami. Meskipun tubuhnya sudah dewasa dan ia menjadi istri Nelvin serta ibu dari Yuan dan Asya, kehidupan itu tidak selalu mudah. Konflik yang sebelumnya terjadi dengan Nelvin perlahan mulai mereda, tetapi ada kekhawatiran yang tetap mengendap di hati Narumi, seperti bayang-bayang yang tak bisa ia singkirkan.
Namun, meski ada keraguan yang masih mengganggu, Narumi mulai merasakan sebuah kedamaian yang perlahan tumbuh di dalam dirinya. Ia merasa seolah-olah telah menemukan tempatnya, meskipun ia tidak sepenuhnya yakin apa yang akan datang di masa depan. Hari-hari kecil yang ia lewati bersama keluarganya kini terasa lebih berharga.
.
.
.
Pagi itu, Narumi bangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari pagi menyelinap melalui jendela kamar, memancarkan kehangatan yang lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur, menikmati momen ketenangan sebelum dunia terbangun sepenuhnya. Di sampingnya, Nelvin masih tidur, wajahnya yang tenang memberi Narumi perasaan aman. Dia merasa bisa mengandalkan Nelvin—meski terkadang kehidupan mereka tidak mudah.
Narumi menghela napas panjang dan beranjak untuk menyiapkan sarapan. Yuan dan Asya biasanya bangun lebih siang, jadi ia bisa menikmati waktu beberapa menit sendirian. Saat ia menggoreng telur dan mempersiapkan roti panggang, pikirannya melayang. Ia sudah belajar menerima kenyataan hidupnya yang sekarang. Kehidupan sebagai istri Nelvin dan ibu dari Yuan dan Asya bukanlah sesuatu yang datang tanpa tantangan, tetapi perlahan, ia merasa lebih siap menghadapi apa pun yang datang.
"Ma, aku bangun!" suara Yuan terdengar dari ruang tamu. Tidak lama kemudian, Asya juga ikut bergabung. Wajah mereka yang ceria membuat Narumi tersenyum.
Yuan melompat ke meja makan, mendekat dengan antusias. "Sarapan apa hari ini, Ma? Pasti enak banget!"
Narumi tertawa ringan. "Kalian pasti lapar ya. Hari ini ada telur dadar, roti panggang, dan jus jeruk. Semuanya untuk kalian."
Asya duduk di kursinya dan langsung menyantap sarapan dengan lahap. Yuan juga tidak kalah antusias, sambil bercerita tentang sekolah dan teman-temannya. Momen itu terasa begitu sederhana, namun bagi Narumi, itu adalah kebahagiaan yang luar biasa. Setiap tawa mereka, setiap senyum mereka, mengingatkannya pada apa yang benar-benar berharga dalam hidupnya.
Tak lama setelah itu, Nelvin bergabung di meja makan. Dia terlihat lebih segar setelah tidur yang nyenyak. "Selamat pagi, sayang," katanya sambil menyapa Narumi dengan senyum hangat.
Narumi membalas senyum itu, merasa hangat di hati. "Selamat pagi, Nelvin. Sarapan siap, makanlah."
Mereka semua mulai menikmati sarapan bersama. Narumi merasa ada kedamaian yang semakin tumbuh di dalam dirinya. Meskipun ia tahu bahwa mereka belum sepenuhnya lepas dari masa lalu, hari-hari seperti ini memberinya harapan.
Setelah sarapan, Narumi memutuskan untuk mengajak Yuan dan Asya bermain di taman belakang rumah. Mereka berlari-lari dan tertawa bersama, mengejar bola dan sesekali beristirahat di bawah pohon besar yang rindang. Nelvin bergabung setelah beberapa saat, duduk di bangku taman sambil memantau anak-anak.
"Aku senang melihat kalian bahagia," kata Nelvin tiba-tiba, saat Narumi duduk di sampingnya.
Narumi menatapnya dengan penuh perhatian. "Aku juga. Aku mulai merasa lebih bisa menerima semuanya, Nelvin. Terkadang aku merasa cemas, tetapi aku juga sadar bahwa kita telah melewati banyak hal. Aku ingin kita terus maju."
Nelvin menggenggam tangannya. "Kita akan melewati semuanya bersama. Aku percaya padamu, Narumi."
Narumi mengangguk pelan, merasa kata-kata Nelvin menenangkan hatinya. Ia tahu bahwa meski kehidupan mereka penuh tantangan, mereka berdua bisa menghadapinya bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/380256121-288-k353380.jpg)
YOU ARE READING
Future? or Dream?
FantasyBagaimana jika kamu yang pada awalnya tidur di kelas malah terbangun di masa depan? Bingung bukan? Yaaa itu yang dirasakan oleh Narumi yang awalnya tidur di kelas tetapi malah bangun di tubuhnya yang sudah dewasa...