6. Retak

3 0 0
                                    

Hari itu dimulai kayak biasanya. Yuan sama Asya udah cabut ke sekolah, Nelvin juga udah berangkat kerja. Di rumah, Narumi lagi asik melukis di ruang kerjanya. Melukis udah jadi cara dia buat ngelampiasin perasaan dan ngehubungin diri dia yang sekarang. Tapi, pikirannya tetep aja keganggu sama hal-hal kecil yang nggak bisa dia pahami.

Dia ngelihatin lukisan setengah jadi di depannya, gambaran pemandangan laut yang entah kenapa kerasa akrab banget. Ada sesuatu yang ngeganjel di pikirannya. Apa sih yang sebenernya terjadi sebelum kecelakaan itu? Kenapa semua ingatan soal itu kayak kabur?

.
.
.


Sore harinya, pas Nelvin pulang, Narumi mutusin buat ngomong sama dia. Dia tahu Nelvin sering ngindar kalo topik ini dibahas, tapi kali ini, dia ngerasa udah waktunya buat tahu lebih banyak.

"Nelvin," panggil Narumi pelan sambil duduk di meja makan abis makan malam. "Aku pengen ngomong soal kecelakaan itu. Aku ngerasa... aku perlu tahu apa yang sebenernya terjadi."

Nelvin diem sesaat, matanya ngeliat ke Narumi kayak lagi mikir. "Narumi, aku cuma nggak mau kamu terlalu kepikiran. Tapi kalo kamu bener-bener pengen tahu, aku bakal coba jelasin."

Narumi ngangguk pelan, nunggu dia ngomong. Nelvin ngambil napas panjang sebelum mulai cerita.

"Kecelakaan itu terjadi sekitar enam bulan yang lalu," kata Nelvin pelan. "Kamu lagi nyetir mobil sendirian. Waktu itu, kita... sempet berantem. Sebelum kamu pergi."

Narumi ngeliatin dia dengan tatapan kaget. "Berantem? Gara-gara apa?"

Nelvin geleng-geleng. "Bukan hal gede, tapi cukup bikin kamu kesel. Aku... nyesel banget ngelepas kamu pergi pas lagi emosi. Abis itu, kecelakaan itu terjadi. Kamu koma hampir dua bulan."

Narumi diem. Dia coba nginget sesuatu, tapi pikirannya bener-bener kosong. "Jadi, kita nggak selalu baik-baik aja?"

Nelvin senyum tipis. "Narumi, nggak ada hubungan yang sempurna. Kita juga kadang berantem. Tapi aku cuma pengen kamu tahu, aku sayang kamu. Dan aku pengen semuanya baik-baik aja."

Malam itu, Narumi nggak bisa tidur. Kata-kata Nelvin terus muter di kepalanya. Dia ngerasa ada sesuatu yang masih disimpen, sesuatu yang penting. Perasaan itu makin kuat pas dia buka laci meja di ruang kerjanya. Dia nemuin buku catatan lama miliknya.

Dia buka halaman pertama. Tulisan tangan di situ keliatan familiar, tapi rasanya kayak tulisan orang lain. Catatannya penuh sama pikiran-pikiran tentang keluarga, mimpinya, dan ada juga beberapa halaman yang isinya curhatan.

"Aku takut nggak cukup baik jadi istri dan ibu. Kadang aku ngerasa Nelvin terlalu sibuk, dan aku kesepian. Tapi aku nggak mau nyerah. Aku pengen jaga keluarga ini."

Narumi baca kalimat itu berkali-kali. Rasanya kayak dia lagi kenal sama dirinya sendiri dari sisi yang beda. Perasaan kesepian itu, apa itu yang bikin dia berantem sama Nelvin sebelum kecelakaan?

.
.
 . 


Keesokan harinya, pas Nelvin di kantor dan anak-anak di sekolah, Narumi keluar rumah. Dia jalan-jalan tanpa tujuan, sampe akhirnya berhenti di taman kecil deket rumah. Taman itu tempat dia sering bawa Yuan dan Asya main. Duduk di bangku kayu, dia cuma bisa melamun.

Tapi pikirannya buyar pas denger ada yang manggil.

"Narumi?"

Dia nengok dan liat seorang cewek berdiri nggak jauh dari situ. Cewek itu keliatan ragu-ragu, tapi matanya penuh rasa penasaran. "Kamu inget aku?" tanya cewek itu.

Narumi ngernyit. Dia bener-bener nggak kenal cewek itu. "Maaf, aku... nggak inget."

Cewek itu senyum tipis. "Aku Hana, temen lama kamu. Kita dulu sering ngobrol, apalagi pas kamu lagi pusing soal Nelvin. Aku denger kamu kecelakaan, tapi aku nggak tahu kalo itu ngilangin ingatanmu."

Denger nama itu, Narumi ngerasa ada sesuatu yang nusuk di hatinya. "Kamu kenal aku?"

Hana ngangguk. "Tentu aja. Kita sering ketemu di kafe deket rumah kamu. Kamu cerita banyak soal keluarga, Yuan sama Asya, bahkan soal Nelvin. Kamu bilang kalo kamu sering ngerasa kesepian."

Narumi diem. Rasanya kayak dapet potongan teka-teki yang selama ini hilang, tapi potongan itu malah bikin semuanya makin rumit. "Kenapa aku nggak inget semua itu?"

Hana naruh tangan di bahu Narumi. "Mungkin itu nggak penting lagi sekarang. Yang penting kamu, keluarga kamu, dan gimana kamu ngejalanin hidup ini. Tapi kalo kamu butuh temen buat cerita, aku selalu ada."

Malamnya, Narumi balik mikirin obrolannya sama Hana. Dia mutusin buat ngomong ke Nelvin.

"Nelvin," katanya pelan pas mereka lagi siap-siap tidur. "Aku ketemu Hana hari ini. Dia bilang aku pernah cerita ke dia soal perasaan kesepian dan tekanan jadi ibu. Kamu tahu soal itu?"

Nelvin ngeliatin dia, tatapannya susah ditebak. "Aku tahu, Narumi. Aku tahu kamu kadang ngerasa aku terlalu sibuk, dan aku minta maaf. Aku udah coba berubah sejak saat itu."

Narumi ngerasa hatinya nyesek. "Jadi, kamu tahu aku kesulitan, tapi kita tetep berantem sebelum kecelakaan itu?"

Nelvin nunduk. "Aku manusia, Narumi. Aku bikin kesalahan. Tapi kecelakaan itu bikin aku sadar kalo aku nggak mau kehilangan kamu. Aku sayang kamu, Narumi. Dan aku janji bakal selalu ada buat kamu mulai sekarang."

Narumi ngambil napas panjang. Dia masih ngerasa ada banyak pertanyaan yang nggak terjawab, tapi satu hal yang pasti—dia sayang keluarganya, dan dia pengen berusaha buat semuanya lebih baik, meskipun ingatannya nggak sempurna. "Aku pengen kita sama-sama perbaiki ini, Nelvin. Buat Yuan dan Asya."

Nelvin ngangguk, genggam tangan Narumi. "Kita pasti bisa, Narumi. Sama-sama."










Segini duluu aja yaa....

Up lagi besok guyss..
Jangan lupa kasih bintang...

Future? or Dream?Where stories live. Discover now