7. Semakin Merenggang

4 0 0
                                    

Setelah keputusan Narumi untuk sementara waktu mencari ruang bagi dirinya sendiri, suasana di rumah menjadi tegang. Nelvin mencoba bersikap tenang di depan Yuan dan Asya, tetapi Narumi bisa merasakan jarak yang semakin nyata di antara mereka. Namun, yang membuat semuanya lebih rumit adalah kedatangan sosok yang tak terduga.

"Ada apa, Nelvin?" bertanya

Nelvin menatapnya dengan ekspresi rumit, seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu-ragu. Akhirnya dia berkata, "Kamu ingat Hana?"

Narumi mengangguk. "Tentu. Kenapa?"

Nelvin menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Dia menghubungiku kemarin. Dia bilang ingin bertemu untuk membicarakan sesuatu yang penting."

Narumi mengerutkan kening. "Membicarakan apa? Bukankah aku yang seharusnya bertemu dengannya?"

"Aku juga tidak tahu," jawab Nelvin, mengusap wajahnya dengan tangan. "Tapi dia bilang ini soal kamu... dan aku."

"Narumi," sapa Hana dengan"Aku tidak mengira kamu akan datang."

"Aku dengar kamu menelepon Nelvin," jawabnya"Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Hana terdiam beberapa saat, seolah memilih kata-katanya dengan hati-hati. Akhirnya, ia berkata, "Narumi, aku tahu ini tidak mudah untukmu. Tapi aku merasa ada sesuatu yang harus kamu tahu. Aku dan Nelvin... pernah sangat dekat sebelum kecelakaanmu."

Kalimat itu seperti petir di siang bolong. Narumi menatap Hana dengan tatapan tak percaya. "Apa maksudmu 'dekat'?"

Hana menunduk, menghindari tatapan Narumi. "Kami tidak pernah melakukan sesuatu yang melewati batas, aku bersumpah. Tapi kami sering berbicara, lebih dari sekadar teman. Aku merasa dia memahami aku, dan aku... aku mulai punya perasaan untuknya."

Narumi merasa dadanya sesak. "Dan Nelvin? Apakah dia punya perasaan yang sama?"

Hana mengangkat bahu pelan. "Aku tidak tahu. Dia tidak pernah mengatakan apa-apa secara langsung. Tapi aku tahu dia kesepian, sama seperti kamu. Kami hanya saling berbagi, itu saja."

"Aku dengar kamu bertemu Hana," ucapnya blak-blakan

Narumi menatapnya tajam. "Kenapa kamu tidak pernah cerita soal ini? Tentang 'kedekatan' kalian?"

Nelvin menghela napas panjang. "Karena itu tidak penting, Narumi. Tidak ada apa-apa di antara kami. Aku hanya bicara dengannya saat aku merasa kita tidak bisa saling memahami. Itu salahku, aku tahu."

"Tidak masalah?"tanya Narumi dengan nada tinggi. "Kamu bicara dengan wanita lain tentang masalah kita, dan kamu bilang itu tidak penting?!"

"Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu," balas Nelvin, suaranya penuh penyesalan. "Aku hanya mencoba mencari cara untuk memahami perasaanku. Tapi itu semua sudah berakhir sejak kecelakaanmu. Aku menyadari kamu adalah satu-satunya yang aku inginkan."

Narumi tertawa getir. "Satu-satunya yang kamu inginkan, setelah aku hampir mati? Apa kamu pernah benar-benar melihatku, Nelvin, sebelum semua ini terjadi?"
Nelvin yang mendengar perkataan Narumi hanya bisa terdiam membisu.

.
.
.

Di tengah keheningan malam, Narumi berbisik pada dirinya sendiri, "Aku harus membuat pilihan. Sebelum semuanya benar-benar hancur."

Pertengkaran dengan Nelvin malam itu membuat Narumi tidak bisa tidur. Perasaan marah, kecewa, dan kebingungan berputar dalam pikirannya seperti badai tanpa akhir. Di sisi lain, bayangan Yuan dan Asya yang tidur lelap membuatnya merasa bersalah. Ia mencintai mereka lebih dari segalanya, tetapi situasi ini membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar pantas menjadi ibu dan istri di kehidupan ini.

Future? or Dream?Where stories live. Discover now