Narumi terbangun dengan pikiran yang penuh gejolak. Hari-hari terakhir ini seperti teka-teki yang semakin sulit ia pecahkan. Sosok misterius, suara-suara dari masa depan, dan perasaan kehilangan yang terus menghantui membuatnya sadar bahwa ia harus segera bertindak.
Namun, apa yang sebenarnya harus ia lakukan?
Di sekolah, Narumi merasa jiwanya terpecah. Di satu sisi, ia mencoba menjalani hidup seperti remaja biasa, berbicara dengan Helena dan sesekali tersenyum melihat Nelvin. Di sisi lain, ia terus dihantui kenangan tentang Yuan dan Asya. Bayangan tawa mereka, sentuhan tangan kecil mereka, terasa begitu nyata. Ia tidak bisa melupakan mereka, tetapi ia juga tidak tahu bagaimana caranya kembali.
Saat jam istirahat, Narumi memutuskan untuk berbicara dengan Nelvin lagi. Ia merasa bahwa Nelvin adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya, meskipun ia tahu Nelvin saat ini tidak memiliki kenangan yang sama dengannya.
"Nelvin," panggil Narumi ketika mereka berjalan di lorong sekolah.
Nelvin berhenti dan menoleh. "Ada apa lagi, Narumi? Kamu akhir-akhir ini sering terlihat serius."
Narumi menggigit bibirnya, mencoba menyusun kata-kata. "Kalau aku bilang aku tahu sesuatu tentang masa depan kita, apa kamu akan percaya?"
Nelvin tertawa kecil, tetapi ekspresinya serius. "Kamu aneh sekali belakangan ini. Tapi... aku rasa aku percaya."
Jawaban itu mengejutkan Narumi. "Kenapa kamu percaya?"
Nelvin mengangkat bahu. "Aku nggak tahu. Hanya saja, setiap kali kamu bicara tentang hal-hal seperti ini, rasanya aku harus mendengarkan."
Narumi tersenyum kecil. Mungkin, tanpa disadari, ada koneksi di antara mereka yang melampaui ruang dan waktu.
.
.
.
Malam itu, Narumi kembali mendengar suara misterius. Kali ini lebih jelas dan tegas.
"Narumi, waktumu semakin sedikit. Temukan yang hilang, atau semuanya akan berubah selamanya."
Narumi merasa frustrasi. "Apa yang hilang? Tolong beri aku petunjuk!" ia berteriak ke dalam kegelapan kamarnya.
Namun, suara itu tidak menjawab lagi.
Narumi menghabiskan malam dengan merenungkan semua yang ia alami. Ia menuliskan kemungkinan-kemungkinan di buku catatannya:
Masa depan berusaha berkomunikasi denganku. Ada sesuatu yang harus kuketahui di masa lalu ini. Aku harus memperbaiki sesuatu yang hilang sebelum terlambat.
Namun, ia tidak bisa menemukan jawaban pasti.
Keesokan harinya, Narumi kembali melihat wanita asing itu. Kali ini di depan sekolah. Wanita itu menatapnya dengan tatapan penuh makna, seolah-olah meminta Narumi untuk mengikutinya.
Narumi tidak ragu lagi. Ia berlari mendekati wanita itu. "Tolong, katakan padaku apa yang harus aku lakukan!"
Wanita itu tersenyum. "Kamu tahu jawabannya, Narumi. Yang hilang ada di hatimu. Pahami itu, dan segalanya akan menjadi jelas."
"Aku tidak mengerti. Yang hilang? Maksudmu keluarga masa depanku? Nelvin? Yuan? Asya?"
Wanita itu tidak menjawab, hanya tersenyum sebelum berbalik dan menghilang di kerumunan.
Narumi merasa putus asa. Namun, di dalam hatinya, ia mulai menyadari sesuatu. Mungkin "yang hilang" bukanlah sesuatu yang fisik, melainkan perasaan atau pemahaman yang lebih dalam tentang hidupnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/380256121-288-k353380.jpg)
YOU ARE READING
Future? or Dream?
FantasyBagaimana jika kamu yang pada awalnya tidur di kelas malah terbangun di masa depan? Bingung bukan? Yaaa itu yang dirasakan oleh Narumi yang awalnya tidur di kelas tetapi malah bangun di tubuhnya yang sudah dewasa...