Narumi tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang ia rasakan sejak malam itu. Cahaya bulan yang tak biasa dan suara yang memanggil di dalam pikirannya terus terngiang-ngiang. Ia merasa seperti ada sesuatu yang sedang mendesaknya untuk menemukan jawaban, namun ia tak tahu apa atau bagaimana.
Hari-hari berlalu, dan Narumi mulai menjalani rutinitasnya di rumah ibunya. Yuan dan Asya terlihat semakin ceria meskipun masih sesekali bertanya kapan mereka akan kembali ke rumah mereka dulu. Narumi hanya tersenyum, mengalihkan perhatian mereka dengan cerita-cerita lucu sebelum tidur.
Namun, di dalam dirinya, Narumi tahu bahwa ia tidak bisa terus seperti ini. Ia harus membuat keputusan, baik untuk dirinya maupun untuk masa depan anak-anaknya.
.
.
.
Pada suatu sore, saat Narumi sedang membereskan mainan Yuan di ruang tamu, ia menemukan album foto lama yang tersembunyi di dalam lemari tua. Album itu dipenuhi foto-foto masa mudanya bersama teman-temannya, termasuk Nelvin. Ia membuka satu halaman dan melihat foto mereka berdua di acara perpisahan SMA—saat semuanya terasa begitu sederhana dan penuh harapan.
Ia mengusap foto itu dengan ujung jarinya, matanya memanas. "Apa yang terjadi pada kita?" gumamnya.
Tak lama, ibunya masuk ke ruang tamu dengan secangkir teh. "Narumi, kamu baik-baik saja?" tanya ibunya lembut.
Narumi mengangguk kecil, lalu mengangkat foto itu. "Bu, apa menurut Ibu... seseorang bisa mengubah takdirnya?"
Ibunya duduk di sampingnya, menghela napas panjang sebelum menjawab. "Takdir itu seperti jalan yang bercabang, Nak. Setiap keputusan yang kita buat membawa kita ke jalur tertentu. Tapi kita tidak bisa mundur untuk memilih jalan lain. Yang bisa kita lakukan adalah menjalani apa yang ada di depan kita dengan sebaik-baiknya."
Kata-kata itu membuat Narumi terdiam. Bagaimana jika ia benar-benar bisa memilih jalan lain? Apakah ia akan tetap menikahi Nelvin? Apakah ia akan tetap memiliki Yuan dan Asya?
.
.
.
Malam itu, Narumi terjaga lebih lama dari biasanya. Ia duduk di dekat jendela, memandangi langit malam yang cerah. Bulan purnama bersinar terang, seperti malam ketika ia mendengar suara aneh itu.
"Kalau aku benar-benar punya kesempatan untuk kembali... apa aku harus mengambilnya?" bisiknya.
Tiba-tiba, angin dingin berhembus melalui celah jendela, membuat tubuhnya merinding. Seketika, Narumi merasa pusing. Dunia di sekitarnya mulai berputar, dan pandangannya mengabur. Ia mencoba berdiri, tetapi tubuhnya terasa berat.
"Ini... apa yang terjadi?"
Seketika, ia merasa tubuhnya terlempar ke dalam kegelapan. Saat ia membuka matanya, Narumi mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang aneh. Cahaya putih menyelimuti sekitarnya, dan ia berdiri di tengah lingkaran bercahaya yang memantulkan bayangan dirinya.
Di hadapannya, muncul sosok samar seorang wanita berjubah putih. Suaranya lembut tetapi tegas.
"Narumi, kau memiliki pertanyaan di hatimu. Kau ingin tahu apakah hidupmu bisa berbeda, bukan?"
Narumi tertegun. "Siapa... kau? Apa ini mimpi?"
Sosok itu tersenyum samar. "Aku adalah penjaga takdir. Kau dipanggil ke sini karena semesta mendengar pergulatan hatimu. Kau bertanya-tanya apakah kau bisa mengubah masa lalu untuk memperbaiki masa depan."
Narumi menelan ludah. Semua ini terasa terlalu nyata untuk sekadar mimpi. "Jadi... aku benar-benar bisa kembali ke masa lalu?"
"Bisa," jawab sosok itu. "Tetapi ada harga yang harus kau bayar. Setiap perubahan yang kau lakukan akan membawa konsekuensi. Apakah kau siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi?"
![](https://img.wattpad.com/cover/380256121-288-k353380.jpg)
YOU ARE READING
Future? or Dream?
FantasyBagaimana jika kamu yang pada awalnya tidur di kelas malah terbangun di masa depan? Bingung bukan? Yaaa itu yang dirasakan oleh Narumi yang awalnya tidur di kelas tetapi malah bangun di tubuhnya yang sudah dewasa...