ch 14 : bisakah kita saling terbuka? (2)

149 18 5
                                    

"Kenapa dia seperti ini?" Jisoo mengusap wajahnya lelah.

Soobin mengalihkan pandangannya pada Beomgyu yang masih menyelam alam bawah sadarnya yang tampak damai. Hidungnya terpasang nasal kanula, sementara tangannya diinfus. Hembusan napasnya stabil, tampak tak ada yang salah. Namun mengapa Beomgyu belum juga bangun hingga saat ini? Terhitung sudah 7 jam semenjak pemuda itu membuat mereka semua heboh.

"Kudengar dia bertengkar dengan Yeonjun hyung tadi, hyung," Soobin merendahkan suaranya.

"Dimana kau saat itu? Kenapa kau tak memisahkan mereka? Kau leader mereka,"

Mendengar kata 'Leader' itu seolah menuntutnya dan membuat bebannya memberat. Soobin selalu terganggu ketika tuntutan leader itu memberat ketika terjadi masalah. Andai saja ia bisa menjaga kondisi para anggotanya tetap aman, mungkin tak akan ada yang terjadi.

"Saat itu aku memanggil Gilbert ssem untuk mengevaluasi kami, aku tak tau-"

"Dimana Yeonjun sekarang?" Bahkan Jisoo tak lagi mendengar penjelasan lengkapnya. Sepertinya ia benar benar mengecewakan manajer mereka.

"Di luar hyung," Soobin menunduk tak berani menatap raut Jisoo yang tak bersahabat. Leader itu hanya berharap amarah manajernya segera mereda. Karena hanya Jisoo yang mereka andalkan untuk bertahan dari segala peraturan dan jadwal menyesakkan yang diatur perusahaan. Dengan Jisoo nim, mereka bisa menyampaikan keluh kesah mereka. Jadi Soobin merasa bersalah ketika melihat raut manajernya yang kecewa.

Soobin mendengar pintu ruang rawat yang beradu. Jisoo telah keluar, mungkin hendak menemui Yeonjun meminta penjelasan. Hembusan napas kecil keluar dari mulut Soobin-mungkin hembusan lega karena sedikit ketegangan telah berkurang. Ia memilih duduk di sebelah hospital bed Beomgyu.

Memegang tangannya yang sedikit dingin lalu mencoba menghangatkannya. Banyak hal yang terjadi belakangan ini. Seperti mereka semua sedang diuji dan itu membuat Soobin takut jika debut mereka gagal lagi. Jika mereka gagal kali ini, Soobin tak yakin bisa menghadapi JangPD dengan mudah.

"Apa yang salah denganmu Beomgyu?" Lirih Soobin sambil menatap raut itu tak mengerti. Ia mendengar dari Yeonjun sebelumnya jika tertua itu hanya memukul Beomgyu sekali. Apa mungkin seseorang bisa tumbang dengan satu kali pukulan? Entahlah, Soobin tak pernah mencicipi pukulan Yeonjun.

Terdengar pintu berderit terbuka. Seorang pria berjas putih menyapanya dengan bahasa asing. Meski Soobin tak fasih dalam bahasa Inggris, tapi ia dapat memahami beberapa kata sederhana. Dokter itu kira kira bertanya mengenai kondisi Beomgyu.

"No. My friend hasn't woken up since earlier. Did something happen?" Soobin menggunakan bahasa inggrisnya dengan logat korea. Terdengar lucu, tapi untunglah dokternya mengerti.

("Tidak. Temanku belum bangun sedari tadi. Apa terjadi sesuatu?")

"We only checked his vital conditions beforehand. It looks like we need supporting examinations such as an MRI and CT Scan to examine his head. But before that i asked to fill out the Informed Consent Form. May I know who the patient's guardian is?"  Dokter itu membalikkan beberapa kertas miliknya dan meletakkannya pada ujung hospital bed milik Beomgyu. Kertas itu berisi pemeriksaan vital Beomgyu untuk sementara waktu. Dengan kesibukannya. Ia tak memperhatikan raut bingung Soobin yang mencoba mencerna tiap ucapan dokter yang berbahasa asing itu.

("Kami hanya memeriksa kondisi vitalnya sebelumnya. Sepertinya kami membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti MRI dan CT Scan untuk memeriksa kepalanya. Tapi sebelum itu saya meminta Formulir Persetujuan Tindakan. Boleh saya tau siapa walinya?")

"Ct Scan? Informed Consent Form? Sorry, i don't understand,"  Soobin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Andai ada Hueningkai, Taehyun atau Yeonjun di sini, pasti mereka akan sangat membantu. Di grupnya, hanya ia dan Beomgyu yang kurang fasih berbahasa inggris.

One DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang