Awalnya aku mau up sabtu, tapi aku selingkuh nulis Arash, jadilah ngaret sampai senin, semoga kalian masih setia nunggu Agnor
Happy reading ✨️
Bab ini berisi kekerasan, please be wise 📍
Kasus Malika dan Felix berakhir damai.
Jujur saja, Malika tak terima. Namun, di sisi lain, ia mengerti mengapa Satria dan ayahnya memilih menyelesaikan kasus dengan surat perjanjian yang menyatakan: Felix tak akan pernah lagi menemui Malika.
Untuk mengajukan tuntutan agar bisa masuk ke persidangan, perlu waktu, tenaga dan uang yang tidak sedikit. Dengan mempertimbangkan Malika sebagai mahasiswa semester akhir, serta kehidupan sosial yang mungkin akan menyalahkannya karna ke luar sendiri malam-malam, mereka sepakat menutup kejadian malam itu rapat-rapat.
Padahal Malika sudah sakit, bahunya lebam, kakinya terkelupas dan membiru. Ia masih harus berjuang? Bahkan keluarga Felix berencana mengajukan tuntutan balik.
Semuanya melelahkan.
"Seharunya gue gigit aja telinganya sampai putus." Dua hari sudah berlalu, rasa kesal akan kelakuan brengsek si setan Felix masih terbawa sampai sekarang. Terlebih ketika bersantai, Malika akan teringat Felix dan memaki. "Seharusnya gue patahin aja semua jari-jarinya."
"Seharusnya kamu tendang juga asetnya sampai pecah, Mal. Duh, emosi mama."
Gita—ibu Malika bergabung ke ruang tengah dengan membawa sekeranjang baju kusut untuk disetrika. "Ngapain kamu makan jeruk malam-malam, Pi?"
Bocah kelas satu SD itu menoleh pada sang ibu. "Bukan aku yang makan, Ma. Ini buat Kak Malika."
Gadis duduk berselonjor di atas sofa panjang itu langsung menyahut. "Bukan aku yang nyuruh, dia sendiri yang nawarin. Jadi, mana mungkin aku tolak."
"Beneran, Pi?"
Rafie mengangguk, kemudian menyerahkan jeruk kupasannya pada Malika. "Iya, Ma."
"Ya sudah, jangan makan banyak-banyak nanti sakit perut."
Malika bernapas lega. Untung niat menyuruh-nyuruh adiknya tidak kambuh malam ini, jadi untuk sekarang ia selamat dari omelan ibunya.
"Tumben, Mama nyetrika sendiri, biasanya diantar ke laundry."
Dengan mulut masih sibuk mengunyah jeruk, Malika turun perlahan ke atas karpet. Mengambil bantal sofa dan tiduran di sana. Sengaja agar lebih dekat degan posisi ibunya. "Habis ini stop ngupas jeruknya, Pi. Gue kenyang."
"Mama lagi mood nyetrika." Gita mulai memilah-milah baju sejenis untuk disetrika lebih dulu. "Mama juga mau nanya ke kamu, Felix nggak ada ngehubungin kamu lagi, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paduka Agnor (21+)
RomanceWARNING** cerita ini memuat adegan dewasa, kekerasan, kata-kata kasar, dan perbucinan. Please be wise *** Agnor Melviano lebih cocok disebut malaikat maut alih-alih malaikat penolong. Namun, bagi Malika yang hidupnya di ujung tanduk, meski Agnor ma...