WARNING** cerita ini memuat adegan dewasa, kekerasan, kata-kata kasar, dan perbucinan. Please be wise
***
Agnor Melviano lebih cocok disebut malaikat maut alih-alih malaikat penolong. Namun, bagi Malika yang hidupnya di ujung tanduk, meski Agnor ma...
Ketemu lagi kita, Selamat bertemu Agnor dan Malika 🔥
📍500 vote dan 170 komen untuk next part📌
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dalam hidup Malika, tak pernah terpikir olehnya akan diselingkuhi. Ia tahu selalu ada kemungkinan dalam hidup, tapi tak menyangka kalau dirinya akan menjadi salah satunya.
Apa yang kurang darinya?
Kurang mengertikah? Kurang baikkah? Kurang cantikkah?
Pertanyaan itu terus berputar seperti kaset rusak, semakin ia pikirkan semakin banyak ia mencari kekurangan dirinya. Namun, dalam pencariannya, Malika sadar. Ia memang punya kekurangan, dan kekurangan paling fatal adalah ia salah menaruh hati. Ia menaruh harapannya pada orang yang salah.
Rasa sakit hati itu perlahan-lahan berubah menjadi amarah bercampur jijik. Kalau ia menuruti egonya, dua orang menjijikkan itu sudah ia hajar habis-habisan. Peduli setan dengan aturan. Pengkhianat harus dihukum, kan?
"Kalau kamu dipukul, jangan diam. Balas, sesakit ia menyakiti kamu."
Begitu ajaran ayahnya. Nasehat masa kecil itu terus ia tanamkan hingga ia dewasa. Namun setelah dewasa, ia sadar manusia hidup terikat dengan aturan. Malika tak bisa berbuat sesukanya. Maka, Malika belajar mengatur emosi, belajar mengendalikan diri. Ternyata, sabarnya dibalas lemparan kotoran seperti ini.
Diselingkuhi adalah 'pencapaian' menjijikkan. Malika membenci dua orang yang membuatnya mendapatkan satu kata itu.
Bagaimana ia harus membalasnya? Malika memikirkan itu berhari-hari, hingga tanpa sadar sebulan berlalu. Dengan kesibukan sebagai mahasiswa semester akhir, pikirannya terbagi. Ia punya prioritas lain dibanding memikirkan cara balas dendam. Namun rupanya, ketika ia mengabaikan, kelakuan menjijikkan itu semakin tumbuh subur tanpa tahu diri.
Felix tai kucing
Ay, besok jadi ke cafe yang di seberang klinik itu ga?
Malika
Sorry ya, ay. Aku baru aja mau ngabarin kamu kalo aku ga bisa, sorry ya.
Aku besok pagi mau ngerjain program sama Iren, tapi kalau sore sudah selesai yang mau dikerjain. Mau ketemuan sore ga?
Felix tai kucing
Boleh, kabarin aja ya, aku selalu bisa kok
Semangat ngerjain programnya, Sayang.
"Huek!"
Malika membalas pesan itu dengan rasa jijik tak tertahan. Sebagaimana Felix bersandiwara, Malika pun juga bisa.
Sebenarnya, besok ia tak ada janji dengan Iren. Mereka perlu refresh otak dari memikirkan program yang tak selesai-selesai. Harapan mereka satu-satunya menolak, jadi mereka memutuskan mengambil jeda. Mari lupakan program untuk sejenak, Malika punya hal lain untuk diurus.