Bab 4. Luruh

29K 2.1K 279
                                        

Buat yang nungguin, maaf ya kemaleman 😭

📌Next part? 500 vote dan 170 komen 📍

"Permintaan lo ada di kantong jaket gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permintaan lo ada di kantong jaket gue."

Suasana lapangan tembak sore itu cukup sepi, Agnor yang telah memakai perlengkapan sempurna, lengkap dengan earplug dan kacamata safety, lihai memasukkan peluru ke dalam pistol.

"Gue juga punya bonus. Gue pastikan lo menang dalam sidang kali ini."

Senyum Jonathan terbit lebar. Hal paling ia sukai dari Agnor adalah kepercayaan dirinya, walau kadang nyerempet sombong. Namun, tak akan ada yang berani protes dengan kesombongan Agnor. Termasuk ia sendiri.

"Dilihat dari nada bicara lo, ada hal yang menarik dengan targetnya ya?"

Agnor membidik papan target, senyum separuhnya terbit. "Ya, sampai-sampai gue mau ngelubangin kepalanya."

Raut santai Jonnathan menghilang, itu ancaman serius. Agnor tak pernah main-main soal ancaman. "Thanks, bantuannya. Serahin sisanya ke gue, gue bereskan di pengadilan."

"Sudah seharusnya." Tangan Agnor hanya mengambang di udara, belum benar-benar ingin menembak. "Kalau nggak bisa tuntas jalur hukum, lo bisa hubungi gue lagi. Gue bantu."

Agnor sama sekali tak berpikir kalau dokter yang ia mata-matai selama tiga hari, ternyata melakukan hal illegal, memberi painkillers golongan narkotika ke pasien. Dan menjadikan itu sebuah bisnis.

Tentu saja Agnor meradang, ingin rasanya ia ambil pisau-pisau di ruang dokter itu dan memotong tangannya. Namun, Jonathan tak meminta hal itu padanya. Jadi, dengan amat sangat terpaksa. Agnor biarkan.

"Tentu. Thanks."

Memiliki Agnor di belakang layar firma hukum keluarga mereka adalah anugerah, namun juga bisa menjadi senjata makan tuan. Salah bertindak sedikit, puluhan rahasia yang Agnor kantongi bisa menjadi bom waktu menggemparkan public. Jonathan tak berniat main-main, bahkan Ayahnya yang masih menjabat sebagai pimpinan tertinggi di Xiphos Law Firm tak berkutik.

"Siap, Bang?"

Jonathan buru-buru mengumpulkan fokus yang sempat terpecah akibat memikirkan fakta menarik apa yang Agnor dapatkan. Ia ingin cepat kembali ke kantor dan melihat kejutan dari Agnor.

"Oke. Siap."

Kakak beradik itu fokus ke depan, mengangkat pistol, membidik sasaran tembak.

"Fire!"

Dor! Dor!

Suara tembakan terdengar menggema setelah perintah. Keduanya tak mengalihkan sedikit pun fokus dari target, saling berlomba menjadi yang pertama.

"Fire!"

Dor! Dor!

Setelah tembakan ke empat barulah Agnor menurunkan pistolnya. Memeriksa pistol, pelurunya telah habis. Demikian pun Jonathan, kedua berjalan menuju bidikan masing-masing.

Paduka Agnor (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang