Bab 14. Cara Menenangkan Malika

9.4K 1.6K 1.5K
                                    

Nggak tahu mau ngasih judul apa

Malam banget ya 🤣

Happy reading semuanya

Typo? Nanti aku perbaiki lagi, mata aku sepet banget soalnya

🖇1,18k vote + 900 komen untuk next part 📌

"Gue curiga habis wisuda lo bakal nikah sama Agnor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue curiga habis wisuda lo bakal nikah sama Agnor."

"Kecurigaan macam apa itu?"

Sidang proposal skripsi Iren telah selesai setengah jam lalu. Sekarang Malika tengah duduk bersantai di gezebo kampus dengan menikmati roti bersama Iren dan teman-temannya yang lain—yang sibuk berfoto tak jauh dari tempat Malika dan Iren duduk.

Seharusnya Malika bisa langsung pergi ke apartemen Agnor sekarang. Namun, gadis itu sengaja mengulur waktu agar bisa berleha-leha lebih lama.

"Ya lo liat aja sekarang, lo sama Agnor kaya orang pacaran. Eh bukan pacaran, suami istri maksud gue. Nggak tinggal serumah doang. Suami istri paruh waktu judulnya." Iren memasukkan proposal skripsi yang penuh dengan coretan revisi ke dalam totebag.

"Ngarang!"

Meski Malika telah mengatakan alasan masuk akal dibalik dirinya yang setiap hari mengantar makanan ke apartemen Agnor. Tetap saja, Iren tak bisa untuk tak menaruh curiga.

"Lo pernah mikir nggak Mal. Agnor yang begitu, nggak akan mungkin dengan suka rela narik elo masuk ke kehidupan pribadinya, apalagi ngasih atmnya ke elo, kalau dia nggak ada rasa sebelumnya ke elo."

Bagaimana pun Iren mencoba memikirkannya, terlepas dari simbiosis mutualisme antara Agnor dan Malika. Rasanya tetap tak masuk akal.

"Maksud gue ya Mal. Agnor ini, dia bisa nyewa chef pribadi, atau langganan katering tiap hari tanpa nyuruh elo buat masakin dia. Selama ini dia nggak ngelakuin itu, karna dia nggak mau doang. Udah."

Iren memperbaiki duduknya. Lamat menatap Malika yang juga mulai berpikir. "Sepengamatan gue ya ... ya walaupun gue pernah ketemu Agnor bisa dihitung jari, terus gue gabungin sama cerita elo yang bilang Agnor sukanya sarapan telor dadar ala kadarnya. Dia ini tipe orang yang makan cuman buat menyambung hidup doang. Dia nggak peduli dia makan apa yang penting kenyang. Padahal dia bisa bayar chef pribadi atau catering tiap hari, tapi dia nggak mau. Ya karna nggak mau aja."

"Iya juga ya ... padahal masakan gue begitu-begitu doang perasaan."

Iren menggeleng tak setuju. "Masakan lo enak banget, gue akui. Cuman maksud gue, kenapa Agnor yang setertutup itu, mau lo suka rela masuk ke kehidupannya. Masakin dia tiap hari, ngeladenin chating random lo, dan suka rela ngasih space buat lo di apartemennya dia. Lo mikir nggak sih, Mal?"

Paduka Agnor (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang