Bab 5. Jungkir Balik Dunia Malika

8.7K 1.1K 418
                                    

Gw tahu cerita gw seru, tapi tidak untuk dijadikan bahan plagiat juga eyeewh jijiq 💩💅 Gw doain lu nggak bisa berak satu taun
💩

📍550 vote dan 210 komen untuk next part📌

📍550 vote dan 210 komen untuk next part📌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kacau, Malika kacau se kacau-kacaunya.

Bukan, ini bukan lagi perkara dia telah putus dengan Felix. Bukan juga perkara ia yang harus menjelaskan alasan ia menangis pada keluarganya.

Semua itu beres dengan sebuah kebohongan.

"Nggak papa, cuman lagi capek, terus tadi ketemu orang kurang ajar ngeselin. Eh, sampai di rumah mau nenangin diri, Bang Satria malah cari gara-gara. Aku kesel, aku capek. Bang Satria nyebelin!"

Itu tidak sepenuhnya bohong, Malika memang bertemu orang kurang ajar, sebut saja namanya Felix bajingan brengsek eek kuda. Malika menyesal tak menghadiahkan satu tinju di wajahnya.

"Orang kurang ajar siapa? Di mana? Kamu ga papa, kan?"

Semua cercaan pertanyaan-pertanyaan setelahnya juga teratasi dengan baik, hanya saja ...

"Sudah dulu nangisnya, katanya mau belajar sama Agnor? Tuh udah ditungguin."

Benar, seharusnya Malika belajar dengan Agnor tadi malam, yah memang seharusnya begitu. Andai dia tak membuat kekacauan baru setelah menangis-nangis tak tahu malu di depan rumah, ditonton teman-teman Satria pula.

Malu coy!

"Udah mendingan? Atau nggak jadi aja?"

Itu pertanyaan Agnor ketika Malika selesai mencuci muka, make up tipis-tipis dan turun menemui Agnor yang telah duduk manis di ruang tamu bersama ibu dan ayahnya.

Jaket kulit Agnor telah dilepas, menyisakan kaos hitam lengan pendek, rambut panjang sedikit ikal itu ia kuncir, tersenyum menyambut kedatangan Malika.

Malika tahu senyum itu hanya formalitas di depan orang tuanya. Setelah orang tuanya meninggalkan mereka, wajah ramah murah senyum itu lenyap begitu saja.

"Sebentar, jangan duduk dulu."

Apalagi?! Ada masalah apa lagi sampai-sampai Malika belum boleh duduk?

"Kenapa? Jadi, kan?"

Malika telah siap dengan buku, pulpen dan laptop, masa tidak jadi? Ia benar-benar akan menangis lagi kalau Agnor membatalkan janji mereka.

"Kita tunda aja, nanti gue kabarin lagi."

"Lah? Jangan seenaknya batalin janji dong!" Malika dengan cepat menghalangi Agnor yang telah bangkit dari duduknya. "Lo nggak liat gue udah bawa laptop, buku, sama pulpen? Jangan kaya dosen gue lah suka ngilang-ngilang."

Agnor tak mendengarkan, ia meraih jaketnya, menyampirkan pada bahu sebelah kiri kemudian menggeser tubuh Malika agar tak menghalangi jalannya.

"Agnor."

Paduka Agnor (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang