Bab 6. Pembimbing Pribadi

15.9K 1.5K 378
                                    

Kangen??

Seharusnya up senin, tapi ada satu dua hal, jadi aku tunda ke selasa. Makasih yang sudah memaklumi dan sorry telat 😭

Kalau ada typo kelewat, tandai aja ya, nanti aku perbaiki 💓

📌650 vote dan 300 komen untuk next part📍

📌650 vote dan 300 komen untuk next part📍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo biseksual ya, Mal?"

Apakah Agnor tak tahu Malika berlagak suka dengan kaum sejenis karna siapa? Karna Agnor!

Kalau bukan karna kehabisan ide, mana mungkin ia ber-acting seperti itu. Hanya itu satu-satunya cara yang menurut Malika ampuh, dibanding bertingkah seperti perempuan cemburuan dan mengamuk pada Veronica. Sungguh bukan Malika sekali. Menguras tenaga dan mengundang perhatian.

Tatapan maut Malika hanya mendapat kekehan dari Agnor, perhatian lelaki itu kemudian jatuh pada parkiran cafe tempat Veronica tengah berlari ke luar sambil menelepon. Sesekali ia akan menoleh ke lantai dua cafe tempat Malika dan Agnor duduk. Iseng, Malika melambai, tak lupa memberikan ciuman jarak jauh hingga Veronica bergidik dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil sedan yang telah menjemputnya.

"Lo—" Agnor tertawa, speechless. "Boleh juga."

Semudah itu Malika mengusir Veronica. Padahal Agnor frustasi karna perempuan gila itu selalu menempel padanya. Namun, Malika ... semudah itu?

Benar ternyata, kalau ingin mengusir orang gila, kita harus mendatangkan seseorang yang lebih gila lagi. Dalam hal ini, Malika adalah pilihan yang tepat.

"Lo, mau nambah job nggak?"

"Nggak!" Malika menjawab tanpa berpikir. Ia sudah riweh dengan skripsi dan bisnis online shop-nya, jangan menambah beban dengan menerima pekerjaan ilegal dari Agnor.

"Dari pada lo nawarin gue job nggak jelas, mending lo bantuin gue buat ERD, lo udah janji tadi."

Malika mengeluarkan laptop, buku catatan dan pulpen dari dalam tas. Abaikan kejadian sebelum ini, mari fokus pada rencana masa depan. Ia harus lulus tepat waktu.

Baiklah, Agnor mengalah. Ia mengepinggirkan kopi dan piring berisi roti, menaruh sepenuhnya perhatian pada Malika. "Program yang lo buat berbentuk website?"

"Iya."

Jantung Malika mulai berbuat ulah, jangan gugup please .. jangan gugup.

"Berarti lo nanti ngoding pakai bahasa apa?"

Duh! Beneran berasa bimbingan, bedanya ini bukan dengan dosen beneran tapi dosen abal-abal. Kabar buruknya lagi, dosen abal-abal ini bisa lebih killer dari pada dosen pembimbing Malika.

Paduka Agnor (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang