Brak!
Neil menggebrak meja di depannya. Ia menyisir rambutnya dengan tangan gemetar, mencoba meredam amarah dan frustasi yang memenuhi kepalanya. Memikirkan Regis seolah membuat kepalanya akan pecah. Ia ingin membantu, tetapi sikap keras kepala itu... Membuat segalanya menjadi sulit.
Pikirannya kembali pada percakapan mereka sepuluh menit lalu. Setiap kata masih terngiang, seakan percakapan itu sedang terjadi saat ini juga.
...
"Aku orang Frost," ucap Regis, nada suaranya lebih tegas dari yang pernah didengarnya.
"Tadi kau mengelaknya," Neil tertawa sedikit, tangannya mengetuk meja dengan pelan, "Dan sekarang, kau mengakuinya?"
Regis hanya diam, namun Neil dapat merasakan kekesalan dari wajahnya.
"Jadi, kau setuju dengan rencanaku?" Neil bertanya, kedua tangannya kini terlipat di depan, tatapannya langsung tertuju pada lawan bicaranya.
Regis tidak membalas, tetapi wajahnya terukir sebuah senyuman tipis. "Mau lihat suatu trik?"
Neil menaikkan alisnya. Ia tertarik dengan apa yang ingin diperagakan oleh Regis. Apa lagi yang ingin orang itu lakukan untuk mengelak kenyataan yang sudah jelas?
Dengan gerakan pelan, Regis mengeluarkan orb sihir dari jaketnya, memperlihatkan bahwa orb itu terisi penuh dengan sihir. Ia menutup orb itu dengan kedua tangannya, lalu membuka perlahan, menciptakan kupu-kupu sihir berwarna putih yang terbang di udara sebelum lenyap.
Neil tersenyum mengejek. Apa yang dipikirkan Regis dengan trik sederhana seperti ini? "Itu teknik dasar sihir."
Regis menyodorkan orb itu ke arah Neil, "Salah. Kalau aku penyihir, energi di orb ini tidak akan berkurang."
Neil memeriksa orb itu. Sihir di dalamnya memang tampak bebas bergerak. Namun, ia tak mendapat maksud dari hal itu.
"Poinmu?" tanya Neil, bada suaranya semakin tajam.
"Aku bukan penyihir. Aku seorang meaver dari kota Frost," jawab Regis sambil menggenggam orb itu lebih kuat.
Duar!
Orb itu meledak di tangan Regis, pecahan orb dan loncatan sihir terlepas dari tangan itu. Cairan merah segera menetes dari telapak tangan Regis. Neil langsung berdiri, panik dan bingung, "Lepaskan orb itu!"
Orb itu jatuh ke lantai beserta darah menetes mengotorinya. Neil menarik telapak tangan itu dan mendecakkan lidahnya, "Apa yang kau pikirkan?! Mengapa kau melakukan hal gila ini?"
Regis menatapnya dengan dingin, "Apa sekarang kau percaya bahwa aku meaver Frost?"
Neil menatap Regis dengan tatapan tajam, "kau melakukan semua ini hanya demi alasan itu? Justru kau menunjukkan kalau kau adalah penyihir!"
Regis mengernyitkan dahinya, "Mengapa aku harus menjelaskan semuanya kepadamu? Orang Frost dapat mengendalikan sihir tanpa bantuan alat sihir."
"Itu tidak menjelaskan mengapa orb itu meledak."
"Ada dua cara meledakkan alat sihir," ucap Regis, "Dengan menambah energi atau memperkecil wadahnya."
Neil menatap dalam-dalam, mencari apa yang sedang ada di pikiran lawan bicaranya. Apa memang Regis benar-benar ingin mengelabuinya dengan mengatakan itu?
"Kalau seorang meaver bisa memasukkan sihir ke dalam alat itu, maka ia seorang penyihir," balas Neil.
"Aku tidak menambahkannya," Regis mengambil kembali orb yang sudah rusak itu, "Aku hanya menekan sihir di dalamnya sampai meledak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbound
FantasíaSelama 3 tahun ia berada di kelas ini, Regis tak pernah merasa hidupnya seperti tokoh utama. Ia bangun, sekolah, dan kembali pulang setelah matahari sudah terbenam. Namun, semua itu berubah sejak murid-murid baru itu masuk ke kelasnya. * "Kau seoran...