Sudah dua minggu Evelyn berada di ruangan penyiksaan milik Gabriel. Meski setiap hari Gabriel menyiksanya, Evelyn sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda dirinya kesakitan. Bahkan dia seperti orang yang sangat menikmati siksaan yang diberikan oleh Gabriel.
Gabriel kembali memasuki ruangan penyiksaan yang diikuti oleh Tyler. Mendengar ada yang memasuki ruangan tersebut, Evelyn mendongakkan kepalanya dan memfokuskan pandangannya yang kabur kepada pria tinggi itu.
Evelyn masih dalam posisi di borgol, berdiri pada tiang di atasnya. Borgol itu hanya beberapa kali dibuka. Hanya ketika Evelyn ingin buang air saja, itupun hanya sekali dua hari. Karena Evelyn hanya diberi makan satu buah roti dan sedikit air per harinya. Atau bahkan tidak sama sekali. Masih suatu keajaiban Evelyn bisa hidup sampai sekarang.
Gabriel duduk di sebuah kursi yang berada di hadapan Evelyn, kemudian memandang tubuh dan wajah Evelyn yang dipenuhi oleh luka serta darah kering.
"Apakah itu menyenangkan?" Suara dingin dan berat Gabriel memenuhi ruangan sunyi itu.
"Lumayan menyenangkan," jawab Evelyn sambil menyunggingkan senyum miring, lebih tepatnya tersenyum mengejek. Hal itu membuat emosi Gabriel kembali terpancing.
Gabriel berdiri dari kursi, kemudian meminta cambuk kesayangannya dari Tyler. Ia kembali mencambuk tubuh Evelyn yang setengah telanjang dengan sabetan keras.
Luka Evelyn yang belum kering dicambuk lagi, bahkan setiap hari Evelyn mendapat cambukan dari Gabriel.
Sakit?
Yah, tentu sakit, tetapi bukan Evelyn namanya jika dia memperlihatkan ekspresi tersiksanya, sekali pun dirinya sekarat dan sudah di ambang kematian. Hal itu membuat emosi Gabriel semakin naik ke ubun-ubun.
Entah sudah berapa kali cambukan yang dilayangkan kepada Evelyn, akhirnya Gabriel menghentikan aktivitasnya dan menatap Evelyn dengan kedua matanya yang menyalang tajam.
Evelyn sedikit menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk lalu tertawa renyah.
"Apa kau pikir hukuman kecil itu bisa membunuhku, Gabriel Blackwood? Tentu saja tidak! Aku bahkan pernah merasakan jatuh ke lubang neraka sebelum menerima hukumanmu!"
Gabriel mengepalkan tangannya hingga gemetaran. Sungguh hebat wanita ini. Dia sama sekali tidak kenal takut hingga Gabriel kembali menunjukan kepalan tangannya ke wajah Evelyn berulang kali.
Evelyn terbatuk-batuk dan memuntahkan darah dari mulutnya. Hidungnya patah dan salah satu matanya membengkak hitam. Namun, tawa sinisnya masih menggema di ruangan itu dan Gabriel pun meninju dagunya hingga tanpa sengaja ia menggigit lidah.
Gabriel baru menghentikan pukulannya ketika punggung tangannya sudah dipenuhi oleh darah wajah Evelyn yang dipukulnya.
"Pistol!"
Mendengar perintah Gabriel, Tyler langsung memberikan pistol dan menyaksikan bagaimana pria itu mengarahkan moncong senjata api itu ke dahi Evelyn. Gabriel mengerutkan keningnya dan menggertakkan gigi marah. Ia bisa melihat seringai lebar di wajah Evelyn yang sudah babak-belur.
Evelyn meludahkan darah dari mulutnya lagi. "Tch, lebih baik ini daripada penyiksaan bodohmu itu, Gabriel. Sebanyak apa pun siksaan yang kau beri, tidak akan pernah membuatku takut. Asal kau tahu itu sudah menjadi makanan sehari- hariku," ujar Evelyn tersenyum sinis.
Gabriel tetap fokus menatap Evelyn dengan pistol yang mengarah ke kepala wanita itu.
"Kau akan segera menemui ajalmu, Bitch!" geram Gabriel sambil memicingkan matanya dengan tajam. "Sebaiknya, ucapkan saja kata-kata terakhirmu selagi kau sempat. Atau sebuah permintaan maaf padaku, hm? Kau berhutang nyawa padaku dan sebentar lagi kau akan menebusnya."
"Kenapa aku harus meminta maaf?" Evelyn mendengus dan memuntahkan ludah yang bercampur darah sekali lagi.
"Oh, apakah karena ayahku membunuh orang tuamu? Kurasa membunuh dan dibunuh sudah menjadi siklus seperti lingkaran setan. Jadi, kenapa kau emosi begitu, hm?" tantang Evelyn sebelum pistol di tangan Gabriel menghantam sisi kepalanya berkali-kali, membuat pandangannya semakin buram.
"Tapi orang tuaku bukan mafia, sialan! Bahkan orang tuaku tidak pernah terlibat sama sekali dengan mafia! Mereka hanya memiliki bisnis bersih dan membantu orang-orang yang kelaparan, Jalang Murahan!" bentak Gabriel berapi-api, pukulan bertubi-tubi kembali dilayangkan kepada Evelyn.
Evelyn tidak melawan dan hanya tertawa dengan napas tersengal-sengal. "Hahahah! Lucu sekali, Blackwood! Seharusnya kau membalaskan dendammu kepada orang tuaku yang sudah mati! Aku bahkan tidak tahu kenapa ayahku membunuh orang tuamu!"
"Dan kau akan menanggung dosa-dosa ayahmu, Bitch," ucap Gabriel dengan tangannya yang mencengkeram pistol dengan kuat. Seolah-olah siap menembakkan peluru ke kepala Evelyn kapan saja.
"Tapi, kau sekarang juga merupakan seorang mafia, bukan? Apakah kau tidak pernah membunuh orang yang tidak bersalah?" Pertanyaan menohok itu Evelyn lontaran kepada Gabriel.
Gabriel terdiam, bibirnya terkatup membentuk garis lurus.
"Dan organisasimu juga memiliki pembunuh bayaran. Jadi, apa fungsi pembunuh bayaran yang kau miliki? Bukankah untuk membunuh orang yang diminta oleh orang yang membayar kepada organisasi kalian? Tidak peduli siapapun orang yang akan kalian bunuh, apakah orang itu berasal dari mafia ataupun tidak, kalian akan tetap membunuh orang itu. Kau adalah bajingan penggila uang yang tidak peduli meski bayarannya adalah nyawa manusia, Blackwood!"
Otak Gabriel langsung mencerna setiap kata yang mengalir dari mulut Evelyn. Memang benar apa yang diucapkan oleh Evelyn bahwa dia juga sering membunuh orang yang tidak bersalah, walaupun bukan Gabriel sendiri yang langsung turun tangan.
Mereka akan membunuh orang yang diminta oleh klien dengan harga tinggi dan mereka sering menerima permintaan untuk membunuh pebisnis yang sedang naik daun dari para klien.
Namun, tetap saja ucapan Evelyn tadi membuat Gabriel semakin emosi. Semakin lama Gabriel berada di dekat Evelyn, semakin besar pula dorongan Gabriel untuk membunuh Evelyn. Gabriel menendang perut Evelyn dengan sangat kuat kemudian keluar dari ruangan itu dengan emosi meluap-luap.
Gabriel memasuki ruangan pribadinya, meninju tembok hingga retak, berusaha meredakan emosinya.
Tyler menyusul di belakang dan menyilangkan lengan seolah tahu apa yang akan Gabriel perintahkan selanjutnya.
"Apa aku perlu menyiapkan jalang untukmu, Gabriel?" tanya Tyler tanpa ekspresi. Gabriel menatapnya dengan mata memerah dan berair. Tanda emosinya sedang di luar kendali.
"Ya, siapkan satu untukku. Segera!" titah Gabriel yang membuat Tyler langsung memutar kakinya keluar dan menghubungi anak buahnya untuk mencari jalang yang akan menghangatkan ranjang Gariel.
***
Saat ini seorang wanita cantik dan seksi sedang bertelanjang di depan Gabriel dengan mata tertutup.
Gabriel hanya menatap tubuh wanita itu tanpa nafsu. Gunung kembar montok dan kelopak mawar pink yang terekspos sama sekali tidak membuat Gabriel tertarik. Gabriel masih sibuk mencari cara untuk menyiksa Evelyn. Wanita itu begitu tahan banting. Pukulan, cambukan, dan tendangan tidak berefek apa pun padanya.
Seakan mendapatkan ide, Gabriel langsung keluar ruangan dan menemui Tyler yang menunggu di depan pintu. Sebuah seringai tercipta di kedua sudut bibirnya. Mungkin dia bisa membuat wanita itu memohon dengan cara ini.
"Singkirkan jalang itu dan bawa Evelyn ke ruangan sebelah dalam keadaan bersih. Aku bersumpah wanita itu akan bertekuk lutut di bawahku kali ini."
(Cek info visual setiap tokoh di sosial media author, ig : secrett_zr, fb : secrett_zr, TikTok : secrett_zr, dan join grup fb : Readers SecretZR)
Novel ini di wattpad update 3 kali seminggu : Minggu, Rabu dan Jum'at. Tapi kalo mau baca lanjutannya lebih dulu, bisa baca di KaryaKarsa karena di sana update tiap hari dan sekarang sudah bab 26.
Cara baca di KaryaKarsa : download aplikasinya terlebih dahulu, lalu cari di pencarian 'SecretZR'. Di sana ada karya author yang ini dan yang lainnya. ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With Mr. Mafia (21++)
Random⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️ Gabriel Blackwood, yang memiliki nama lain Blackwood, adalah pemimpin kelompok besar mafia di dunia. Namanya sangat dikenal dan ditakuti, tetapi tidak ada yang mengetahui dengan pasti siapa dibalik Blackwood dan bagaimana rupa Gabri...