Bab 11

1K 145 17
                                        

Ini sudah ke 7 kalinya Ve berjalan bolak balik di dalam ruangannya seraya menopang tangannya pada dagunya, dengan kukunya yang ia gigit sedari tadi.

Sampai akhirnya, seseorang datang mengetuk pintu ruangannya. Dengan segera Ve mengambil posisi duduknya, dan langsung merubah sikapnya.

Tok Tok Tok

"Masuk!" Teriaknya Dari dalam.

"Bund, Sean dapat informasi tentang keberadaan Shilvia" Ujar Sean yang baru masuk seraya meletakkan beberapa berkas yang ia bawa tadi ke atas meja.

Ve berdiri. "Informasi apa!" Tanyanya dengan antusias.

Sean menghela nafasnya. "Sean cuman bisa cari alamat panti asuhannya yang dulu. Tapi untuk sekarang, Sean ga tau dia tinggal dimana" Ujarnya.

Ada sedikit rasa kecewa di hati Ve saat mendengar penuturan Sean. Namun, ketika ia memikirkan ini adalah salah satu jalan terang untuk menemukan putrinya yang hilang, Ve tetap tersenyum.

"Ga papa bang. Seenggaknya ini bisa jadi jalan buat kita nemuin keberadaan dia." Ujar Ve, yang berjalan mendekati sang anak seraya menepuk pelan pundak putranya itu.

Sean yang tadinya menunduk pun mendongak lalu tersenyum menatap sang ibunda. "Maafin Sean ya Bund. Sean belum berhasil jagain Shilvia." Ujarnya.

"Gapapa bang. Ini kesalahan kita bersama, okeyy. Ga usah terlalu dipikirin lagi" Ujar Ve lalu tersenyum.

"Tapi Bund–"

"Bang, itu udah kejadian silam. Ga usah di-ingat ingat lagi. Sekarang fokus kita buat cari dimana keberadaan adik kamu." Potong Ve.

Sean tersenyum getir. "Iya bund".

****

Di Rumah sakit, Ghea tengah sibuk mengurusi ibu panti yang baru saja siuman sehabis operasi.

"Gimana Bu keadaan nya? Udah makin membaik?" Tanya Ghea yang tengah sibuk merapikan alat-alat prakteknya.

Ibu panti tersenyum. "Udah Ghe... Makasih ya udah mau nolongin ibu" Ujarnya.

Ghe tersenyum. "Sama sama Bu. Tapi ibu seharusnya banyak berterimakasih sama Gita. Dia rela lakuin apa aja demi kesembuhan ibu" Ujarnya.

Ibu panti terdiam. Ia memikirkan bagaimana berat nya beban Gita saat ia berada di rumah sakit. Ia tidak sanggup memikirkan bagaimana keadaan gadis itu sekarang.

"Ghe" Panggil ibu panti pada Ghea yang baru saja selesai membersihkan alat-alatnya.

"Iya Bu"

"Ibu udah boleh pulang ga?"

Ghea kaget. "Eh! Ga boleh Bu. Nanti malah saya yang dimarahin Gita, gara-gara biarin ibu pulang" Paniknya.

"Tapi kasian Gita bayar uangnya Ghe." Ujar Ibu panti dengan wajah di tekuknya.

"Bu, gausah pikirin soal biayanya. Ada Ghea yang pasti bakal bantuin ibu sama Gita." Ujar Ghea tersenyum seraya menatap sang ibu panti.

"Tapi Ghe–"

"Udah Bu gapapa. Gita gapapa kok. Gita cuman mau liat ibu sehat." Ujar Gita yang tiba-tiba saja sudah masuk keruangan itu seraya menenteng 2 buah kresek di tangannya.

"Ibu udah makan? Makan obat udah?" Lanjutnya.

"Eh, udah tadi. Disuapin dokter Ghea" Jawab ibu panti.

"Yaudah, ibu banyak istirahat ya. Masalah biaya, biar jadi urusan Gita. Ibu gausah pikiran lagi ya" Ujarnya lalu mendekat ke arah sang ibu.

"Tapi Git–"

"Bu, percaya deh sama Gita"

Dan ibu panti pun mau tak mau pasrah. Ia tak ingin membuat anaknya sedih. Walaupun bukan putri kandungnya, tapi ibu panti sudah menganggap Gita sebagai anaknya.

"Yaudah, ibu istirahat dulu. Gita izin pinjem dokter Ghea nya bentar ya Bu" Ujarnya, yang di balas anggukan oleh sang ibu.

_______

Suasana di rumah keluarga Bimantara kini sangat kacau. Ketegangan yang terjadi antara dua orang penghuni rumah membuat seisi rumah mencekam.

"Ayah kenapa sih! Kenapa ga dari dulu! Ayah tau. Gara-gara ayah, hubungan Gracia sama Gita hancur! Ayah tau itu!" Ujar Gracia dengan emosi yang memuncak dan mata yang tajam menatap ke arah sang ayah.

"Dengerin ayah! Ayah lakuin ini demi kebaikan kamu! Kalau kamu sama dia, kalian ga akan punya masa depan! Dia wanita! Kamu juga wanita! Gimana bisa dapat keturunan! Lagian orang miskin kayak dia bisa apa? Manfaatin kamu doang!" Tegas Bimantara tak kalah emosi.

Gracia membuang mukanya seraya tersenyum getir. "Ayah bilang ini demi kebaikan Gracia! Lalu apa ayah tau? Perjodohan gila yang ayah buat dengan keluarga Sean itu buat hati Gracia sakit? Ayah tau Gracia menderita gara-gara perjodohan ga masuk akal ini! Cuman demi apa yah. Demi apa? Harta!" Ujarnya. Kali ini ia sudah benar-benar muak.

"Cukup Gracia!" Tangannya terangkat ini menampar wajah sang putri. Namun tiba-tiba saja ia urungkan.

"Ayah mau apa?! Tampar, sini tampar! Tampar yah!" Bentaknya.

Bimantara memejamkan matanya. Mencoba meredakan emosinya. Namun, sebelum Bimantara bisa kembali berbicara dengan Gracia, putrinya itu sudah lebih dulu pergi dari hadapannya.

****

Di taman rumah sakit.

"Kak. Apa salah ya aku suka sama orang yang derajatnya jauh lebih tinggi dari aku?" Tanya Gita yang kini tengah menatap bulan.

Ghea tersenyum. "Ga kok git. Yang salah itu, kalau kamu suka sesama jenis!" Saut Ghea.

"Tapi kak. Aku emang suka sesama jenis" Saut Gita yang membuat Ghea seketika kaget mendengarnya.

"Git–"

"Aku emang suka wanita kak. Aku juga ga tau kenapa. Aku tau kok perasaan aku ini salah, tapi apa bisa aku ngelupain orang yang bagi aku udah penting banget di hidup ku" Ujarnya memotong ucapan Ghea.

"Tapi Git. Tetap aja itu salah sayang. Kakak tau gimana perasaan kamu, tapi itu juga harus dikondisikan. Ini bertentangan banget sama agama dek. Belum lagi aturan negara" Ujar Ghea.

"Bukannya kakak ga dukung kamu. Tapi ini tetap salah sayang" Lanjutnya seraya mengelus pelan rambut Gita.

"Tapi kak–"

"Lupain sayang" Ujar Ghea dengan senyum nya menatap kearah Gita.

_____

Keesokan paginya. Rutinitas biasanya, Gita datang pagi sekali kekantor dengan alasan tidak mau bertemu Gracia.

Ia sangat benci dengan bosnya itu kalau mengingat kejadian kemarin. Dan, ia juga tak lupa akan pesan yang disampaikan Ghea tadi malam padanya.

Saat ia sudah sampai di ruangannya, dari balik kaca, ia melihat Gracia yang berjalan dengan wibawanya masuk ke dalam ruangannya.

Gita terus mantap bosnya itu hingga hilang dari pandangan nya. "Can i have you?" Batinnya bertanya.

Namun, saat ingin kembali bekerja. Gita tiba-tiba dikejutkan dengan Cindy yang tiba-tiba masuk keruangan nya dan mengatakan kalau ia di panggil oleh Gracia.

"Mau apalagi sih dia!" Gerutu kecilnya saat Cindy sudah pergi dari ruangannya.

Tok tok tok

"Masuk!" Teriak Gracia dari dalam.

Dan dengan wajah malasnya Gita bertanya. "Ada apa?".

Gracia yang tadinya sibuk mengerjakan pekerjaannya kini mendongak, menatap ke arah Gita. Lalu berdiri menghampiri gadis itu.

"Duduk dulu" Suruhnya lembut.

"Maaf bu, kalau tidak penting saya lebih baik pergi" Ujarnya yang hendak pergi dari sana. Namun, tangannya di tahan oleh Gracia.

"Tapi ini penting!"













































Mumpung lagi ada mood buat up.
Moga suka.
Maafkan typonya dan terimakasih buat yang udah baca. Jangan lupa vote dan komennya, buar author ada mood buat up bab selanjutnya.

Can I Have You? (Gregit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang