Bab 12

915 133 7
                                        

"Tapi ini penting!" Seru Gracia. Gita menghela nafasnya pasrah, dan menuruti keinginan Gracia yang menyuruhnya untuk duduk di sofa.

Lagi pula, ada sesuatu juga yang ingin ia bicarakan kepada bosnya itu.

"Buruan!" Serunya.

Sedangkan Gracia sudah menahan kesalnya melihat tingkah Gita saat ini. Siapa sih bosnya sebenarnya? Benaknya bertanya - tanya.

"Say–"

"Saya baru ingat. Saya juga ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan ibu" Ujar Gita memotong ucapan Gracia.

Gracia menghela nafasnya."Bicara aja duluan" Ujarnya.

Gita mengangguk, lalu mengambil sebuah surat yang ia bawa di saku kemejanya, lalu menyerahkannya pada Gracia.

Gracia menerima surat itu dengan dahi yang berkerut."Apa ini?" Tanyanya.

"Surat resign saya" Ujar Gita seraya merapikan kemejanya kembali.

Gracia melotot kan matanya tak percaya. "Ga ada ya Gita! Saya ga izinin kamu resign!" Serunya.

"Tapi keputusan saya sudah bulat"

"Tapi kamu masih punya hutang sama saya! Dan kontrak kerja kamu juga masih panjang. Kamu ga bisa resign gitu aja!" Marah Gracia seraya menghempaskan kertas itu kasar ke atas mejanya.

"Kamu ga akan kemana-mana!" Lanjutnya.

"Saya akan bayar semuanya. Hutang saya, termasuk uang kompensasi kontrak kerja saya" Ujar Gita.

"Oh ya, mau minjam dimana lagi kamu? Ga usah ngada-ngada deh git!" Sangkalnya lagi.

Gita berdiri dan tak menghiraukan ucapan Gracia. "Intinya keputusan saya sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat."Ujarnya.

Gita hendak pergi, tapi lagi-lagi Gracia menahan tangannya. "Git plis jangan pergi. Stop buat aku ngerasa bersalah sama kamu!" Ujarnya.

Gita berbalik dengan wajah herannya. "Maksudnya?" Tanyanya tak paham.

"Aku tau kamu ninggalin aku waktu itu karna ayah. Aku tau kamu terpaksa lakuin itu karna mau keluarga kamu aman"

"Tapi dengan bodohnya aku ga tau gimana perasaan kamu waktu itu. Bodohnya aku karena sama sekali ga curiga sama ayah aku. Dan bodohnya lagi aku malah buat kamu makin menderita karna perlakuan ku"

"Git aku minta maaf" Lanjutnya dengan nada sendu, dan tangan yang masih setia menggenggam tangan Gita.

Gita kaget terdiam, bahkan sampai melotot kan matanya tak percaya. Berusaha supaya ia tak mengeluarkan air matanya.

"Git–"

"Ci cukup. Aku gapapa, dan anggap aja itu semua ga pernah terjadi. Om Bima juga ada benernya. Hubungan kita ini salah ci, lagi pula aku sama Cici jauh beda." Ujarnya lagi-lagi memotong ucapan Gracia seraya melepaskan tangan nya yang di genggam oleh Gracia dengan perlahan.

"Aku izin pamit" Lanjutnya. Namun, lagi-lagi tubuhnya di tahan oleh Gracia. Bahkan kali ini Gracia memeluknya, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher milik Gita.

"Aku ga akan izinin kamu kemana-mana, Git! Gaakan!" Serunya.

Gita tersenyum. "Cici udah punya pak Sean sekarang. Orang sempurna yang bisa beri Cici  segalanya" Ujarnya.

"Tapi dia ga bisa beri aku cinta!"

Gita tersenyum pahit."Kemarin Cici bilang kan kalau Cici benci aku. Jadi lebih baik kaya gitu ci. Aku ga mau Cici punya perasaan lagi sama aku. Aku ga mau ngehancurin hubungan Cici. Udah cukup aku yang sakit ci, aku ga mau orang lain juga sakit" Ujarnya.

Can I Have You? (Gregit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang