"ayo pulang sama gue"
Jovan menatapnya, lalu menggeleng pelan "gue dijemput Nabil"
"Oh, okedeh" ia mengangguk pelan, ia ikuti Jovan keluar lobby kantor "kalau gue chat pulang nanti, boleh?"
"Kaya ga biasa aja" sewot Jovan, vander terkekeh "ya mana tau lo blok lagi"
"Ya kalau lo ngeselin gue blok lah, anjing"
"Ngeselin ya, gue tuh mencoba sok asik lu tau" ucap vander agak tak enak, Jovan berdecih "iyasih, kelihatan"
"Hargain gue lah, tik"
Mata Jovan meliriknya sinis "5 ribu juga lu kaga laku"
Mendengar itu vander hanya terkekeh saja, dalam beberapa saat mereka hening. Jovan tak akan bicara padanya kalau vander tidak bicara duluan.
Dan ketika vander bicara "jadi pacar gue yuk?" Ayo, ini udah kesekian, Jovan menghela nafas malas. Diabaikan jelas vander tak menyerah, hanya tersenyum manis sampai tiba dimana mobil abu berhenti didepan mereka.
"Cihuy? Cie berdua" saat jendela dibuka dan Nabil melihat dari dalam, godaan langsung pria cantik itu ucapkan pada mereka. Vander tertawa, beda dengan Jovan yang berdecak "apasih" ia langsung masuk ke dalam mobil, tinggalkan vander dengan wajah agak memelas.
Kasian banget, Nabil sampe ga enak sama vander. Tapi pria itu berikan kode jika itu hal biasa.
"Duluan ya kak"
"Yoi, hati hati"
Nabil mengangguk, langsung membawa mobilnya menjauh dari area kantor. Ia melirik Jovan sekilas yang memasang wajah datar, tak bicarakan apa apa soal hari ini.
"Dia gangguin lu?"
"Terus? Muka lu tai mulu deh, tiap hari"
"Lu tau vander tiap hari dikantor, nungguin gue sampe lu jemput. Tetap aja lo godain gue" malas Jovan, Nabil mendengus "yaelah, gitu doang. Lo masak belum terbiasa sih"
"Terbiasa" malasnya "tiap hari gue dengar dia nembak gue"
Temannya tersenyum "tiap hari?"
"Tiap detik, tiap waktu" jawab Jovan tanpa menoleh, Nabil terkekeh "terima aja kali, ga eneg lu?"
"Eneg anjing, muak banget"
"Yaudah coba aja, lagian kak vander kurangnya apa? Dibilang jamet pun pun mungkin masuk jamet kelas atas, ganteng, ga pelit, banyak uang" Nabil menjeda ucapannya lebih dulu "yang jelas, suka sama lo"
Nabil memang tak tau soal Jovan yang udah pernah disentuh vander, Halah lagian itu hal biasa menurut Jovan, ga harus diceritakan. Yang jadi masalahnya "gue masih suka galauin angkasa"
"No komen" alih Nabil "ga sopan mikirin suami orang"
Jovan menunduk, ia mainkan jemarinya. Jujur ia juga sering memikirkan vander kok, sikap pria itu kadang membuatnya senyum sendiri dan melupakan kesedihannya. Tapi disatu sisi lagi, Jovan masih sedih soal angkasa, ia masih ingin angkasa.
"Ohiya jo, besok gue ga bisa jemput" tiba tiba Nabil bilang begitu, atensi Jovan langsung teralih. Ia menghela nafas dan mengangguk, lagian ia sudah sering merepotkan Nabil "gapapa kok"
"Maaf ya, kerjaan gue numpuk banget. Ini aja gue harus balik lagi ke kantor"
"Yaampun, lo keluar cuman buat jemput gue?" Tanya Jovan tak percaya, Nabil mengangguk membuat Jovan merengut, ia peluk sahabatnya itu "Nabil, sorry"
"Yaelah santai aja kali, gue lagi nyetir bangsat"
Jovan terkekeh "semangat ya lemburnya sayang, nanti pulang bawa susu buat anak kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
b'fams au 📌
Fanficbang family local, au. Slice of life. 18+, berbahasa kasar. Local!