"menurut lo berdua, gue sama Jovan bagusnya pindah apartemen dimana?" Vander yang lagi mainin gitar bertanya begitu, membuat Allen dan bintang yang sedang melahap pecel lele yang dibagi dua menoleh.
Ngomong ngomong, mereka dikosan Jovan. Bertiga, bantuin Allen sembunyi dari ayahnya, Jovan sendiri lagi kerja lah, magang di perusahaan mertua.
"Lo mau pindah? Banyak duit bener ke apart" sambung Allen, vander mengangguk "mama suruh"
"Kalian bakal tinggal berdua?" Malah bintang yang bertanya sekarang, vander mengangguk lagi, kali ini disertai senyuman "yoi"
"Bangsat, lancar dong jatahnya" sorak bintang "gue tinggal sama ren, boleh ngga?"
"Of course, engga" diakhir kalimat ekspresi vander datar "cukup gue yang rusak ya, bangsat"
Bintang mendengus, ia lanjut makan karena Allen sudah menghabiskan setengah nasi. Uhm pengen marah tapi vander ( papa ) yang beliin.
Bicara soal tiga pria yang nunggu jadwal wisuda ini, beneran, mereka bertiga beneran nginep di kosan Jovan. Skylar sampe tanyain vander setiap hari karena khawatir kenapa putra sulungnya ga pulang pulang. Apa beneran mau diusir dari rumah.
Pasti sih, tapi nanti.
Jovan sih ga masalah ya kosan nya dijadiin markas, walau kadang Nabil ga bisa nginep lagi, tapi intinya tempatnya rame sih. Allen pun berterimakasih banget karena Jovan mau nampung dia yang kabur dari rumah, walaupun harus gelar tikar dan tidur berdua bareng bintang ( padahal Allen yang ngajak bintang buat jadi nyamuk bareng )
Vander sama Jovan jelas ditilam, Jovan ga bakal mau tidur sendirian, apa guna pacarnya anjer. Jelas dong peluk pelukan, cium ciuman, ngambil jatah dibawah selimut sedikit.
"Lancar banget ya hubungan lo sama Jovan"
"Haha, doain yang baik baik aja lah. Nanti lo ikut pindah aja bang kalau memang gue jadi sama Jovan pindah ke apart"
Allen menoleh "ga lah" ia menggeleng "cari kerja gue, udah terlalu banyak nyusahin lo sama bintang"
"Lo anggap gue apasih, bang?" Sentak bintang, tangan kirinya menepuk batang leher Allen "lo udah temenan sama gue vander berapa lama?"
"Iya, alay bener. Lagian gue sama bintang, bukan sendirian" sambung vander. Allen merengut, mengelus lehernya "ga enak gue"
"Lo kalo mau kasih Jovan imbalan, ya gapapa. Tapi engga ke gue, gue bantu lo ikhlas kali, ya kan bin?"
Bintang mengangguk cepat "lo pikir gue rela rela tidur di karpet padahal gue punya rumah dan kasur empuk sendiri, buat apa? Lo lagi susah ya gue bantu, gue susah lo bantu, njing bang"
Allen mendengus "hmm thanks"
Mereka hening beberapa saat, kalau udah ngomong hal kaya gitu tuh ntah kenapa seperti mengundang hal sensitif, padahal yang seperti tadi malah mengungkap seberapa eratnya hubungan pertemanan mereka.
"Sama Rey, gimana?" Vander memecah keheningan, daripada Allen sedih mending dia bahas Rey, pasti mood pria berhidung layak perosotan itu langsung naik drastis.
"Rey?" Allen tersenyum "baik, dia sempat marah. Tapi gue minta maaf terus gofood-in donat. Dia senang banget terus maafin gue. Belum sempat ketemuan sih beberapa hari ini. Ya tapi asal gue ga lupa kasih kabar, Rey ga bakal marah"
Vander mengangguk "jangan keseringan kasih dia donat, menggembul itu kaga bisa jalan"
"Biarin aja, gemoy" jawab Allen santai, lalu ia pandang bintang "info loker bin? Bapak lu kan punya banyak lapangan pekerjaan, ob dah gapapa. Asal ga ketahuan Kento aja" soalnya kalo minta ke vander ga bisa, ayahnya udah kenal banget sama Brian. Bukan soal besan, tapi soal bisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
b'fams au 📌
Fanficbang family local, au. Slice of life. 18+, berbahasa kasar. Local!