Chapter 16

34 4 0
                                    

○○○
○○○
~Chapter 16~
~PTSD (2)~
○○○
○○○

Frian menyadari dengan sangat jelas kalau Karisa sedang mengalami gangguan gejala mental, alasan dia tau kalau Karisa sedang kena mental yaitu karena Frian pernah belajar tentang ilmu psikologi dasar yang dia pelajari saat masih aktif menjadi profesional atlet.

Untuk saat ini orang lain masih belum menyadari keadaan Karisa, Frian satu satunya orang yang mengetahui hal tersebut, jadi Frian harus bertindak dengan cepat sebelum orang lain menyadari kalau Karisa sedang terpuruk.

"Tolong... Tolong... Tolong... Tolong... Aku takut... Aku takut... Aku takut..." Pikiran Karisa dipenuhi dengan ingatan buruknya saat ayahnya memenggal kepalanya, dia juga terus mengingat ketika ayahnya memukul dia di hadapan semua orang karena tuduhan palsu itu.

"Ini gawat, aku harus bertindak cepat." Tanpa pikir panjang Frian langsung mendekati Karisa dan memegang tangan kanannya, dia berusaha untuk menenangkan Karisa sebelum dia membawa Karisa pergi dari sini.

"Tarik nafas dalam dalam lalu keluarkan secara perlahan, lakukan itu secara terus menerus sambil melihat mataku." Frian mengatakan itu dengan suara yang pelan agar orang lain tidak mendengarnya.

"A-Aku ingin pergi... T-Tolong bawa aku pergi..." Karisa berbicara dengan suara yang pelan sama seperti Frian, namun suara dia sedikit bergetar yang menandakan dia sedang ketakutan.

"Iya aku paham, aku akan membawamu keluar tapi tahanlah sebentar saja, kita tidak bisa keluar begitu saja tanpa alasan yang jelas." Frian sangat paham dengan gambaran kasar dari situasi saat ini, intinya dia tau kalau raja Keraken adalah orang yang membuat Karisa menjadi seperti ini.

Karisa kemudian memeluk erat lengan Frian tanpa dia sadari, dia juga menundukan kepalanya karena tidak berani bertatapan mata dengan raja Keraken.

Saat ini semua orang tidak ada yang curiga dengan sikapnya Karisa kecuali Kilian dan juga Maharenda, itu wajar karena mereka berdua adalah seorang saudara yang sudah tumbuh bersama sama.

"Kak, kau menyadarinya kan?" tanya Kilian.

"Iya, aku sadar," jawab Maharenda.

"Menurutmu Karisa kenapa?"

"Entahlah, tapi yang pasti kehadiran ayah membuatnya seperti itu."

"Apa kita harus membantu? Dia sepertinya takut dengan ayah."

"Jangan, kita lihat dulu situasinya baru kita bertindak."

Keraken datang mendekati Frian sambil tersenyum lebar, dia merasa senang setelah melihat Karisa dan juga Frian yang terlihat sangat akrab.

"Hahaha, kalian sangat serasih, berpegangan tangan seperti ini mengingatkanku dengan masa lalu." Keraken tipe orang yang kurang peka jika berurusan dengan perasaan, oleh sebab itu dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi dengan Karisa.

Di sisi lain, lama lama mental Karisa semakin kacau dari pada yang sebelumnya, mata yang awalnya berkaca kaca kini mulai mengeluarkan air mata.

Frian yang menyadari itu langsung menarik tubuh Karisa ke arahnya lalu dipeluk dengan sangat erat, karena posisi Karisa saat ini memeluk Frian jadinya orang orang tidak bisa melihat kalau Karisa sedang menangis.

"Yang mulia, maaf jika saya lancang, tapi sebenarnya saya sudah punya janji dengan Karisa sebelumnya, jadi saya harus pergi sekarang juga."

"Begitu ya, sayang sekali padahal pesta ini aku buat untuk kalian berdua."

Keraken mulai curiga, dia heran kenapa Karisa terus diam dipelukan Frian tanpa mengatakan apa apa.

"Karisa, kenapa kamu-" belum juga Keraken selesai bicara, Frian langsung berteleport ke suatu tempat dan meninggalkan semua orang.

Maharenda dan Kilian mengerti apa yang sedang terjadi dengan Karisa, mereka sangat paham kalau Karisa sangat takut dengan Keraken dan Frian mencoba untuk menjaganya.

"Aku tidak tau apa yang sedang terjadi dengan Karisa tapi sepertinya kita harus membantu Frian agar tidak ada kecurigaan yang muncul," ucap Maharenda.

"Aku setuju denganmu, ayo kita bantu Frian meluruskan semua ini lalu kita tanyakan apa yang sebenarnya terjadi lain kali," balas Kilian.

Kilian dan Maharenda tentu saja merasa khawatir, namun mereka saat ini tidak tau harus berbuat apa karena mereka masih belum mengetahui tentang masalah ini secara mendetail.

Maharenda kemudian berbicara dengan keras kepada semua bangsawan yang hadir di acara ini.

"Sayang sekali, bintang utama untuk pesta hari ini sudah punya jadwal kencan dengan istrinya yang tidak bisa dibatalkan, jadi dia harus pergi sekarang juga."

"Oleh karena itu, mari kita lanjutkan pestanya meski bintang utamanya tidak bisa hadir."

Tak ada kecurigaan sama sekali yang ditimbulkan dari aksinya Frian, para bangsawan hanya melihat tindakan Frian sebagai seorang anak muda yang masih berbunga bunga karena baru saja menikah.

"Kesatria Frian tadi keren banget, dia meluk istrinya dengan tatapan yang sangat dingin, aku tidak menyangka kalau dia ternyata bisa romantis seperti itu," ucap seorang bangsawan.

"Putri karisa itu sangat cantik dan Kesatria Frian itu sangat tampan, mereka berdua benar benar sangat cocok," ucap bangsawan lainnya.

Suasana di sana sangat hangat tanpa ada rasa curiga sama sekali, orang orang menikmati pestanya seperti tidak terjadi apa apa.

"Sayang sekali, padahal ayah ingin mengobrol sebentar dengan Karisa." Keraken terlihat sedih, dia ingin mengobrol dengan Karisa tapi dia sudah pergi.

"Masih ada banyak kesempatan untuk bertemu dengan Karisa, jangan sedih gitu," ucap Maharenda.

"Haha, kau benar."

○○○

"..." Karisa terdiam

"..." Frian juga terdiam.

Frian dan juga Karisa berteleportasi ke tempat sepi yang dipenuhi dengan pepohonan, saat ini Frian masih terus memeluk Karisa tanpa melakukan apa apa, Karisa juga masih mengalami ketakutan seperti sebelumnya meski dia sudah tidak ada di dekat ayahnya.

Wajah Frian menjadi sedikit sedih, melihat Karisa yang mentalnya kacau seperti ini membuat hati dia terasa tidak nyaman, di lubuk hatinya dia sangat tidak ingin melihat Karisa seperti ini.

"Karisa.... Sudah aku duga dia adalah seorang regressor, rasa takut dia kepada ayahnya sudah pasti karena trauma masa lalu."

"Di dalam cerita novel ayahnya Karisa mempermalukan dia di depan semua orang lalu ayahnya jugalah yang mengeksekusi dia."

"Dibandingkan karakter Frian atau karakter jahat lainnya, ayahnya Karisa adalah orang yang paling membuat mental Karisa hancur di dalam cerita itu."

"Sekarang aku paham kenapa dia selama ini menjauhiku, lalu aku juga paham kenapa dia marah padaku saat aku memberi dia hadiah. Semuanya masuk akal karena dia adalah regressor yang sudah melewati masa masa pahit itu."

"Seorang suami yang telah menuduhnya berselingkuh dan bersikap tidak acuh di kehidupan sebelumnya tiba tiba menjadi sedikit terbuka dan juga perhatian, itu sangat wajar kenapa dia melempar gaunnya waktu itu."

"Lalu kalau dipikir pikir Karisa itu sangat kuat karena masih bisa menahan diri selama ini, jika itu orang lain mungkin di hari pertama mental mereka akan langsung hancur tidak seperti karisa yang bisa menahannya selama ini."

"Karisa... Maaf karena aku telat menyadarinya, jika aku tau lebih awal aku pasti akan lebih hati hati."

○○○
~Bersambung~
○○○

THVRW - Transmigration Husband Vs Regressor WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang