Chapter 15

28 8 1
                                    

○○○
○○○
~Chapter 15~
~PTSD~
○○○
○○○

Beberapa jam telah berlalu sejak duel antara Frian dan Kilian terjadi, hanya dalam kurun waktu segitu cerita tentang kemenangan Frian sudah menyebar ke seluruh benua dan orang orang masih terus menonton siaran ulang pertarungan itu.

"Tadi itu sangat keren, kau berhasil mengalahkan Kilian dengan sangat tipis," ucap maharenda.

"Dia hanya beruntung kak, jangan puji terlalu tinggi," balas Kilian.

"..." Frian tidak mengatakan apa apa.

Saat ini Frian sedang berada di dalam sebuah gedung yang dipenuhi oleh para bangsawan, dia berada di sana karena dia diundang paksa oleh keraken.

Jadi setelah Frian memenangkan duel barusan, raja langsung membuat acara pesta secara mendadak untuk merayakan kemenangan Frian, semua bangsawan yang ada di ibu kota di undang ke acara ini dan Frian mau tidak mau harus hadir karena sia bintang utamanya.

"Hei dik, bagaimana rasanya kalah?" tanya Maharenda.

"Jujur saja cukup memuaskan, kukira aku akan merasa kesal tapi ternyata tidak buruk juga, lagian kekalahanku itu tidak bisa dikatakan sebagai kekalahan telak dan kita berdua sebenarnya seimbang," jawab Kilian.

Tubuh Frian dan Kilian sudah disembuhkan oleh healer terbaik di kerajaan ini, meski masih belum pulih total tapi setidaknya mereka bisa beraktifitas normal.

"Hei Frian, kau dari tadi diam saja, katakan sesuatu!"

Frian dari awal masuk ke gedung tidak berbicara sama sekali, dia terus terdiam sambil memasang raut wajah yang sangat cuek. Dia merasa sangat kesal karena di paksa untuj hadir di acara yang merepotkan seperti ini.

"Ahh... Aku tau, kau rindu dengan adikku Karisa kan?" Kilian mengatakan itu sambil memasang raut wajah yang mengejek, Frian langsung terlihat kesal namun dia masih bisa menahan diri.

"Haha, lihat wajah itu, lucu sekali melihatmu kesal seperti ini."

Sementara itu para bangsawan lain terus membicarakan Frian dari jauh, mereka semua terus bergosip tentang Frian seperti biasanya. Frian sebenarnya sangat kesal dengan para bangsawan yang terus bergosip tapi dia tidak bisa melakukan apa apa terhadap mereka semua.

"Dasar, para bangsawan itu hanya bisa bergosip di belekang, sangat menyebalkan tapi aku juga tidak bisa berbuat apa apa."

Semua bangsawan terus berbisik bisik kepada bangsawan lainnya, mereka semua terus menanyakan kenapa Karisa tidak hadir di pesta ini padahal suaminya bintang utama dalam pesta ini.

"Ini gawat, banyak bangsawan yang mulai bergosip buruk tentang hubunganku dengan Karisa."

"Gara gara Karisa tidak hadir selama festival olahraga berjalan, orang orang mulai mempertanyakan apakah terjadi sesuatu dengan Karisa hingga dia tidak bisa datang bahkan saat raja membuat pesta khusus untukku."

"Pada awalnya orang orang tidak terlalu memikirkannya, tapi jika ini terus berlanjut maka rumor buruk akan mulai bermunculan dan itu sangat merugikanku dan juga Karisa."

Frian cukup gelisah, saat ini dia mungkin terlihat tenang tapi sebenarnya dia sedikit panik, dia takut jika rumor buruk mulai bermunculan. Soalnya di dunia ini reputasi itu adalah hal yang sangat penting, sedikit saja rumor buruk muncul maka hidupmu akan sangat kesulitan.

Tak... Tak... Tak...

Tiba tiba terdengar suara langkah kaki yang dibarengi dengan berhentinya orang orang berbicara, semua orang tidak berkata apapun dan mengalihkan perhatian mereka ke arah suara langkah kaki itu.

"I-Itu putri Karisa." Para bangsawan melihat ke arah Karisa.

"D-Dia cantik sekali." Penampilan Karisa yang menawan membuat semua orang terpesona.

"Lihat gaun yang putri Karisa gunakan, itu sangat cantik dan juga pas dengan penampilannya."

para bangsawan berbisik bisik sambil melihat Karisa yang sedang berjalan ke arah Frian, mereka semua terlihat terpesona karena Karisa saat ini berpenampilan sangat cantik dan dia mengenakan gaun indah yang waktu itu Frian kasih sebagai hadiah.

"Akhirnya kamu muncul juga, kamu membuatku mulai khawatir," ucap Kilian.

"Jangan berlebihan kak, aku hanya sedang sibuk," balas Karisa.

Frian saat ini terlihat kebingungan, dia tidak paham kenapa Karisa mengenakan gaun yang dia berikan.

"Karisa... Gaun itu... Kenapa kau menggunakan gaun itu? Bukannya kamu membencinya?"

"Lagipula dari mana kamu mendapatkan gaunnya? Aku sangat yakin sudah menyuruh Yosef untuk membakar gaun itu."

Karisa lalu menjawab. "Kamu salah paham, Aku tidak membencinya, gaun ini bagus kok dan aku menyukainya, lagi pula waktu itu suasana hatiku sedang jelek jadi apapun yang kamu berikan maka aku akan melemparnya."

"begitu ya, jadi aku hanya salah paham." Tanpa sadar Frian tersenyum, dia merasa lega karena dia kira Karisa mempunyai kenangan buruk dengan Gaun yang modelnya seperti itu.

"Apa??? Bocah yang sikapnya seperti gunung es itu tersenyum dengan tulus???" pikir Maharenda.

"Apa ini!!?? Kenapa Frian tersenyum?? Dia pasti bukan Frian!!!!" Pikir Kilian.

Semua orang sangat terkejut melihat Frian yang tiba tiba tersenyum dengan tulus, ini adalah pertama kalinya Frian menunjukan ekspresi itu di depan semua orang.

"Kak, aku gak salah lihat kan, si brengsek itu tersenyum!" ucap Kilian.

"Ini bukan mimpi kan? Aku juga tidak percaya dengan pemandangan yang aku lihat ini," balas Maharenda.

Frian akhirnya sadar kalau dia barusan tersenyum, dia lalu bersikap cuek kembali dan dia melakukan perubahan sikap itu dengan mulus tanpa membuat orang orang merasa curiga.

"Frian... Ini adalah kedua kalinya dia tersenyum seperti itu, aku masih sangat ingat bagaimana dia tersenyum seperti imi sambil mengelus kepalaku."

Karisa hanya bisa terdiam dan menatap Frian dengan tajam, dia tidak tau harus mengatakan apa saat melihat Frian tersenyum seperti itu.

Prok! Prok! Prok! Raja Keraken datang di waktu yang tepat dan dia melihat semuanya, dia menepuk tangannya hingga membuat pussat perhatian orang orang teralihkan kepadanya.

"Wah wah... Pengantin baru terlihat mesra sekali," ucap Keraken dengan sangat antusias.

Mendengar suara itu sikap Karisa langsung berubah dengan drastis, nafas dia menjadi sesak dan rasa takut menyelimuti tubuhnya, tubuh dia mulai bergetar lalu mata dia juga mulai berkaca kaca.

"Suara ini, Ini suara ayah!"

"Tapi kenapa aku jadi sangat takut?"

"Apa yang sedang terjadi dengan diriku???"

"Ini kan cuma ayahku jadi kenapa aku jadi seperti ini???"

Ingatan buruk Karisa mulai muncul lagi, dia masih ingat dengan jelas bagaimana Keraken memenggal kepalanya lalu dia juga masih ingat bagaimana dia dipukul oleh Keraken di depan semua bangsawan.

"Kabur... Aku ingin kabur..."

"Aku takut... Aku sangat takut..."

Karisa sangat ingin kabur, dia benar benar takut setengah mati namun kaki dia tidak mau bergerak.

"Tolong... Siapapun tolong... Bawa aku pergi dari tempat ini..."

"Tolong... Aku sangat takut..."

○○○
~Bersambung~
○○○

THVRW - Transmigration Husband Vs Regressor WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang