5

9 0 0
                                    

Dalam tidur nyenyaknya, Jisung merasa terusik ketika samar-samar dia mendengar Pintu Kamarnya diketuk.

Semakin lama, semakin terasa nyata. Jisung bangkit sambil mengumpulkan nyawanya yang masih berceceran.

Diliriknya jam yang menunjuk pukul 3 dini hari. Siapa yang mengetuk pintu di jam segini?
Apa mungkin pekerja di Rumahnya, karena selain itu tidak ada orang lagi di Rumah ini. Tapi untuk apa?

Jisung beranjak karena ketukan itu berubah semakin kencang. Dia membukakannya.

Dan bak melihat sesuatu yang mengejutkan, Jisung terperangah dengan kedua mata yang membola.

"P-papah?"

"Kita bicara di bawah." Ujarnya dengan intonasi datar, lalu meninggalkan Jisung yang masih membeku di tempat dengan keterkejutannya.

Jisung menelan salivanya sambil melangkah mengekori Sang Papah.

Dalam benaknya, untuk apa Papahnya itu pulang jika bukan karena sesuatu? Apa itu tentang dirinya yang diskors? Jika iya, tamat kau Jisung.

"Apa yang kamu lakukan?" Suara yang terkesan mengintimidasi itu jujur membuat Jisung takut. Dia tidak berani untuk sekedar mendongak menatap Sang Papah.

Ini lebih menakutkan dari kemarin ketika dia berhadapan dengan Mr. Taeyong.

"Jelaskan perbuatanmu Na Jisung?!!" Dalam setiap kalimat nya tersirat nada penuh penekanan.

Jisung sangat tahu kemana arah pembicaraan Sang Ayah sekarang.

"M-maaf Pah." Hanya kata itu yang mampu Jisung keluarkan. Seluruh kata-katanya entah mengapa mengganjal di kerongkongan, tidak mau keluar.

"Ta-tapi aku tidak bersalah."

"Selama ini kau bisa menjadi anak yang baik. Tapi apa itu tadi? Laporan itu benar-benar memalukan. Kau membuatku malu, Jisung."

Jaehyun seketika berdiri membuat Jisung mendongak. Belum sempat mencerna apa yang terjadi, tubuh Jisung ditarik begitu saja.

Dan seperkian detik kemudian, Jaehyun memberikan bogeman tepat pada luka di pipinya yang bahkan masih ngilu. Dan itu menyebabkan dirinya tersungkur karena serangan tiba-tiba.

"Ugh." Jisung mengerang sakit.

"Kau membela diri?"

"Biar Papah ajarkan cara berkelahi dengan benar, Jisung. Kau benar-benar sudah berani ya." Jaehyun kembali menarik Jisung yang tersungkur dan kembali memukulnya.

"Sakit, hm?" Jaehyun memaksa Jisung untuk berdiri dengan tegak dan mencengkeram kedua sisian wajahnya agar menatapnya. "SAKIT?"

"AKU BERTANYA, JAWABLAH NA JISUNG? APAKAH RASANYA SAKIT??!"

"S-sakit Papah." Cicit Jisung lirih.

"Kau tahu. Perasaanku jauh lebih sakit ketika kau mempermalukan diriku dengan perbuatan burukmu itu."

Jisung memejamkan matanya, dan tanpa bisa dicegah lagi liquid bening itu mengalir deras di kedua pipinya. Membasahi luka-lukanya menyebabkan rasa perih.

"M-maaf Papah, ma-maafkan aku." Ujarnya lirih hampir seperti berbisik.

"Buka matamu!" Jaehyun berkata dengan mutlak dan penuh penekanan.

Jisung perlahan mengangkat wajahnya yang kacau, melihat wajah sang Papah yang memerah marah. Dia cukup sadar, jika perbuatannya benar-benar buruk.

"Maaf." Jisung menggumamkan kata maaf berkali-kali disela isakannya.

"Aku tidak menerima maafmu, kau ingin menjadi orang seperti apa, huh? Kau membuatku kecewa."

"Apakah sulit hanya menjadi anak yang baik? Kenapa kau menjadi nakal seperti ini?"

"Our Blues" || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang