6

11 0 0
                                    

Chenle menatap seseorang di sampingnya dengan begitu intens. Keduanya masih sama-sama tenggelam dalam keheningan.

"Memikirkan apa?" Akhirnya Chenle membuka suara. Karena jengah dengan keheningan yang terjadi sejak tadi.

"Kau mengajakku keluar bukan karena ingin aku yang melihatmu melamun kan?"

Jisung itu masih orang yang sama, suka sekali melamun. Chenle pun heran.

Sementara Jisung hanya terkekeh mendengar kalimat Chenle.

"Yak, kau tertawa?"

"Jadi cepat, katakan padaku apa yang sedang kau pikirkan!!"

Jisung menoleh ke arah Chenle yang masih menatapnya. "Ayo cari tempat duduk, kaki ku pegal."

Chenle hanya menurut saja. Bahkan dari tadi pun, yang Chenle lakukan adalah menuruti keinginan Jisung.

Keduanya saat ini sedang berada di Busan. Karena Jisung bilang dia sudah bosan berada di Rumah selama hampir satu minggu, jadi akhir pekan ini dia mengajak Chenle pergi.

Pagi-pagi tadi, mereka pergi menaiki kereta. Jisung menolak di antar Pak Choi, karena menurutnya jika bersama Chenle dia akan aman. Walaupun dengan sedikit pemaksaan.
Dia butuh suasana baru.

Dan akhirnya di sinilah mereka berada, Jisung mengajak Chenle ke Pantai.
Sebenarnya di Seoul bahkan ada Pantai juga, tapi kembali ke kalimat awal, bahwa Jisung ingin suasana baru.

"Jadi bagaimana?"  Tanya Chenle langsung ketika keduanya sudah mendudukkan diri masing-masing. Di sebuah bebatuan dekat bibir pantai

"Apanya?"

"Yak, Na Jisung! Kau jauh-jauh pergi ke Busan untuk apa sebenarnya?" Kalau boleh, Chenle ingin sekali menenggelamkan Jisung ke tengah laut karena geram.

Sementara Jisung lagi-lagi tertawa sambil melirik Chenle yang memasang wajah garang. Membuat Chenle berpikir, apakah dia seorang pelawak karena dari tadi ditertawakan?

"Kan aku sudah bilang, aku bosan Chenle."

"Oke aku berusaha percaya. Lalu kau ingin melakukan apa sekarang?"

"Hanya seperti ini saja. Ini membuatku tenang." Ujarnya sambil menyaksikan deburan ombak yang saling menggulung satu sama lain.

Tempat ini lumayan tenang. Itu yang membuat Jisung nyaman. Karena juga tidak banyak pengunjung. Dan udaranya berbeda, sejuk.

Chenle pun begitu, kedua netranya ikut menelusuri suasana pantai yang tenang. Suara ombaknya juga mampu menghipnotis mereka agar tidak beranjak dari sana.
Keduanya larut dengan pikiran masing-masing.

"Kau tidak dingin, Jie?"

Jisung menggeleng, dia menghembuskan napasnya pelan sambil masih menatap air.

Keadaan tetap sama, tidak ada yang berubah.
Bahkan, kebahagiaan yang sempat menghampirinya itu kini sudah menghilang.

Kakaknya itu sudah pergi lagi.

"Aku baik-baik saja, Ayah. Jangan khawatir. Malah aku mengkhawatirkan kalian, maaf kan aku yang sudah pergi lagi saat Ayah belum sembuh."

Jisung mengalihkan atensinya kepada Chenle yang tengah menerima panggilan dari Orang tuanya. Dalam diam, ia menyimaknya.

"Aku juga menyayangi Ibu dan Ayah. Kalian harus selalu sehat, dengan begitu aku akan baik-baik saja."

"Aku tutup dulu yaa, aku sedang di luar. Nanti aku telepon lagi, Ayah. Daah."

Chenle menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku, seketika ia menoleh mendengar celetukan Jisung.

"Kau beruntung, Chenle."

"Our Blues" || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang