Karena kemarin Jisung tak kunjung membalas pesannya, Renjun jadi merasa khawatir. Alhasil keesokan harinya Renjun memutuskan untuk langsung mengecek kondisinya, ke Rumah Jisung.
Dan pagi-pagi ini, Jisung dengan keterkejutannya menghampiri Renjun yang berada di Ruang Tamu.
Renjun yang melihatnya terkekeh gemas. "Kau baru bangun, Jisungie?"
Jisung mengangguk, sebenarnya dia agak malu karena Renjun saja sudah rapi sekali, dan dia baru bangun. Dasar.
Dia mendudukkan dirinya di sofa single yang berhadapan dengan Renjun. "Kak Renjun sudah lama?"
"Belum. Baru saja."
"Ada apa Kak Renjun tumben kemari?"
"Aku sebenarnya khawatir padamu, pesanku dari kemarin tidak kau balas. Jadi, aku kemari hanya ingin mengetahui kondisimu."
Jisung membulatkan matanya. "Benarkah Kakak mengirimiku pesan? Aku tidak membuka ponselku sejak semalam."
"Tidak masalah, Jisung. Tapi kau baik-baik saja kan?"
Jisung menganggukkan kepalanya pelan. Meski itu berbohong. Memangnya, dia akan mengatakan pada Renjun? Kan tidak.
"Apa kau keberatan kalau aku mengajakmu keluar?"
"Memangnya Kak Renjun tidak bekerja hari ini?" Tanyanya sambil melirik jam.
"Itu masih nanti sore. Bagaimana, kau sedang sibuk ya?"
Jisung menggeleng pelan, ia lalu tersenyum tipis. "Tapi, apa Kak Renjun tidak keberatan menunggu aku bersiap?"
Renjun terkekeh mendengar pertanyaan Jisung, yang menurutnya menggemaskan. "Silahkan Jisung, aku akan menunggumu."
Jisung menggaruk tengkuknya, lalu beranjak dengan senyum canggung untuk menuju kamarnya. Dan hal itu tidak luput dari pandangan Renjun, yang menurutnya Jisung sungguh menggemaskan.
.
.
Jisung menghembuskan napasnya panjang, sambil menikmati pemandangan sungai Han yang mengalir dengan tenang.
Alirannya membuat Jisung ikut terhipnotis.
"Kau menyukainya, Jisungie?"
Jisung mengangguk. "Aku suka, Kak Renjun. Terima kasih."
"Saat aku merasa tertekan, aku sering pergi kemari untuk menenangkan diri. Dan itu sedikit berhasil."
"Kakak benar."
Renjun terkekeh, ia ikut bergabung berdiri di samping Jisung dengan melihat pemandangan di bawah sana.
"Kalau begitu, apa Kak Renjun sedang memikirkan sesuatu?"
"Aku merindukan seseorang." Jawab Renjun.
"Siapa?"
"Ibuku."
Jisung terdiam sejenak. Merasa jika pembicaraan kali ini merujuk pada hal yang sensitif. Dia tidak berani bertanya lebih lanjut lagi.
"Aku sudah lama tidak bertemu dengannya." Lanjut Renjun lagi.
"Memangnya kemana Ibu Kakak?" Jisung bertanya dengan hati-hati.
"Pergi."
Jisung tidak bertanya lagi. Dan suasana menjadi hening, dengan keduanya yang fokus melihat aliran sungai.
"Kak, boleh aku menanyakan sesuatu?" Jisung kembali membuka suara.
"Kau ingin bertanya apa? Tanyakan saja Jisung, aku akan menjawab."