"Chenle! Chenle!" Jisung fokus pada dribbling nya, beberapa kali dia harus kecolongan karena para lawan nya yang tidak kalah handal.
"Wah, dia benar Jisung?"
"Aku hampir tidak percaya itu Jisung."
"Kau benar. Jika dipikir dia sedikit tampan, apalagi saat sedang bertanding seperti itu"
"Bagaimana kalau aku memberinya minum?"
"Hei, jangan menghancurkan harga diri. Tidak terpikirkah apa yang akan Jisung lakukan? Mungkin dia akan mengabaikanmu. Kau saja pernah membully nya."
"Aku tidak."
"Sudahlah, apa perlu bukti?"
"Aishh menyebalkan. Hei Na Jisung, aku mendukungmu!"
"Zhong Chenle! Tim Chenle pasti menang."
"Tidak, itu pasti Yeonjun."
"Tim Yeonjun yang akan menang."
Mungkin seperti itu gambaran siswi-siswi yang menonton pertandingan Basket dari kelas mereka.
"Chenle, ambil!" Kali ini Jisung berhasil merebut bola kembali, dia akan mengoper bola basket itu pada Chenle, sebelum lawannya merebutnya lagi.
Setidaknya permainan ini harus segera berakhir. Jisung rasa dia sudah tidak kuat lagi. Lelah.
"Di sini, Jisung!"
"Yak! Dapat."
Seluruh teman-temannya bertepuk tangan untuk tim Chenle yang unggul 2 poin.
"Sudah sudah! Permainan selesai, dan Tim Chenle menang."
Yeonjun mendesah kecewa atas kekalahannya. Tapi tidak apa lah. Toh hanya praktik saja. Dan Chenle memang menguasai permainan ini.
"Chenle, kau memang pemain basket yang hebat."
"Itu berlebihan. Mvp hari ini adalah Jisung. Dia bekerja keras hari ini."
"Ya ya ya. Aku sedikit setuju dengan itu. Kau keren, Jisung."
Jisung tersenyum singkat. Merasa sedikit tidak terbiasa dengan afeksi mereka. Ia mengambil handuk untuk menyeka keringatnya.
"Skill mu mulai bagus Jisung, pertahankan! Kau akan mendapat nilai tambahan." Ujar Mr. Taeil selaku guru olahraga mereka.
"Hari ini pelajaran berakhir, silahkan berganti dan istirahat."
"Baik, Saem."
"Sudah aku bilang kan, kau itu cocok di Atletik, kau tinggi Jie!"
Jisung hanya menggeleng pelan, sambil menenggak minumnya. "Aku kurang minat."
"Memangnya kau mau jadi apa?"
"Manusia, memangnya mau apa?"
"Yak, Na Jisung! Kau bisa menyebalkan ya."
Jisung terkekeh pelan.
"Tapi aku belum memikirkannya, kau sendiri bagaimana?"
"Entah, mungkin aku ingin bernyanyi." Ujar Chenle. Pemuda itu memang cukup berbakat juga di bidang seni.
"Tidak mau jadi pemain basket saja?"
"Basket itu memang hobi ku, tapi aku tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang Atlet Basket."
Jisung mengangguk. "Apapun itu, kejar apa yang menjadi cita-citamu, aku mendukungmu."
"Jisung, kau ingin langsung ke kelas?" Tanya Chenle kemudian.