Jisung rasa, bahwa dunia sempit itu memang nyata adanya.
Tiba-tiba saja dia bertemu Haechan di Minimart, saat dia membeli snack siang ini.Cukup terkejut dengan pertemuan tiba-tiba itu, apalagi sebab ucapannya tempo lalu.
Jisung tersenyum canggung, segera mengambil barangnya dan ingin segera pergi.
Tapi baru hendak membuka pintu, lengannya ditahan, yang sudah pasti jika itu Haechan pelakunya.
"Jisung, kau terlihat buru-buru sekali?"
"Itu a aku-"
"Tunggu sebentar ya!" Haechan berbalik mengambil belanjaannya yang hanya satu item, lalu kembali menghampiri Jisung, dan menarik pemuda itu pergi.
Sebelumnya dia melirik belanjaan Jisung. "Dasar anak kecil!" Haechan terkekeh, dan itu membuat Jisung mengerut bingung.
"Kau sendiri kan?"
"Iya."
"Baiklah, aku antar."
"Tapi Rumahku di dekat sini Kak." Jisung berusaha menolak. Aslinya ingin menghindari Haechan.
"Justru itu, bagus kan kalau dekat? Tidak apa. Ikut aku dulu ya, anggap saja aku menculik mu." Haechan terkekeh. Dia menghentikan langkah dimana mobilnya terparkir. Lalu mengode Jisung untuk masuk, meski nampak enggan Jisung melakukannya.
Jisung tidak bisa mengelak. Selalu saja posisinya terjepit.
Akhirnya, dengan terpaksa dia mengikuti Haechan."Biasa saja denganku."
"Tidak dengan semua orang aku bisa merasa biasa saja, Kak."
Haechan terkekeh sambil pandangannya fokus dengan jalanan.
"Namaku Haechan, Lee Haechan. Kota kelahiranku di Jeju. Aku seorang designer, dan golongan darahku AB. Heum, apalagi? Itu sudah cukup membuatmu mengenalku? Kalau belum, nanti aku beri kartu identitas ku saja ya?"
Jisung menghela napas pelan mendengarnya. "Bukan seperti itu, Kak."
"Aku temannya Jaemin, Kakakmu. Jadi biasakan biasa saja. Kau Adik temanku, maka kau juga Adikku."
"Semua orang selalu mengatakan hal yang sama." Jisung berucap lirih, tapi masih didengar oleh Haechan.
"Orang yang mana?" Haechan memasang raut bingung. Yang dibalas gelengan oleh Jisung.
Pemuda itu nampak menghela napas nya.
"Kak, ini bukan arah ke Rumahku!"
"Iya kah? Aku kan tidak tahu." Balasan kelewat santai dari Haechan, membuat Jisung mendengus.
"Kita berkeliling sebentar ya, aku malas berputar." Sebenarnya Haechan masih ingin menanyakan sesuatu pada Jisung.
"Apa kau memang selalu memaksa seperti ini?"
Haechan meledakkan tawanya, mendengar kalimat Jisung. "Sepertinya iya."
"Kau tahu Kak? Ada yang namanya etika. Bagaimana jika mereka merasa tidak nyaman?"
"Maksudmu berkata bohong itu juga etika ya?"
Jisung jelas terdiam. Kalimatnya seperti boomerang untuk dirinya sendiri.
"Jisung, kau tidak ingin menjelaskan kalimatmu tempo lalu?" Haechan menoleh ke arah Jisung yang mematung.
"Aku tahu dari Kak Mark. Kau mengenalnya kan? Aku sedikit paham kenapa kau berbohong pada Jeno waktu itu. Meski kalimatmu itu lumayan benar."
Jisung menoleh ke arah Haechan dengan tatapan tak percaya.
"Setelah aku bercerita tentangmu pada Kak Mark, dia memaksaku untuk memberi tahu Keluargamu. Dan aku berpikir ingin memberitahunya pada Jaemin, soal penyakitmu."