13.Obsessed

25 3 1
                                    

OBSESSED

Venuskinsa's Obsession Series 2024

Genre : Romance, Angst, Tragedy.

MATURE CONTENT—YOU HAVE BEEN WARNED!

                Orion menyibakkan helaian rambut Aletha agar tidak menutupi wajah cantik wanitanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                Orion menyibakkan helaian rambut Aletha agar tidak menutupi wajah cantik wanitanya itu.

Dia mengulum senyum menatap Aletha yang tertidur pulas. Namun senyuman itu hanya bertahan sebentar saja, digantikan wajah datar Orion khas dirinya sedang memikirkan sesuatu.

Dia mengusap bibir Aletha dengan ibujarinya. Terbesit perasaan curiga ketika Aletha menolak untuk menciumnya tadi. Tak seperti biasanya.

Bahkan bibir tunangannya itu sedikit membengkak. Sementara Orion tak pernah mencium Aletha dengan kasar.

"Ngh..."

Aletha mengerjapkan matanya. Dia menyingkirkan tangan Orion yang berada di bibirnya.

"Tidur mu nyenyak sekali ya tuan puteri," ujar Orion dengan suara lembutnya.

"Kenapa kau belum tidur juga?" tanya Aletha. Wanita mendekatkan diri ke Orion, berada nyaman di pelukan Orion.

Orion terkekeh pelan melihat sifat manja wanitanya ini. Sesaat membuat dia melupakan penolakan Aletha yang tadi.

"Aku belum mengantuk. Sebenarnya malam ini aku ingin berbincang banyak denganmu."

Mata Aletha terbuka sempurna, dia mendongak sedikit sehingga wajah mereka berhadapan. "Apa yang ingin kau bicarakan? Apa menyangkut pernikahan kita?"

Orion mengedikan bahunya. "Apa saja, sudah lama kita tidak quality time berdua sekedar deep talk. Kau mau?"

Orion beranjak dari ranjang. Dia mengambil dua minuman soda yang berada di kulkas kamar mereka. "Mau ke balkon?" ajaknya.

Aletha mengangguk.

Orion membuka pintu kaca sebagai pembatas antara kamar dan balkon. Dia mengambil selimut untuk Aletha pakai agar tidak terlalu dingin dan setelahnya dia mengambil beberapa snack untuk mereka makan berdua.

"Terimakasih." Aletha tertawa senang menanggapi Orion yang menyuapinya.

"Syukurlah. Kau lebih rileks dari pada tadi. Aku khawatir karena sepertinya kau tidak baik-baik saja."

Aletha mengulum senyum. "Aku senang. Baik dulu maupun sekarang, tak ada sifatmu yang berubah padaku."

Orion mendengus geli. "Sudah aku bilang, aku sangat mencintaimu. Makanya aku berusaha sebaik mungkin untuk membuatmu bahagia."

Aletha menggenggam tangan Orion, dia menyandarkan kepalanya di bahu Orion. "Cukup kau berada di sampingku saja, aku sudah bahagia."

Orion mengacak puncak rambut Aletha. "Jangan menggemaskan seperti itu, aku jadi takut."

"Takut? Memangnya aku menyeramkan?"

"Semakin lama bersamamu, aku jadi semakin mencintaimu. Aku takut suatu saat kau pergi dariku dan bertemu dengan pria yang lebih dalam segala hal dariku."

"Tidak ada pria yang sebaik dirimu dalam memperlakukan ku, Orion," ucap Aletha meyakinkan, "aku akan selalu bersama mu, dan mungkin dalam beberapa tahun dengan anak-anak kita?"

"Kau membuatku ingin mempercepat pernikahan kita."

"Hei!" Aletha memukul pelan bahu Orion, "kita sudah mempersiapkannya matang-matang, masa iya harus berubah tanggal?"

"Aku hanya bercanda, sayang," canda Orion, "setelah kita menikah nanti, bagaimana kalau kita tinggal di Jilin saja?"

"Bukannya kita sepakat untuk tinggal di sini?"

"Apa kau masalah jika kita tinggal di Negara lain?"

Aletha mengedikan bahu. "Aku masih ingin berada di sini," wanita itu meneguk soda yang dibawa Orion, "karena di sini ada saudiriku satu-satunya , walau pun aku tidak pernah bertemu dengannya atau bahkan mengetahui rupa wajahnya. Tapi memikirkan hal itu, aku jadi merasa nyaman karena sadar aku masih punya satu-satunya keluarga kandung."

"Di Jilin ada keluargaku, sayang. Mereka juga sangat menyayangimu, bukan? Kau juga nyaman dengan mereka."

"Ya... mungkin setelah kita menikah, kita bisa pertimbangkan lagi nanti."

***

"Pernikahan mereka akan dilangsungkan beberapa bulan lagi, untuk acaranya, saya dengar mereka akan mengadakannya di tempat kelahiran Orion di Jilin, Tiongkok."

Enzo mengangguk kecil. Sudah menduga Orion tidak mungkin mengadakan pernikahannya di sini karena tidak ingin acara sakralnya itu dikacaukan Enzo.

"Baik. Tidak ada yang ingin aku ketahui lagi untuk sekarang ini. Kau boleh keluar dari ruanganku, dan aku akan menghubungimu lagi jika aku butuh sesuatu."

Pria yang menjadi suruhannya itu beranjak dari kursi, dan membungkukan badan sebelum keluar dari ruangan Presdir.

Enzo menatap figura yang terpajang di mejanya. Potret dirinya dengan Aletha yang sedang tertawa bersama seraya bermain dengan daun yang beguguran di atas mereka.

Pukul 7.30 pagi.

Jam segini biasanya Aletha baru sampai di kantor. Enzo bergegas keluar dari ruangannya, sebab dia tahu Aletha pasti diantar Orion sampai di depan kantor.

Benar saja.

Wanita itu turun dari mobil Orion dengan raut sumringah di wajah cantiknya. Dan raut itu berubah dengan cepat saat baru memasuki kantor, ketika Aletha melihat Enzo.

Hatinya bergejolak tidak terima. Dulu, Enzo adalah alasan utama yang membuat Aletha bahagia. Sampai detik ini dia tidak mau menerima fakta tersebut.

Karena ini depan banyak orang, Enzo mencoba menyapa Aletha dengan hangat.

"Kau baru sampai Nona Aletha?"

Awalnya Aletha tampak terkejut, namun dengan mudah dia mengontrol ekspresi wajahnya. "Seperti yang anda lihat, pak," jawab Aletha, "permisi ya, pak," pamitnya.

Aletha melangkahkan kaki jenjangnya hendak menuju ruangan kerjanya. Dan Enzo mengikutinya, dia berjalan tepat di samping Aletha.

Agar tidak terlalu terlihat bahwa dia mengikuti Aletha.

"Ada perlu apa mengikutiku?" bisik Aletha amat pelan, hanya bisa didengar oleh Enzo saja.

Enzo tidak langsung menjawabnya.

Aletha menaiki lift, begitu juga dengan Enzo. Sebenarnya banyak orang di lift, namun Enzo berkata.

"Ada hal urgent yang ingin aku bicarakan dengan sekretarisku, menyangkut urusan pekerjaan, sekarang ini juga. Jadi aku harap, tak ada orang lain yang mendengarnya."

Para pegawai lain yang berada di lift segera keluar begitu saja. Hanya menyisahkan Aletha dan dirinya.

Di saat tidak ada orang lain selain mereka, Enzo baru menjawab.

"Aku merindukanmu. Malam hari, aku sudah dengan terpaksa merelakan mu dengan Orion. Sekarang adalah waktunya untuk mu bersamaku."

Aletha menoleh memandang Enzo dengan sorot mata yang tak bersahabat. "Sampai kapan kau sadar bahwa aku ini bukan milikmu?"

"Dan kau juga belum jadi milik Orion. Selama kalian belum menikah, aku juga punya hak untuk mengambilmu kembali."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obsessed » Obsession SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang