17

205 44 16
                                    

"Sekretaris Song."

Wang Yibo memanggil sekretaris barunya, pengganti Sekretaris Yu yang ditransfer ke bagian lain. Ia berharap sekretaris barunya bisa dengan cepat mengikuti ritme kerjanya.

"Selamat pagi Direktur Wang, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang gadis berusia duapuluhan. Penampilannya rapi dan formal seperti orang kantoran pada umumnya. Di kartu pengenalnya tertulis dengan jelas namanya 'Song Si Ho'.

"Tolong susun jadwal rapat dan pastikan disposisi berkas masuk dan keluar sudah dirapikan. Sesuaikan per tanggal 1 bulan ini. Pastikan semuanya detail, sampaikan padaku jika ada berkas tertahan atau ada hambatan lainnya."

"Baik, Direktur Wang," jawab Song Siho singkat.

"Baiklah, itu saja. Terimakasih, silakan kembali."

Song Siho beranjak dari ruangan direktur. Ia segera kembali ke ruangannya dan mengerjakan semua yang diminta oleh Yibo. Ia tidak ingin wajah datar itu semakin berkerut dan mengamuk seperti Komisaris Wang ketika melihat penurunan persentase laba perusahaan.

Yibo cukup senang dengan sekretaris barunya yang cepat belajar. Pekerjaannya cukup rapi dan baik. Ia sering membawa sekretarisnya untuk rapat perusahaan. Catatan yang dibuat oleh Song Siho juga cukup efektif untuk membantunya menganalisis kebutuhan perusahaan dengan baik.

Dan begitulah, dalam beberapa bulan ke depan, Song Siho menjadi salah satu karyawan dengan level staf yang bisa dibilang cukup kebal berada di antara jajaran direksi. Rekan-rekan kerjanya yang lain bertanya-tanya bagaimana dia bisa sekuat itu harus berada di satu tempat rapat bersama Komisaris Wang, Direktur Wang, dan seluruh jajaran pejabat lainnya.

Sebenarnya tidak ada rahasianya. Tidak bisa dibilang rahasia sepenuhnya.

Song Siho tahu kapan Yibo akan sibuk, kapan dia akan senggang. Ia tahu pukul berapa Yibo akan menelepon istrinya, pukul berapa ia akan menelepon Nona Wang, dan pukul berapa ia akan pulang saat ia lembur ataupun tidak lembur.

Song Siho memperhatikan detail perubahan mimik wajah Wang Yibo yang paling kecil sekalipun. Kerutan yang akan hilang ketika suara seseorang dari ujung lain teleponnya menyambutnya. Membuatnya menyadari bahwa sebenarnya Direktur Wang tidak sebegitunya menakutkan. Bahkan mungkin ia terhitung cukup tampan dan sabar dalam bekerja.

Ia berandai-andai, jika saja wajah datar dan dingin itu berubah menjadi tersenyum untuknya.






"Selamat siang Kadept Qi, ada yang bisa saya bantu?"

Qi Hua mengisyaratkan seolah berkata 'tidak apa-apa, kembalilah' dengan raut wajahnya.

Di belakangnya, seorang pria dengan tubuh langsing dan tinggi semampai mengikuti langkah Qi Hua. Pakaiannya simpel tetapi begitu modis, ditambah wajahnya yang sangat manis dan sempurna. Matanya seperti phoenix, bibirnya merah ranum. Kecantikannya bahkan bisa mengalahkan wanita sekalipun. Wajahnya terasa begitu familier.

Song Siho turut terpana melihatnya. Matanya mengikuti setiap langkah pria itu yang mendekati ruangan Direktur Wang.

Ia melihat dari monitor cctv, Kadept Qi Hua mempersilakannya masuk ruangan direktur dan Direktur Wang langsung menyambutnya dengan bahagia begitu Qi Hua meninggalkan mereka.

Song Siho melihat sosok kaku dan menyeramkan itu sirna, digantikan dengan tatapan yang penuh kerinduan dan cinta. Tatapan yang tidak pernah ada untuk orang lain, hanya sosok cantik sempurna itu seorang.

"Ya ampun, aku tadi sangat gugup," keluh Kadept Qi saat ia kembali dari ruangan direktur. Ia mencoba bernapas dengan lebih tenang.

"Ada apa? Anda tahu siapa dia?" Tanya Song Siho.

ReconnectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang