James: Tuan, sebentar lagi ulang tahun nyonya. Apakah ada instruksi khusus untuk hadiah tahun ini?
Dahi Bastille mengernyit membaca pesan dari James. Benar, sebentar lagi ulang tahun Yalena, dan sudah menjadi kebiasaannya untuk memberikan hadiah kepada sang istri. Biasanya, dia selalu menyerahkan keputusan ini pada James, karena Bastille yakin pria tua itu lebih memahami apa yang disukai dan tidak oleh Yalena.
Bastille berpikir sejenak. Tak ada salahnya sesekali memilih sendiri hadiah ulang tahun untuk Yalena. Mumpung sedang berada di London, banyak barang menarik yang mungkin bisa menyenangkan hati istri kecilnya itu.
Bastille: Saya akan mencarinya sendiri.
Bastille meletakkan ponselnya di atas nakas setelah membalas pesan dari James. Dia melepaskan dasi dan jasnya, lalu duduk di tepi ranjang. Bastille merasa lelah, sebab setibanya di London, dia langsung menjalani agenda padat yang telah disusun.
Pada hari pertamanya, Bastille menghadiri pertemuan dengan tim manajemen cabang, dilanjutkan dengan makan siang bersama investor. Sore harinya, dia mengadakan pertemuan dengan konsultan hukum untuk membahas regulasi ekspor, dan malamnya dia datang ke konferensi pertahanan dan keamanan.
Hari ini, jadwal Bastille diisi dengan rapat bersama tim R&D untuk membahas proyek pengembangan senjata terbaru. Siang harinya, dia bertemu dengan perwakilan pemerintah Inggris untuk membicarakan proyek kerja sama strategis, disusul makan siang bersama dewan direksi cabang. Sore harinya, Bastille menghadiri sesi foto dan wawancara dengan media lokal mengenai perkembangan terbaru Timothy Dynamics.
Hari-hari Bastille dipenuhi dengan pekerjaan. Bahkan malam hari, dia masih sibuk dengan laptopnya, hingga larut. Bastille tidak bisa bersantai, terutama karena dia sedang mempersiapkan proyek baru yang membutuhkan perhatian dan ketelitian ekstra.
Mr. Steel: Ke kamar saya sekarang.
Bastille mengirim pesan singkat pada asisten pribadinya. Dia ingin melakukan penyesuaian jadwal untuk besok, karena berniat mencari hadiah ulang tahun untuk Yalena. Bastille berharap dia memiliki waktu kosong.
Tak lama kemudian, Antonio datang, membawa serta tabletnya. "Tuan." Dia membungkuk sejenak.
Bastille menatap Antonio sebentar sebelum bertanya, "Apakah ada jadwal kosong untuk besok siang?"
Antonio menggeser layar tabletnya, memeriksa jadwal. "Tidak ada, Tuan. Tapi jadwal Anda selesai pukul tujuh malam besok. Apakah Anda ingin menukar jadwal?" Dia membenarkan kacamatanya, menatap Bastille dengan cermat.
Bastille menggeleng. "Tidak perlu. Biarkan begitu saja. Saya akan menggunakan waktu setelah jadwal usai."
Antonio mengangguk mengerti. "Baik, Tuan."
Bastille merebahkan tubuhnya yang kelelahan, lalu berucap, “Booking De Beers untuk besok malam. Saya ingin mampir.”
Antonio penasaran mendengar instruksi tuannya, tetapi dia tidak bertanya. Hanya mengangguk patuh dan menjawab, “Baik, Tuan.” Sebelum undur diri, Antonio menyodorkan sebuah amplop dokumen pada Bastille. "Ini paket untuk Anda, Tuan. Resepsionis hotel yang memberikannya tadi.”
Bastille menerima paket itu dengan kening berkerut. Dia merobek amplopnya dan menemukan sebuah dokumen di dalamnya. Saat membaca isinya, darahnya langsung mendidih. Itu adalah salinan rencana proyek dari Mark Lee—proyek kontroversial yang dia tentang.
Di dalam dokumen itu, Mark dengan sengaja menyoroti dukungan dari beberapa nama besar yang mendukung proyek tersebut, seolah-olah ingin menunjukkan kekuatannya dan mengejek Bastille.
Bastille meremas kertas tersebut dengan marah. Ini jelas merupakan provokasi dari Mark, sebuah cara untuk mengintimidasi dan mengejeknya. Namun, yang lebih menjengkelkan: kenyataan bahwa dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah proyek itu berjalan. Mark telah mendapatkan dukungan yang cukup kuat untuk memulai inisiatifnya, dan Bastille tahu bahwa pertarungan ini baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Tengil Om CEO
Romance"Kamu siapa? Ada keperluan apa datang kemari?" Bastille terkejut mendapati anak kecil yang dia nikahi sepuluh tahun silam telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Namanya Yalena, Bastille terpaksa menikahinya yang kala itu berumur sepuluh ta...