CERITA DI BALIK VIS

139 12 4
                                    


  13 tahun yang lalu, Tuan Victor hanya seorang Guru di sekolah swasta yang terkenal di kota nya. Ia sangat dekat dengan murid-murid nya. Mereka bahkan sering datang ke rumah Tuan Victor untuk belajar.
 
Kebanyakan dari mereka adalah murid dari keluarga kurang mampu. Banyak dari mereka juga yang berbakat namun harus putus sekolah atau terhenti bakatnya karena murid lain yang dari kalangan berkelas.

Ya, sekolah swasta berkualitas tidak heran dengan banyak nya kecurangan oknum-oknum nakal. Namun Tuan Victor tidak dapat melakukan apa-apa di sekolah itu, karena jabatannya hanya seorang guru yang tidak bisa menembus aturan para komite sekolah.

  Namun dengan mengorbankan warisan beberapa hektar sawah dan warisan dari mertua nya ia mulai ingin membangun sekolah yang bisa membantu para murid-murid yang tidak beruntung.

   Berjuang siang malam bersama istri nya mencari donatur, dan relawan untuk membesarkan sekolah itu. Berkali-kali jatuh bangun. Hutang banyak dan menumpuk di Bank, bahkan hampir ingin menyerah dan minum banyak obat karena frustasi.

  Namun bakat William yang dari kecil sudah pandai dalam berbagai pelajaran, bernyanyi dan bermain musik selalu membangkitkan semangat nya. Ia tidak ingin mati sia-sia, tidak ingin anak nya gagal dalam cita-cita karena ayah nya tidak bertanggung jawab.

  Victor Internasional School "VIS" memang penuh perjuangan. Baru 7tahun bisa bangkit dan di akui standard kualitas pendidikan nya. Banyak para murid yang sukses menjadi atlet, kuliah di kampus luar negeri dengan beasiswa dan banyak lain nya.

  Namun sang pemilik, Tuan Victor ayah William kehilangan waktu bersama anak-anak nya. William dan Lego yang tumbuh dalam kasih sayang kakek dan nenek nya, selalu merasa di tinggalkan oleh ayah dan ibu nya.

   Orang tua nya memperjuangkan anak-anak lain namun tidak bisa memberi waktu untuk William dan Lego hingga mereka tumbuh remaja.

  Perjuangan VIS tidak mudah dan sukses begitu saja. Sekolah yang akhir nya menjadi idaman untuk para murid hingga luar kota, memiliki kisah pilu pemilik nya.

*****

  Tuan Victor terlihat berdiri di bawah foto berukuran besar di dinding, ia menatap gambar itu dengan tajam. Ya Tuan Victor menatap foto bergambar VIS, sekolah yang ia bangun hingga kini di akui Prestasi nya.

*Tok...tok...tok* suara pintu di ketuk

  William masuk ke ruang kerja ayahnya yang masih berdiri di bawah foto itu.

  "Kemarilah !" Panggil tuan Victor pelan pada William, tanpa mengalihkan pandangan nya.

  William yang bingung mencoba mendekat pada ayah nya. Ia berdiri di sebelah ayah nya ikut memandang foto sekolah itu juga.

  "Aku dengar kamu belum mengambil ekstrakurikuler apapun di sekolah" ucap tuan Victor.

  "Hmmm, aku belum memutuskan" jawab William.

  "Kenapa ? Apakah semua yang tersedia tidak lagi menarik minat mu ?" Tanya tuan Victor.

  William menghela nafas "ayah, apa yang mau ayah katakan sebenarnya?" Tanya William balik

  "Kemarilah duduk, ayah ingin berbicara santai denganmu !" Ajak Tuan Victor, lalu berjalan menuju sofa yang ada di ruang kerja nya.

  William yang tidak terbiasa dengan ayah nya yang seperti ini merasa aneh, namun ia berjalan mengikuti ayah nya.

  "Bukan kah sudah lama kita tidak bersantai seperti ini ?" Tanya Tuan Victor

  William yang terus merasa perlakuan ayah nya benar-benar tidak biasa, ia hanya menatap ayah nya dengan wajah datar.

Love Because Of Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang