SEPULUH

62 9 5
                                    

Malamnya Zura izin kepada bos nya karena sakit, habis terlempar bola dan masih pening hingga sekarang. Padahal mah karena mikirin alur novel yang jauh melenceng.

"Kenapa malah kayak gini asu."gumam Zura sambil nyemil jajanan yang biasa ia simpan.

"Pusing banget gue."

Saat asik melamun memikirkan nasibnya tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Zura.

Tok....tok....tok.....

"Siapa malam-malam gini datang?"

"Masih jam 9 sih"

Cklek....

"Savero? Ngapain lo malam-malam kesini?"tanya ku padanya yang hanya diam dengan tatapan datarnya.

"Gue mau ngecek lo"jawab Vero

"Ngecek apaan dih. Gue udah gapapa cuma pusing dikit"ucapku padanya

"Ya, gue mau ngecek sendiri"ucapnya sambil mendorong tubuh ku masuk kedalam. Ya, karena sedari tadi kami hanya berdiri di depan pintu kamar ku.

"Apaan sih lo"kata ku marah

"Ngapain aja lo sama Dipta di UKS?"tanyanya

"Ya gue pingsan, gimana lagi ya pasti tidur."jawabku sambil menatap nya tajam.

"Lo gak di apa-apain sama dia?"tanya nya menyelidik.

"G-gak lah"

"Jadi kenapa bibir lo luka?"ucapnya datar

"Ah....i-ini hm.... Ini ya k-kena bola yang tadi"kata ku gugup saat menjawab pertanyaan nya.

"Ohh gitu"ucapnya sambil mengelus rambut ku yang lalu tiba-tiba disibak kan olehnya dan terlihat lah kissmark yang dibuat Dipta tadi.

"Lalu ini kissmark, siapa yang buat?"tanyanya menatap tajam kearah ku.

Aku menatap nya ketakutan, aku menggelengkan kepalaku. Tanda tak tau.

"Jangan bohong"ucapnya menatap datar kearah ku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku saja dan memundurkan langkah ku menjauh darinya tapi segera ia tahan dan ia langsung mendorong tubuh ku ke kasur.

Aku langsung duduk di pojok kasur dengan mata berkaca-kaca, takut kejadian waktu itu terulang kembali. Kenapa psychopath ini bisa muncul sih.

"Pilih yang mana? Yang tumpul atau yang tajam?"tanyanya padaku sambil menunjukkan dua buah pisau kecil kepadaku.

Aku langsung menggelengkan kepalaku, tentu saja aku tidak mau. Lagian maksudnya apa sih hiks.

"Kenapa sayang? Dia nandain tubuh lo dengan bibirnya kan? Gue juga mau nandain tubuh lo, tapi pakai pisau gue"

"Gak. Gue gak mau"ucapku marah.

"Ini bukan salah gue Savero!!!"ucap Zura yang menaikkan nada bicaranya.

"Sut.... Jangan kuat-kuat suaranya, kalo ada yang dengar dan mau mastiin lo baik-baik orang itu bakalan langsung gue bunuh"ucapnya sambil mengelus rambut ku.

"Hiks...p-pergi, gue m-mau hiks tidur"ucap Zura sambil menangis.

"Iya, nanti tidur nya tunggu gue selesai nandain lo."katanya sambil memegang pinggang ku dan membuat ku membelakangi Vero.

Savero menaikan baju yang zura lalu mengelus punggung yang bergetar akibat menangis itu.

"J-jangan hiks g-gue, gue gak mau s-sakit"ucap Zura sambil mencoba menutup punggungnya.

"Kalo gak mau nambah sakit diam Zura"ucap Vero menekan semua ucapannya.

"Kalo lo gak mau diam, gue bakalan nandain lo pakai pisau tumpul"ucap Vero mengancam.

TRANSMIGRASI WOMEN'S HAREM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang