#8

372 81 95
                                    

Keesokan harinya, Haram telah terbangun dan kini terduduk bersandar di atas ranjang pesakitannya, tatapan lekat sedari tadi ia tujukan pada Pharita yang hendak menyuapinya makan dengan senyuman manisnya. Pharita tanpa sengaja melirik sang adik yang nampak melamun dengan tatapan ke arahnya, gadis itu membawa wajahnya mendekat dan memberikan kecupan pada pipi Haram membuat Haram mengerjap kaget.

"Mengapa kau melamun?" Tanya Pharita dengan senyuman

"A-apa aku masih bermimpi, Eonnie?" Lirih Haram, Pharita tersenyum dan menggeleng

"Ani, mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Kau benar-benar bersamaku? Menyuapiku makan?" Pertanyaan Haram membuat si gadis terdiam, sebuah pertanyaan yang sederhana namun terasa sangat mendalam, seperti baru saja ia berhasil menembus sebuah benteng yang selama ini mengurung sang adik dalam kesepian. Pharita menyentuh tangan Haram, si gadis menatap tangannya dengan ragu hendak membalas genggaman sang kakak.

"Apa sejauh itu jarak kita, Haram-aa. Hingga saat aku di dekatmu, kau merasa ini hanya mimpi semata?" Tanyanya lirih, Haram menganggukkan kepala tanpa beban

"Maafkan Eonnie Haram, selama ini Eonnie tak pernah ada untukmu, Eonnie begitu egois dan jahat telah mengabaikanmu dengan sengaja" Haram bergeming, tatapannya datar pada kedua manik Pharita yang bergetar membuat Pharita di landa kegelisahan dan rasa bersalah yang pekat.

Cklek!

"Haram-aa"

Keduanya menoleh pada Anna yang masuk dengan wajah cemas, si gadis membungkukkan tubuh sopan pada Pharita dan berjalan ke sisi lain ranjang. Haram tersenyum lebar menyambut sahabatnya, ia mengerjapkan kedua matanya saat Anna tiba-tiba saja memeluknya.

"Haram-aa, gwaenchana? Aku sangat takut kau kenapa-kenapa" Lirih Anna, si gadis blonde mengusap punggung si gadis

"Gwaenchana Anna, lagi pula aku kan di rumah sakit sekarang, ada dokter yang merawatku, kau tidak usah cemas" Anna melerai pelukannya dan menatap lekat wajah pucat milik sahabatnya

"Eoh? Jangan bilang jika kau bolos?" Tunjuk Haram yang melihat Anna memakai seragam sekolahnya, Anna tersenyum canggung

"Saat mendengar Ahyeon membicarakan mu pada Narin dan Gawon tanpa pikir panjang aku langsung berlari keluar sekolah dan mencari taksi untuk datang kemari"

"Mengapa seperti itu? Anna, bolos itu tidak baik. Aku saja sangat menyesal berada disini, aku sangat ini bersekolah" Anna menggenggam kedua tangan Haram dan menatapnya lekat

"Haram-aa, kau sahabat terbaikku, aku ingin berada di dekatmu dalam situasi apapun. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian di dunia ini"

Ungkapan tulus dan mengharukan yang keluar dari mulut si gadis cantik nampaknya menjadi sebuah gada yang menghantam keras jantung hati Pharita. Ia memalingkan wajah saat melihat sang adik yang tertawa riang bersama Anna sementara bersamanya, sedari tadi hanya menunjukkan wajah datar.

"Eonnie, gwaenchana?" Pharita mengerjap saat Anna menyentuh lengannya, ia tersenyum dan menggelengkan kepala

"Haram-aa lanjutkan makan mu, Eonnie akan keluar sebentar"

"Biar aku yang menyuapinya, Eonnie" Pharita menyerahkan mangkuk makanan pada Anna, bangkit dan berjalan kearah pintu.

Tatapannya kembali tertuju pada Haram yang terlihat senang saat Anna menyuapinya makan, Pharita meremas kenop pintu dan akhirnya benar-benar pergi dari sana meninggalkan kedua gadis tersebut.

"Haram-aa, Eonnie mu sangat cantik, wajahnya seperti princess di dalam dongeng" Ujar Anna, Haram tersenyum dan mengangguk

"Semua Eonnie ku memang memiliki kecantikan yang berbeda-beda, mereka memiliki pancaran aura memikat pada dirinya masing-masing, begitupun dengan kedua adikku, Aurora dan Canny"

Babymonster Rami || So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang