Hari itu terasa lebih suram bagi Zuohang. Setelah kejadian di kelas, rasa takut dan cemasnya tidak kunjung reda. Meskipun Zhangji sudah membawanya pulang dan Zhixin memastikan keadaan di rumah tetap tenang, hatinya masih belum bisa tenang. Setiap kali ia menutup mata, bayangan isi kotak itu muncul dalam pikirannya, membuatnya terjaga lebih lama dari biasanya.
Zhangji duduk di sampingnya, mencoba memberikan kenyamanan meski ia tahu ketakutan Zuohang tidak akan hilang begitu saja. “Zuohang,” kata Zhangji lembut, “kamu harus mencoba tenang. Kami ada di sini untuk melindungimu. Tidak ada yang bisa menyakitimu saat kami ada.”
Namun, kata-kata itu hanya memberikan sedikit ketenangan. Zuohang menatap keluar jendela, memperhatikan hujan yang turun deras. Suara hujan yang menghantam kaca jendela memberikan sedikit rasa nyaman, meskipun hatinya masih terperangkap dalam ketakutan mendalam.
Zhixin, yang diam di sudut ruangan sejak tadi, akhirnya mendekati mereka. “Kita harus berbicara serius,” katanya dengan nada tegas namun penuh perhatian.
“Apakah kita akan mencari tahu siapa di balik ini?” tanya Zhangji, matanya bertemu dengan kakaknya.
Zhixin mengangguk. “Ya, kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Seseorang jelas sengaja mengincar Zuohang, dan aku merasa ini baru awal dari sesuatu yang lebih besar.” Matanya menatap Zuohang, yang kini duduk di sudut sofa dengan tangan terlipat. “Zuohang, kamu harus tetap kuat. Kami akan mencari tahu siapa yang melakukan ini dan mengapa.”
Namun, Zuohang hanya menunduk. Ia tidak bisa membayangkan siapa yang ingin menyakitinya. Wajahnya pucat, dan meskipun ia tahu ada yang mengancamnya, ketakutan itu tetap menguasai dirinya. “Aku… aku tidak tahu siapa yang bisa begitu jahat padaku, Zhixin-ge. Aku hanya… merasa sangat takut.”
Zhangji menepuk bahu Zuohang dengan lembut. “Kamu tidak sendiri, Zuohang. Kami semua ada di sini. Kami akan memastikan kamu aman.”
Namun, di dalam hatinya, Zhangji tahu bahwa ancaman ini lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Tak hanya mereka yang terlibat, tapi juga keluarga mereka. Apalagi dengan Junhao dan Yuhan yang belum tahu apa-apa tentang situasi ini. Menghadapi bahaya ini, ia tahu mereka akan membutuhkan lebih banyak bantuan.
.
Di rumah mereka, Junhao sedang bermain video game di ruang tengah, sementara Yuhan duduk di meja belajar, menatap buku yang terbuka namun tidak sepenuhnya fokus. Begitu mereka mendengar langkah kaki Zhixin dan Zhangji yang kembali ke rumah, mereka segera mendekat.
“Apa yang terjadi, gege?” tanya Junhao, melihat kakak-kakaknya yang tampak serius. Wajahnya yang biasanya ceria berubah cemas begitu melihat ekspresi serius kedua kakaknya.
“Zuohang dalam bahaya,” jawab Zhixin tanpa basa-basi. “Seseorang mengirim ancaman padanya. Dan ini bukan hanya tentang dia. Ini bisa berhubungan dengan kita semua.”
Yuhan, yang sedari tadi mendengarkan, menutup bukunya dan mendekat. “Apa yang kita lakukan sekarang? Bagaimana kita bisa membantu?”
“Pertama, kita harus memastikan Zuohang aman,” jawab Zhangji. “Tapi kita juga perlu mencari tahu siapa di balik semua ini. Kita tidak bisa membiarkan mereka terus mengancam.”
Junhao mengangguk cepat. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengancam Azuo ge!” suaranya yang lantang penuh semangat. Meskipun usianya lebih muda, tekadnya tidak kalah dari kakak-kakaknya.
Namun, Zhixin menahan. “Junhao, ini bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan kekuatan. Kita perlu merencanakan semuanya dengan hati-hati. Jika kita salah langkah, kita semua bisa menjadi target.”
Suasana menjadi hening sejenak. Hujan masih terdengar deras di luar. Semua anggota keluarga itu terdiam, merenungkan betapa seriusnya situasi yang mereka hadapi.
“Yang terpenting sekarang,” Zhixin melanjutkan, “kita perlu menemukan siapa yang ada di balik ini. Aku rasa ini bukan sekadar ancaman kosong. Mereka punya rencana lebih besar.”
Saat malam tiba, Zuohang terbangun dari tiduran singkatnya. Rasa takutnya masih belum hilang, namun ada sesuatu yang baru muncul di dalam dirinya—rasa ingin tahu yang mulai menggantikan sebagian ketakutannya. Di hadapannya ada keluarga yang siap melindunginya, tapi ia tahu ini bukan sekadar masalah kecil.
Dengan langkah hati-hati, ia keluar dari kamarnya, mencari Zhixin dan Zhangji yang sedang berdiskusi di ruang tamu.
“Mereka sudah tahu, kan?” tanya Zuohang, matanya menatap kakak-kakaknya dengan serius. “Aku tidak bisa terus bersembunyi dari kenyataan. Aku harus tahu siapa yang ingin mencelakaiku.”
Zhixin menoleh, mata penuh keprihatinan. “Kami tahu kamu kuat, Zuohang. Tapi ini bukan masalah yang bisa kamu selesaikan sendiri. Kita semua akan mencari tahu, bersama-sama.”
“Jangan khawatir,” tambah Zhangji, tersenyum lembut. “Kami akan selalu ada untukmu, dan kita akan menghadapi ini bersama.”
Zuohang mengangguk, namun rasa takut itu tak bisa sepenuhnya hilang. Apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Ke mana lagi mereka harus mencari petunjuk? Semua pertanyaan itu berputar di pikirannya, sementara langkah-langkah baru mereka menuju misteri yang lebih dalam telah dimulai.
![](https://img.wattpad.com/cover/368085530-288-k87247.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zuohang (END)
Hayran KurguAkibat mengutuk sebuah novel yang dibeli olehnya, Zuoshan secara tidak sengaja bertransmigrasi ke dalam novel tersebut. Nasib sial tidak berhenti di situ.. dia yang ditakdirkan mati di akhir cerita disebabkan antagonis cowo, kini menjadi rebutan par...