Hari ini Roveldents pulang lebih awal. Kepala sekolah dan para guru akan menghadiri pertemuan mendadak di University of La Rovelberg. Ya, tak cuma Sekolah Menengah Atas, La Rovelberg juga punya bagian kampus elitnya. Letaknya cukup jauh dari gedung SMA. Elena dan Joanne berjalan berdua menuju luar gedung. Troy berjaga jarak di belakang mereka.
"Kasihan juga Troy, Joa. Dia jadi sendirian sekarang," bisik Elena.
Joanne memutar bola mata. "Itu bagus! Aku sangat senang saat orang-orang meledeknya. He deserved it."
Elena sedikit melirik ke belakang. Troy tersenyum kecil menatapnya. Lalu Elena menatap Joanne lagi.
"Apa dia tidak punya sahabat dekat selain dirimu? Previously," tanya Elena.
"Ada. Teman-teman tongkrongan. Tapi mereka ku ancam untuk menjauhinya."
"Apa tidak terlalu kejam?"
"Elena, kau lihat Ruschel dicium wanita lain saja kau marah. Bagaimana jika kau memergoki dia--"
"Jangan diteruskan!"
"Lihat, untuk membayangkan bagaimana rasanya diposisiku saja kau tidak sanggup."
Ruschel pernah bermalam dengan Zevia. Tidak melihatnya saja aku ... aku kesal sekali. Joanne benar. Rasanya sakit jika melihatnya langsung, batin Elena. Tangannya mengepal.
Joanne terkekeh. "Katakan apa yang kau pikirkan! Kau tiba-tiba terlihat kesal begitu."
Elena menghela napas pelan. "Maaf, aku sempat bersimpati pada orang yang menyakitimu."
"It doesn't matter, my girl."
"Tahu Zevia pernah tidur dengan Ruschel saja rasanya sakit," gumam Elena nyaris tanpa suara.
"Kau bilang apa? Aku dengar kata Zevia." Joanne mengernyit.
Elena menggeleng. Mengajak Joanne lebih mempercepat langkahnya. Mengajaknya membicarakan hal lain. Jangan sampai Joanne melibatkan Zevia dalam pembicaraan. Ketika mereka hendak menuju parkiran, tiba-tiba ponsel Elena berdering. Ada panggilan masuk. Elena menghentikan langkah kakinya. Menatap nama yang tertera di layar. Ruschel meneleponnya. Ia terima telepon itu. Dalam percakapan singkat, Ruschel menyuruh Elena menunggu Percy yang akan menjemputnya. Dia sudah bilang akan ikut Joanne, namun Ruschel bersikeras untuk meminta menunggu si kepala pengawal Percy.
Joanne tidak merelakan itu begitu saja. Dia mengajukan tawaran. Dia akan membiarkan Percy membawa Elena, asalkan memenuhi satu syarat. Elena sampai terheran-heran. Apalagi sekarang yang akan Joanne lakukan. Permainan Joanne kali ini tidak main-main. Dia mau merilekskan diri di spa mewah di hotel properti milik perusahaan Goncalve, dengan ditemani seorang pria yang merupakan popstar dunia. Ruschel terdengar jengkel dengan permintaan konyol Joanne, tapi dia hanya bisa pasrah demi Elena.
"Aku tidak tahu apa si popstar itu akan melayani kekonyolanmu," ucap Ruschel dari pengeras suara.
Joanne membalas, "Kau Don Ruschel! Aku tahu kau bisa dapatkan apa yang kau mau. Kau bahkan bisa memanggil semua popstar menghadap padamu."
Ruschel menggeram jengkel. "Arghh ... shut your mouth, freaky-deaky. Alright, alright. Aku akan coba mengaturnya. Tapi itu butuh waktu. Pulang dulu ke rumahmu, atau kemana pun terserah."
"Muach!" Joanne menggerakan telapak tangannya ke bibir, seolah dia sedang mencium sesuatu. "Kau tidak pernah mengecewakanku jika membuat kesepakatan denganmu. Thank you so much, your Majesty."
"Oh, sial! Jangan menyebutku begitu," balas Ruschel.
Joanne hanya bersenandu kecil. Berpura-pura tidak dengar. Elena kembali bercakap dengan Ruschel. Dia akan tunggu Percy sekarang. Panggilan pun berakhir. Elena duduk di bangku taman yang ada di bawah pohon rindang. Kemudian Joanne datang bersama mobil yang atapnya terbuka. Joanne keluar, duduk di kap. Menemani Elena menunggu Percy.
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomanceKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Mafia Don yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...