11

14 4 4
                                    

Malam itu, Mrs. Selli duduk di ruang keluarga, matanya tertuju pada layar laptopnya yang menampilkan sebuah video tentang Mukjizat Lourdes. Ia menonton dengan penuh perhatian, mendengar kisah-kisah orang yang mengaku mendapatkan kesembuhan luar biasa setelah mengunjungi tempat itu.

Lourdes adalah sebuah kota kecil di Prancis yang dikenal sebagai salah satu tempat ziarah Katolik paling terkenal di dunia. Mukjizat Lourdes merujuk pada peristiwa-peristiwa luar biasa yang diyakini terjadi di sana, terutama setelah penampakan Perawan Maria kepada seorang gadis muda bernama Bernadette Soubirous pada tahun 1858.

Dalam salah satu penampakan itu, Bernadette diarahkan untuk menggali sebuah mata air di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Grotto of Massabielle. Air dari mata air tersebut dianggap memiliki kekuatan penyembuhan. Sejak saat itu, ribuan orang yang menderita penyakit serius datang ke Lourdes dengan harapan mendapatkan mukjizat.

Banyak orang mengklaim bahwa setelah mandi atau meminum air dari Lourdes, penyakit mereka hilang secara tiba-tiba. Keajaiban ini diperiksa oleh para ahli medis independen melalui Lourdes Medical Bureau. Hingga saat ini, Gereja Katolik mengakui 70 kasus resmi kesembuhan yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah.

Mrs. Selli terdiam, terpikir untuk membawa Hailey ke Lourdes. Ia tahu Hailey tidak pernah menyerah, tapi kanker yang dideritanya semakin membuat gadis itu lelah. Dalam hatinya, Mrs. Selli berharap mukjizat dari Lourdes bisa menjadi harapan terakhir untuk kesembuhan Hailey, atau setidaknya memberinya kekuatan untuk melanjutkan hidup dengan lebih damai.

Mr. Bridger baru saja membuka pintu ruang keluarga ketika ia melihat istrinya, Mrs. Selli, duduk di sofa dengan mata tertuju ke layar laptop. Ia melepas jas kerjanya, menggantungnya di dekat pintu, dan berjalan mendekat sambil berkata, “Apa yang sedang kau tonton, Selli?”

Mrs. Selli mengangkat wajahnya sejenak, namun alih-alih menjawab, ia balik bertanya, “Dari mana kau?” Nada suaranya datar, lebih terdengar seperti kewajiban daripada perhatian.

Mr. Bridger duduk di kursi berseberangan, melepas sepatu, dan menghela napas panjang. “Aku baru pulang dari kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus dikejar,” katanya. Ia memijat pelipisnya, terlihat jelas rasa lelah yang membebaninya.

"Kurasa keluarga kita butuh liburan," ucap Mrs. Selli datar, namun nada suaranya menyimpan arti lebih dari sekadar ajakan sederhana.

Mr. Bridger yang sedang melepas dasinya tertegun. "Liburan? Sekarang?" tanyanya dengan alis sedikit terangkat, tak menyembunyikan keterkejutannya.

"Lalu kapan lagi?" jawab Mrs. Selli dengan nada sedikit tajam. "Hailey selalu ingin melihat dunia luar. Aku pikir, ini saatnya."

"Ke mana?" tanya Mr. Bridger, meski ia tampaknya sudah punya firasat.

"Ada suatu tempat di Prancis, Lourdes," Mrs. Selli mulai menjelaskan. "Orang-orang bilang, air di sana bisa menyembuhkan mereka yang sakit. Aku pikir—"

"Air?" potong Mr. Bridger, suaranya terdengar skeptis. "Menyembuhkan? Selli, dia sudah menjalani puluhan sesi kemoterapi. Kau pikir air bisa menggantikan itu?"

Mrs. Selli menghela napas dalam, mencoba tetap tenang. "Ya, kurasa aku tahu itu tanpa harus kau beri tahu."

"Kalau begitu kau pasti juga tahu, seberapa besar kekecewaan yang mungkin ia rasakan kalau harapan itu ternyata tak lebih dari dongeng. Membawanya ke sana hanya untuk—"

"Kita semua kecewa, Bridger," potong Mrs. Selli dengan suara rendah, namun sarat emosi yang tertahan. "Tapi itu bukan alasan untuk menyerah pada putri kita."

"Aku tak menyerah!" balas Mr. Bridger dengan cepat. "Aku hanya tidak ingin dia berpikir keajaiban itu benar-benar ada, hanya karena kita menyeberangi laut untuk sampai ke sana."

"Hailey's Silent Goodbye"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang