Mrs. Selli dan Mr. Bridger tiba di kamar Hailey dengan langkah terburu-buru, wajah mereka penuh kecemasan. Begitu mereka masuk, mereka melihat Levin berdiri di samping ranjang Hailey, tampak lelah tapi tetap setia mendampingi.
"Paman dan Bibi, dokter akan datang sebentar lagi untuk menjelaskan hasil pemeriksaannya," ucap Levin lembut, berusaha terdengar tenang. Ia menatap Hailey yang masih terbaring lemah, wajahnya pucat tapi terlihat damai dalam tidurnya.
Mrs. Selli mengangguk, sementara Mr. Bridger menghela napas, mempersiapkan diri untuk mendengar apa yang mungkin akan dikatakan dokter. Levin kemudian menunduk dan mengusap lembut wajah Hailey, matanya dipenuhi kasih sayang yang dalam.
"Aku akan keluar sebentar, Paman dan Bibi. Beri tahu aku jika kalian butuh sesuatu," katanya pelan. Ia lalu berjalan menuju pintu, menoleh sekali lagi ke arah Hailey sebelum akhirnya meninggalkan ruangan, memberinya waktu untuk bersama orang tuanya.
Begitu Levin melangkah keluar, suasana kamar kembali hening, hanya suara alat-alat medis yang terdengar samar-samar. Mrs. Selli duduk di samping ranjang putrinya, menggenggam tangannya erat seolah ingin menyalurkan kekuatan, sementara Mr. Bridger berdiri di belakangnya, berusaha tetap kuat untuk keluarganya.
Levin melangkah ke lorong yang sunyi, tempat di mana biasanya keluarga pasien duduk menenangkan diri, beberapa menunggu dengan penuh harap, ada yang berbicara di telepon, atau hanya beristirahat dalam keheningan.
Jarinya terhenti sejenak di atas nama Noah. Ada keraguan yang menggantung-campuran perasaan yang sulit ia jelaskan. Hailey mungkin akan mencarinya nanti saat sadar, dan sebagai temannya, Levin merasa seharusnya Noah tahu apa yang terjadi. Namun, ada dorongan kecil di hatinya yang menahannya, dorongan yang muncul setiap kali melihat Hailey tersenyum atau tertawa saat bersama Noah.
Levin memejamkan mata sejenak, mencoba menyingkirkan perasaan yang membuat dadanya terasa sesak. Ia tahu ini bukan saatnya untuk memikirkan hal semacam itu. Dengan helaan napas panjang, akhirnya ia menekan tombol panggil. Beberapa detik kemudian, Noah menjawab.Levin menarik napas dalam-dalam sebelum memutuskan untuk menghubungi Noah. Saat Noah mengangkat telepon, Levin mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.
"Noah," ucap Levin pelan, "Hailey baru saja selesai dioperasi. Dia masih belum sadarkan diri... tapi kupikir, mungkin saja kalau kau ada di sini saat dia bangun nanti, itu bisa membuatnya merasa lebih baik."
Suara Levin terdengar tegar, meskipun setiap kata yang ia ucapkan terasa menusuk hatinya sendiri. Ia tahu Hailey akan lebih senang melihat Noah saat terbangun nanti, namun kenyataan itu juga membuat hatinya terasa berat, seakan memberikan sebagian dari dirinya untuk orang lain.
Noah terdiam sejenak setelah mendengar kabar dari Levin. Rasa bersalah memenuhi hatinya ketika menyadari bahwa tadi ia sempat kecewa, berpikir Hailey sengaja mengingkari janjinya. Mendengar penjelasan Levin, rasa sesal pun mulai menggantikan kekesalan yang tadi ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Hailey's Silent Goodbye"
Fiksi RemajaBunga krisan. Di sebuah taman yang cerah, dua bunga tumbuh bersebelahan: satu krisan yang setia, dan satu mawar yang memesona. Cinta yang tulus terjebak dalam bayang-bayang keindahan, sementara angin membawa harapan baru. Saat badai datang dan kelop...