1

121 14 10
                                    

Pagi ini, cuaca cerah namun dingin, menggambarkan awal musim gugur yang baru saja tiba. Seorang pemuda bernama Levin tengah mengemasi perlengkapan sekolahnya dengan hati-hati, meskipun sesekali tampak sedikit ceroboh. Di lehernya melingkar syal berwarna krim yang tergelung rapi, memberikan kehangatan tambahan dari udara pagi yang menusuk.

Sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tas, pandangannya tertuju pada sebuah buku diary yang tergeletak di atas meja di depan TV. Ia segera meraihnya, memastikan semua catatan penting tersimpan rapi. Namun, ketika hendak keluar, sesuatu terlintas di benaknya.

"Hei...," gerutunya sambil menggaruk kepala. Ternyata, satu lagi buku catatannya tertinggal. Dengan langkah cepat, Levin kembali memasuki rumahnya, menatap rak buku yang penuh dengan berbagai barang.

"Oke, huuuh... Levin, fokuslah," gumamnya sembari berusaha mengingat-ingat kembali barang apa saja yang mungkin tertinggal. "Musim gugur ini baru saja dimulai, jangan sampai berantakan sejak awal."

Setelah memastikan semua perlengkapannya sudah lengkap, Levin berjalan cepat menuju sekolah. Tinggal sendirian memang sudah menjadi kesehariannya sejak orangtuanya harus pindah ke kota lain karena pekerjaan. Meski sempat ditawari untuk ikut, Levin menolak, karena ia tidak ingin meninggalkan sekolah yang hanya tinggal beberapa bulan lagi hingga kelulusan.

Hari ini cukup istimewa, karena di sekolahnya akan diadakan pentas seni. Bahkan Levin sendiri akan tampil di acara tersebut. Ia tidak hanya bersemangat, tetapi juga merasa sedikit gugup membayangkan tampil di depan teman-teman dan para guru.

"Semoga berjalan lancar," gumamnya pelan, melangkah semakin cepat menyusuri jalanan yang mulai ramai oleh siswa-siswa lain.

___

Di depan gerbang sekolah, mobil keluarga Bridger berhenti, dan suasana riuh segera terdengar begitu mereka keluar. Hailey dengan senyum jahil langsung menginjak kaki Edelin, yang kontan memprotes keras.

"Hei, Hailey! Kau menginjak sepatu baruku," gerutu Edelin kesal. Sementara itu, Hailey hanya tertawa puas melihat reaksi adiknya.

Mrs. Selli, yang berada di kursi depan, mengarahkan pandangan ke belakang. "Edelin, bisa kau ambilkan botol air minum di belakang kursimu?" Namun, Edelin tak mendengarnya karena masih sibuk berdebat dengan Hailey.

"Heii, heii, stop! Kalian berdua seperti anak kecil," kata Mrs. Selli mencoba melerai.

"Dia yang duluan menginjak sepatuku, Bu!" Edelin berargumen dengan tatapan sebal, sementara Hailey membalas santai, "Kakiku terhalang olehmu. Kau tahu kan kalau aku susah bergerak?"

Mr. Bridger akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun penuh wibawa. "Sudah, sudah. Acara pasti sudah dimulai. Aku tidak ingin melewatkan penampilan Levin," ujarnya, menengahi perdebatan kecil yang kerap menghiasi perjalanan mereka.

"Ambilkan krukku," pinta Hailey sambil menatap Edelin. Ia harus menggunakan kruk untuk membantunya berjalan lebih mudah, meskipun ia enggan menjelaskan alasan di baliknya.

Kruk yang digunakan Hailey

Kruk yang digunakan Hailey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hailey's Silent Goodbye"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang