Ashes to glory

285 21 0
                                    




Busan

Sore itu, cuaca begitu cerah, begitu juga dengan senyum jennie yang kini tengah berlari kecil menuju rumah kecilnya di ujung jalan, senyum lebar jennie terlihat begitu manis, matanya berbinar ketika ia membuka pintu galeri itu.

"Oppa!" panggil jennie ketika mendapati Limario, pria yang ia cari, tengah duduk di meja kerjanya dengan kuas di tangan, dan kanvas besar di depannya.

Tidak ada jawaban dari pria itu, membuat jennie mendekat dan mengamati apa yang sedang dilakukannya, ia tersenyum manis melihat betapa sempurnanya pria di hadapannya, dengan tatapan tajam yang fokus pada kanvas dan ekspresi wajahnya yang tanpa emosi, sementara ia menggoreskan kuas kecil di atas kanvas putih.

"Apa kau sangat sibuk, ku sangat senang hari ini," ujar jennie, duduk di kursi yang biasa digunakan Limario untuk meletakkan alat lukisnya, jennie memiringkan wajahnya, menunggu respon, namun tidak ada sedikit pun reaksi dari Limario

"Aku diterima di SNU apa kau tahu, aku sangat senang sekali hari ini, bagaimana kalau hari ini aku traktir makan? apa yang kau inginkan?" jennie berdecak sebal, melihat limario yang tetap sibuk dengan pekerjaannya, wajahnya semakin kesal karena meskipun ia berbicara, limario tak menoleh sedikit pun

"Oppa, limario, apa kau tidak mendengarkan?" seru jennie, menghentakkan kakinya di lantai dengan suara keras, akhirnya menarik perhatian limario, ia menoleh padanya dengan tatapan datar

"Sekarang kau mendengar?" tanya jennie kesal, memutar bola matanya malas menatapnya

"Apakah perlu aku hancurkan semuanya agar kau menoleh padaku?" limario mengerutkan keningnya, menatap jennie yang kini mendekatkan tubuhnya, hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya

Jennie menelan saliva, menatap mata almond limario yang tajam dan menawan, aa menghela napas berat namun Limario kembali membuang muka, kembali sibuk dengan pekerjaannya

"Kau bisa pergi! aku sangat sibuk," ucap limario tanpa melihat jennie, membuat jennie terkejut

Ia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, datang dengan kabar bahagia, ia malah diabaikan begitu saja oleh orang yang ia sukai

"CK!" jennie mendecak kesal, menghentakkan kakinya sebelum pergi meninggalkan galeri limario

Di luar galeri, jennie berjalan marah dengan wajah memerah, merasa frustasi, kaki nya menendang batu kecil hingga terlempar begitu jauh, daun-daun yang jatuh seolah mewakili hatinya yang sedang terluka

"Apa yang sebenarnya aku inginkan darinya? dia bahkan tak pernah menganggap ku, bahkan aku tak tahu lagi harus berbuat apa," gumam jennie, berpikir keras tentang limario yang selalu bersikap dingin padanya

Saat ia tiba di rumahnya, jennie melihat ibu nya yang sedang menyiram tanaman di taman depan.

"Mom" panggil jennie, melihat ibunya yang tengah menyiram tanaman dengan topi pantai untuk melindungi diri dari teriknya matahari sore

Nyonya kim melihat wajah putrinya yang tampak kesal, padahal sebelumnya jennie begitu bahagia setelah diterima di universitas impiannya, namun sekarang, wajah jennie tampak murung, bibirnya tertekuk, dan matanya menatap tajam.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya nyonya kim, masih melanjutkan pekerjaannya menyiram bunga yang cantik

"Entahlah, aku malas sekali hari ini," keluh kennie, menendang tanah dengan kesal tanpa melihat ibunya.

"Sebaiknya kau bantu mom, daripada terus mengganggu pemilik galeri itu," ujar nyonya kim, tahu bahwa jennie baru saja berkunjung ke galeri limario, setiap kali jennie pulang dari sana, raut wajahnya selalu kesal

Phoenix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang