Jennie melangkah keluar dari rumah joy tepat pukul sebelas malam, udara malam yang dingin menyapa kulitnya, namun entah kenapa ia merasa sangat nyaman, ia menyukai ketenangan yang diberikan oleh malam, seperti pelukan lembut yang membuatnya merasa tenang langkahnya perlahan namun mantap, menyusuri jalanan menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari tempat joy tinggal, senyum kecil tersungging di wajahnya, mengingat tawa dan kebahagiaan yang ia rasakan sepanjang malam di rumah joy.
Namun, tubuhnya kini terasa lemas, seolah-olah seluruh energi yang ia miliki telah terkuras habis, meskipun begitu, matanya sesekali melirik ke depan, memastikan arah yang ia tuju. jalanan perumahan tampak sepi, hanya ada beberapa lampu jalan yang menerangi dengan cahaya kuning redup. di ujung jalan, ia melihat seseorang berjalan mendekat, pria tinggi mengenakan pakaian serba hitam, dan menenteng sebuah kantong plastik putih. wajahnya datar, namun sorot matanya terlihat lembut.
bruk.....
Jennie tersentak dan membulatkan matanya, seorang pria mengenakan jas hujan hitam tiba-tiba berlari kencang dari arah berlawanan dan menabrak limario yang tadi berjalan santai,.limario yang ditabrak itu terdorong ke depan, hampir kehilangan keseimbangan jennie mendadak membeku di tempat, tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
“Oppa” gumam jennie lirih, nyaris tidak terdengar ia menatap limario yang terdorong itu dengan khawatir, namun limario segera berdiri tegap, seolah tidak terjadi apa-apa, ia menoleh ke arah pria yang menabraknya, namun pria dengan jas hujan hitam itu sudah menghilang di balik kegelapan
Jennie menggigit bibirnya, merasa ragu apakah ia harus menghampiri limario atau melanjutkan langkahnya menuju rumah, namun limario tiba-tiba memandang ke arahnya, sorot matanya yang lembut membuat jennie merasa sedikit lega.
Jennie masih berdiri diam di tempat, matanya mengikuti langkah limario yang berjalan pergi melewati wajahnya tanpa sepatah kata, ia menghela napas pelan, lalu melanjutkan langkahnya, namun pandangannya tiba-tiba menangkap sesuatu yang terjatuh di tempat limario sebelumnya berada, dengan rasa penasaran, jennie segera mendekat dan mengambil benda itu.
Ia memandang sekeliling, berharap melihat sosok limario, tetapi pria itu sudah menghilang dari pandangannya, dengan cahaya yang redup, jennie mencoba melihat benda itu lebih jelas, alisnya berkerut saat menyadari bahwa benda tersebut adalah sebuah badge polisi.
"Ck, bagaimana mungkin seorang polisi memiliki sikap buruk seperti itu? menabrak orang dan langsung pergi begitu saja?" gumam jennie kesal ia menatap badge itu dengan ragu, lalu memutuskan untuk meletakkannya kembali di tempat semula, jennie kembali melangkah menuju rumahnya
ceklek.....
Ia membuka pintu dengan pelan namun langkahnya terhenti seketika saat mendapati pemandangan di ruang tamu, myung-min dan ha jiwon sedang duduk di sofa dengan posisi yang membuat jennie mengangkat alis, ibunya duduk di pangkuan ayahnya, dan mereka terlihat sedang berciuman mesra.
ehem
Jennie berdehem dengan suara cukup keras, membuat kedua orang tuanya tersentak, ha jiwon langsung bangkit dari pangkuan suaminya dengan wajah sedikit memerah.
"Aku tidak lihat kok, lanjutkan saja" ujar jennie dengan nada datar sambil memutar bola matanya, tanpa menunggu reaksi dari mereka, ia melangkah malas menuju kamarnya
Ha jiwon yang masih berdiri di ruang tamu menatap tajam ke arah myung-min, yang hanya terkekeh pelan.
"Itu salahmu" ujar ha jiwon sambil memukul lengan suaminya dengan kesal sebelum beranjak pergi meninggalkan ruang tamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix
Teen FictionIn the darkness of the silent night, I was overcome with fear, unable to do anything but remain still. Until one day, a smile graced my stiff lips, as your smile brought light into my world.