Rintik hujan hari ini membasahi perumahan dengan merata, dari dalam rumahnya jennie menatap jendela yang mulai berembun jemarinya menyentuh kaca dengan lembut namun pikirannya melayang jauh meninggalkan tubuhnya yang diam.
Sejak tadi jennie duduk bersila di lantai dingin memandangi jalanan yang tergenang air, hujan deras terus mengguyur, meninggalkan suara yang bergaung di telinganya.
"Apa yang sedang kau lakukan sekarang? apakah kau merasa kesepian? kau pasti tersiksa kedinginan" gumam jennie pelan pada dirinya sendiri
Dengan kasar ia menarik pintu rumahnya, kedua orang tuanya sedang pergi meninggalkannya sendirian jennie mendongak ke langit, melihat hujan yang semakin deras di tangannya ia membawa sebuah payung hitam dan sebuah paper bag.
Jennie berjalan cepat menerobos hujan deras, jam telah menunjukkan pukul tujuh malam dan suasana komplek perumahan tampak sunyi, Langit gelap hujan disertai angin membuat orang-orang memilih tetap berada di rumah.
Setelah beberapa menit jennie akhirnya tiba di depan galeri limario tangannya mengetuk pintu yang sudah terkunci wajahnya basah tubuhnya menggigil karena hanya mengenakan jordan brooklyn fleece hoodie.
"Oppa, ini aku bisakah kau buka pintunya" jennie berteriak sambil terus mengetuk dengan keras
Tak lama kemudian limario muncul dari dalam, dengan sweatpants dan celine cotton tshirtblack, ia berjalan santai ke arah pintu keningnya berkerut melihat jennie yang kuyup tanpa berkata apa-apa, ia membuka pintu dan Jennie langsung masuk ke dalam.
"Hujannya sangat deras, bajuku basah," lirih jennie sambil memeras bagian bawah sweaternya air dari pakaiannya menetes ke lantai putih menciptakan genangan kecil
"Kau mau apa ke sini?" tanya limario dengan nada datar, jennie memutar matanya, tak percaya dengan sambutan itu
"Mwo? itu pertanyaanmu untuk menyambut tamu? Kau sungguh sopan sekali," balas jennie kesal, ia melirik tubuhnya yang basah
"Bisakah aku meminjam bajumu? kalau terus memakai ini, aku bisa sakit"
Limario hanya memandangnya tanpa reaksi jennie mendengus, lalu beranjak ke tangga namun tangannya tiba-tiba dicengkeram erat oleh limario.
"Apa yang kau lakukan?" tanya limario tajam jennie
Ia terdiam menatap mata hazel yang tajam, jennie menelan saliva kasar segera memalingkan wajah.
"Huft maaf" lirik jennie melihat reaksi limario yang di berikan pada nya membuat nya tau laki-laki ini tidak suka dengan apa yang ia lakukan
Tangan nya masih dicengkeram erat oleh limario, dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri yang entah kenapa bertingkah seperti itu ia memejamkan mata merasakan lengan nya terlepas begitu saja dari cengkraman limario.
"Aku akan ambilkan" ujar limario dingin langsung pergi ke atas, jennie menghembuskan napas kasar menatap punggung limario yang sudah menghilang
"Bodoh nya kau jennie"gumam jennie memejamkan mata
Suasana nya sekarang seolah terasa begitu dingin sekali, jennie duduk di sofa tempat para pengunjung datang memeluk tubuhnya, ia terdiam melihat tatapan tajam limario yang baru ia lihat barusan membuat nya merinding.
"Pakailah"
Jennie mendongak kala suara limario yang membuat nya kalut dalam ekspresi datar yang diberikan limario pada nya.
"Kau akan kedinginan, pakailah" ujar limario lembut berjalan menuju meja kerja nya
Jgeeerr
Jennie tersentak mendengar suara petir mengguncang jendela getaran nya terasa sampai ke tulang, ia segera membuka pintu kamar mandi dengan kasar berlari menghampiri limario, napas nya memburu dengan wajah memucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix
Teen FictionIn the darkness of the silent night, I was overcome with fear, unable to do anything but remain still. Until one day, a smile graced my stiff lips, as your smile brought light into my world.