Unseen stories

51 6 0
                                    

Lee sung min duduk di ruangannya dengan wajah datar, sejak tadi, ekspresinya tidak menunjukkan keramahan sedikit pun, pandangan tajamnya terus terpaku pada pintu yang terbuka lebar, seolah menanti seseorang yang sudah ia duga akan datang, Ketika suara langkah terdengar mendekat, laki-laki tua itu tetap tidak bergeming, matanya hanya mengikuti sosok yang melangkah masuk dengan santai.

Jaehwan, anak tirinya, memasuki ruangan tanpa sedikit pun menunjukkan rasa segan, jas bottega veneta pre-fall 2020 collection yang dikenakannya tampak mewah, berpadu sempurna dengan sepatu wyatt chelsea boots in suede dari Saint Laurent, jaehwan berjalan perlahan, tanpa tergesa, lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk, kedua kakinya langsung ia silangkan dengan santai, seperti tidak memedulikan aura tegang yang memenuhi ruangan.

"Ada apa memanggilku?" tanya jaehwan dengan nada malas, sorot matanya dingin, dan sikap acuhnya semakin jelas terlihat

Lee sung min menarik napas panjang, mencoba mengendalikan dirinya, ia sudah sangat memahami sifat jaehwan yang sering kali membuatnya kehilangan kesabaran.

"Apakah kau mengurus perusahaan jung jae dengan benar?" tanya lee mung min akhirnya, suaranya tegas namun tenang

Jaehwan mengangkat alis, lalu mendudukkan tubuhnya sedikit lebih tegak "Bukankah kau selalu meminta laporan kepada sekretarisku?" balas jaehwan dengan nada yang terdengar seperti protes, hampir menyerupai kemarahan yang tertahan, pandangannya menusuk menantang lee sung min untuk memberikan jawaban

Lee sung min menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya tetap tertuju pada jaehwan, sementara itu, jaehwan bersandar ke belakang, kedua tangannya terlipat di dada.

"Aku ingin mendengar langsung darimu" ujar lee sung min akhirnya nada bicaranya tidak berubah

"Apakah kau benar-benar menjalankan tanggung jawabmu, atau kau hanya mengandalkan orang lain untuk menutupi kelalaianmu?" jaehwan mendengus pelan, senyum tipis muncul di sudut bibirnya, ia menatap sung min dengan mata yang penuh sinisme

"Kau sepertinya tidak percaya padaku" jawab jaehwan singkat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar di belakang sung min, matanya menatap pemandangan kota yang terlihat dari ruangan itu, seolah pembicaraan ini tidak begitu penting baginya

Lee sung min mengetukkan jarinya ke meja "Ini bukan soal kepercayaan jaehwan, ini soal tanggung jawab, jika kau ingin tetap berada di posisimu, kau harus menunjukkan bahwa kau pantas untuk itu"

Jaehwan mengalihkan pandangannya kembali ke lee sung min, Kali ini, sorot matanya terlihat sedikit lebih serius, meskipun sikap tubuhnya tetap santai.

"Aku tahu apa yang aku lakukan" ucap jaehwan pelan namun penuh penekanan "Kau tidak perlu khawatir."

Lee sung min terdiam sejenak, memperhatikan jaehwan dengan seksama, ia tahu bahwa anak tirinya ini adalah sosok yang sulit ditebak, penuh dengan kebanggaan yang terkadang berlebihan.

"Kuharap begitu" ujar lee sung min

"Karena jika tidak, kau tahu konsekuensinya" jaehwan tersenyum tipis, hampir seperti mengejek

"Kau tidak perlu mengancamku" kata jaehwan sebelum bangkit dari sofa, ia merapikan jasnya dengan gerakan santai, lalu melangkah menuju pintu tanpa menunggu respons lebih lanjut

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan"










Jennie berjalan menyusuri trotoar dengan langkah pelan hari itu langit mulai meredup, menandakan malam yang segera tiba, ydara dingin menyentuh kulitnya, namun ia tetap melangkah tanpa tergesa, tas selempang kecil yang menggantung di bahunya sesekali bergerak mengikuti irama langkah kakinya, pandangannya lurus ke depan, seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Phoenix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang