A moment af silence

118 17 2
                                    

Limario berjalan menuju galeri setelah membeli makan malam untuk dirinya sebuah onigiri yang akan menjadi makan malam sederhana malam ini, ia berjalan perlahan memasukkan tangan kirinya ke dalam saku hoodie hitam yang ia kenakan, sementara tangan kanannya memegang plastik berisi makanan, limario menikmati hembusan angin malam yang menerpa rambut pirangnya.

Malam itu terasa begitu dingin tubuhnya sedikit merinding, jalanan yang sepi dengan beberapa lampu yang mulai padam karena larut malam menciptakan suasana yang tenang, limario tersenyum kecil dalam hati menikmati momen hening, sneaker new balance yang ia kenakan menginjak permukaan jalanan yang basah.

Langkahnya terhenti saat ia mendengar suara tangisan pelan dari arah sebuah taman, dengan rasa penasaran dirinya berjalan pelan menuju suara itu, ia melihat seorang wanita duduk dengan kepala tertunduk rambut panjang menutupi wajahnya, limario berhenti sejenak kemudian mundur perlahan setelah mendengar suara tangisan yang semakin jelas.

"Oppa..." suara familiar itu membuat limario berhenti dan menoleh, ternyata itu jennie yang sedang berjalan ke arahnya dengan wajah yang terlihat sangat berantakan jennie mengenakan abstrak heart sweater jaqualine dan tuxedo short saint laurent

Limario memundurkan langkahnya saat jennie semakin mendekat, matanya menatap tajam ke arah jennie yang tampak terisak dengan wajah sembab.

"Kenapa oppa menjauh?" tanya jennie, merasa bingung dengan sikap limario yang terus menghindar dirinya

"Kau darimana, maaf aku hanya sedang sedih jadi aku duduk di sini sebentar, bisakah oppa menemani aku?" tanya jennie, menatap limario dengan mata penuh harapan, namun limario hanya diam melirik jennie sebentar sebelum memalingkan wajahnya

Jennie menelan ludah, menyadari bahwa limario menolaknya untuk kesekian kalinya, ia tersenyum kecil memandang limario yang terlihat begitu segar di matanya, rambut pirangnya berkilau ketika tersorot oleh cahaya kuning lampu taman.

"Segera pulanglah, onigiri yang kau beli tidak akan enak jika terkena udara luar, aku akan di sini sebentar, setelah itu aku akan pulang," kata Jennie, melirik kresek putih yang berisi makanan dari supermarket, tempat biasa limario berbelanja jennie sudah sangat tahu makanan favorit limario, karena pria itu hampir setiap hari membeli onigiri dari sana

Limario memandang jennie sejenak, meskipun ia berniat untuk pergi, pandangannya tetap tertuju pada jennie yang duduk kembali di bangku taman terlihat memelas, jennie menyadari betapa limario begitu rajin berolahraga, meskipun ia tak pernah melihat langsung langsung badan atletis limario membuat hennie terpesona, ia kembali tersenyum getir, duduk dengan kaki yang menyilang mencoba menenangkan pikirannya.

Jennie memejamkan matanya merasakan dinginnya udara malam yang menerpa wajahnya, ia merasa tertekan oleh konflik yang terjadi di rumahnya, ayahnya yang sangat protektif terus mendesaknya sementara ibunya berusaha membujuk ayahnya hingga bertengkar, debat antara orang tuanya membuat jnnie kesal dan merasa marah pada dirinya sendiri sehingga ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan berjalan-jalan di sekitar komplek.

"Jika aku ke seoul bagaimana aku bisa bertemu dengan limario?, apakah dia akan tetap berada di sana selama aku kuliah, aku akan tetap tinggal di seoul setelah kuliah selesai, apakah aku tidak akan bertemu dengannya lagi?" pikir jennie, merasakan kebingungannya semakin mendalam

"Mengapa dia terus menutup diri dariku, begitu jelas dia menolak dengan kasar, tapi kenapa aku masih menyukainya, ah ini membuatku gila" gumam jennie, bangkit dari duduknya setelah hampir satu jam termenung di taman

Jennie berjalan pelan dengan sandal yang ia pakai, tangan memeluk tubuhnya yang terasa dingin karena angin malam, ia bersenandung kecil sambil melangkah menuju rumahnya yang hanya beberapa meter lagi.

Phoenix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang