Homeplus
21.44 pm
limario sedang berjalan menyusuri lorong-lorong dingin, makanan, hingga akhirnya ia berhenti di depan rak onigiri ia memegang sebuah onigiri salmon.
"Duh mom, kenapa menyuruhku pergi ke supermarket malam-malam sih?" gerutu jennie, sambil melangkah
Limario menoleh melihat jennie rambut hitam panjang yang tergerai, mengenakan jaket kulit hitam, berjalan menuju lorong yang sama, wajah jennie tampak sedikit lebih serius, dengan wajah yang terlihat marah dan dingin.
Tanpa sadar limario terus memandanginya, sesaat, jennie menoleh dan langsung menangkap pandangan limario. ekspresinya berubah, sedikit terkejut, kemudian diikuti dengan tatapan tajam.
"Kenapa kau melihatku?" suara jennie terdengar ketus, bahkan sedikit menggigit, wajahnya menunjukkan ketidaksenangan, meski ada sesuatu di matanya yang menunjukkan bahwa dia tidak sepenuhnya marah.
Limario terdiam, kebingungan dengan situasi yang tiba-tiba muncul, dia tidak sengaja melihat jennie, namun ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatnya penasaran.
"Ah... maaf" jawab limario, berusaha tenang, meskipun di dalam hatinya ia bertanya-tanya, ada apa dengan jennie malam ini, jennie mendengus, tampak kesal
"Apa kau mau mengatakan sesuatu?" tanya jennie lagi, namun kali ini suaranya terdengar lebih tajam, seakan dia menunggu penjelasan
Jennie mendengus lagi, namun kali ini sedikit lebih pelan. dia melempar pandangan ke arah onigiri yang ada di tangan limario, lalu kembali menatapnya dengan ekspresi yang sedikit lebih lembut.
"Kenapa kau terus membeli onigiri?" tanya jennie dengan nada marah sambil memandang limario,
"Apa masalahnya kalau aku suka beli onigiri?" jawab limario
Jennie mengerutkan kening mendengar jawaban tersebut, ia tahu bahwa limario sering membeli onigiri, tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa aneh setiap kali melihat pria itu menikmati makanannya. mungkin karena ia sendiri tidak terlalu paham mengapa limario begitu menyukai onigiri, atau mungkin karena ada hal lain yang lebih mendalam yang tak ia ketahui, ia merasa aneh melihat pria itu terus-menerus membeli makanan yang sama.
"Kenapa selalu onigiri?" tanya jennie lagi, kali ini dengan nada lebih tajam
"Bukankah ada banyak makanan lain yang lebih baik daripada itu?"
limario melihat tatapan jennie yang tajam membuatnya merasa sedikit tidak nyaman, meskipun ia berusaha untuk tidak menunjukkannya, ia mengalihkan pandangannya,
"Baiklah," kata jennie akhirnya, sambil memutar bola mata dengan malas, ia merasa frustrasi karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, namun, ia tidak ingin melanjutkan percakapan yang hanya akan berujung pada kebingungan lebih lanjut.
Liimario berjalan keluar dari pintu otomatis supermarket dengan langkah santai begitu melangkah keluar, ia mendapati bahwa jennie sedang berjalan di depannya, tampak sedikit terburu-buru, dengan langkah-langkah yang cepat dan tegap.
Meski keduanya menuju arah yang sama, mereka menjaga jarak yang cukup jauh limario, yang biasanya lebih suka menyendiri, tidak merasa terganggu dengan jarak itu, meskipun ia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa penasaran tentang apa yang terjadi dengan jennie.
“Duh, dasar! apakah dia tidak mengerti atau emang bodoh?" jennie membentak dalam hati, kesal luar biasa
Jennie melangkah cepat masuk ke dalam rumah, pintu ditutup dengan sedikit keras, perasaan jennie masih mendidih, tidak puas dengan jawaban yang diterima dari limario, yang terkesan acuh tak acuh terhadap segala sesuatu yang ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix
Teen FictionIn the darkness of the silent night, I was overcome with fear, unable to do anything but remain still. Until one day, a smile graced my stiff lips, as your smile brought light into my world.