When he withdrew his heart from that purpose, I addressed the anxious and senseless Ashvatthama and said, "He who is always regarded as the foremost of all human beings, that wielder of gandiva, that warrior having white steeds yoked unto his car, that hero owning the prince of apes for the device on his standard, that hero who, desirous of vanquishing in a wrestling encounter the god of gods, the blue-throated lord of Uma, gratified the great Shankara himself, that Phalguna than whom I have no dearer friend on earth, that friend to whom there is nothing that I cannot give including my very wives and children, that dear friend Partha of unstained acts, never said unto me, O brahmana, such words as these which thou hast uttered.
Ketika ia menarik hatinya dari tujuan itu, aku menyapa Aswatama yang gelisah dan tak berakal sehat dan berkata, "Ia yang selalu dianggap sebagai yang terdepan di antara semua manusia, pemegang gandiva, prajurit yang mengikat kuda putih pada keretanya, pahlawan yang menjadikan pangeran kera sebagai alat di panjinya, pahlawan yang berhasrat menaklukkan dewa dari para dewa, penguasa Uma yang berleher biru dalam pertarungan gulat, memuaskan Shankara yang agung itu sendiri, Phalguna yang tiada sahabat yang lebih kusayangi di bumi ini, sahabat yang kepadanya tiada yang tidak dapat kuberikan termasuk istri-istriku dan anak-anakku, sahabat terkasih Partha yang tindakannya tak ternoda, tidak pernah berkata kepadaku, O brahmana, kata-kata seperti yang telah kau ucapkan.
------ Krishna to Aswatama
------- Sauptika Parva, Mahabharata By Kisari Mohan Ganguli
When he gave up all such intentions, I spoke these gentle words to the insensible Ashvatthama. 'He is regarded as the supreme one among gods and humans. He is the wielder of Gandiva, the one with the white horses. The supreme of apes sits astride his standard. He is Jishnu. He defeated and satisfied Shankara, the one with the blue throat and Uma's consort, the god who is the lord of the gods, himself in a duel. There is no other man on earth whom I love as much. There is nothing that I cannot give him, even my wives and sons. O brahmana! He is unblemished in his deeds Even such a well-wisher like Partha has never spoken such words to me earlier, the likes of which you have spoken.
Ketika ia melepaskan semua niat tersebut, aku mengucapkan kata-kata lembut ini kepada Aswatama yang tidak peka. 'Ia dianggap sebagai yang tertinggi di antara para dewa dan manusia. Ia adalah pengguna Gandiva, yang memiliki kuda-kuda putih. Yang tertinggi di antara para kera duduk di atas panji-panjinya. Ia adalah Jishnu. Ia mengalahkan dan memuaskan Shankara, yang memiliki tenggorokan biru dan permaisuri Uma, dewa yang merupakan penguasa para dewa, sendiri dalam sebuah duel. Tidak ada pria lain di bumi yang aku cintai sebanyak ini. Tidak ada yang tidak dapat kuberikan kepadanya, bahkan istri-istriku dan anak-anakku. Wahai brahmana! Ia tidak ternoda dalam perbuatannya. Bahkan seorang yang bermurah hati seperti Partha tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu kepadaku sebelumnya, seperti yang telah kau ucapkan.
----- Krishna to Aswatama
------ Sauptika Parva [Aishika Prava], Mahabharata BORI CE
****
Indraputra melanjutkan berjalan ke arah utara, menuju puncak Himalaya.
Savyasachi dengan cepat memasuki hutan yang penuh dengan tumbuhan berduri. Meski merasakan ujung tajam menggores kulitnya berkali-kali, tapi Jishnu dengan mudah mengabaikannya. Di sisi lain, hutan itu juga penuh dengan bunga dan buah, serta dihuni banyak burung yang belum pernah ia lihat.
Arjuna menggunakan pedangnya untuk membuka jalan setapak, sambil menjaga keseimbangannya di tanah berbatu. Ketika Arjuna tidak lagi merasakan kehadiran manusia lain sejauh pengawasan indranya, suara cangkang keong dan genderang terdengar dari surga. Hujan bunga yang lebat jatuh ke tanah dan awan sejenak menutupi cahaya matahari yang menyengat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabharata What If 2: Mahanayak's Name
أدب تاريخي[Lanjutan dari Mahabharata What If 1: Arjun Gets Attacked in Dyut Sabha] Setelah tragedi Dyut Sabha, Arjuna menyadari ada satu hal yang berubah. Atau, bahkan jika Partha hanya menginginkan kedamaian, Madhava harus memastikan perang besar terjadi. Mo...