Erine memandang Lana yang berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat. Tatapan temannya itu penuh rasa ingin tahu yang sulit diabaikan. Pertanyaan barusan seperti petir yang menyambar, membuat hati Erine berdetak lebih cepat. Apalagi ini ya TUHAN... Erine mulai merenungi nasibnya. Kemarin Delyn dan sekarang Lana. Besok siapa lagi?? Erin udah siap nangis malam ini.
"Kamu udah akrab banget ya sama Kak Leon?" ulang Lana, kali ini dengan nada yang lebih tajam.
"Hah? Maksudnya apa?" Erine mencoba terdengar santai, meski ia tahu suaranya sedikit bergetar.
Lana mendekat selangkah, matanya memicing curiga. "Kemarin, setelah latihan selesai, waktu pulangan, aku lihat kamu masuk ke mobil Kak Leon."
Darah Erine seperti membeku. Ia meneguk ludah, berusaha meredakan gemuruh di dadanya. Benar, kemarin ia memang pulang bersama Leon, tapi bukan karena keinginannya. Pria itu memaksanya dengan alasan "ingin berbicara penting". Namun bagaimana cara menjelaskan hal itu tanpa membuat situasi semakin ambigu?
Jika kemarin dia bilang ke Delyn bahwa dia panggil Leon untuk diberi arahan, sekarang dia gak mungkin menggunakan alasan itukan!!
"Eh, itu..." Erine mencoba mencari kata-kata, tetapi lidahnya seperti terikat.
Lana mengangkat alis, menunggu jawaban.
"Dia cuma-" Erine menarik napas panjang, mencoba menjaga ketenangan. "Dia cuma nawarin tumpangan karena aku gak jadi dijemput." Erine menghela nafas lega. Seharusnya ini bisa sedikit masuk akal kan!
"Oh, jadi kalian dekat banget sampai dia rela nganterin kamu?" Lana tersenyum kecil, tapi jelas ada nada menggoda di dalamnya.
Erine menggigit bibirnya, merasa terpojok. Ia tahu Lana bukan tipe yang mudah dibohongi. Tapi bagaimana menjelaskan kalau ini bukan soal kedekatan, melainkan karena Leon sering bertindak di luar batas?
"Bukan gitu, Lana." Erine akhirnya mencoba mencari cela yang masuk akal. "Kak Leon memang nawarin tumpangan, dan aku gak enak untuk nolaknya. Kalau misal kamu ditawari tumpangan sama dia, kira-kira kamu berani nolak gak?"
Mata Lana membulat sedikit, kemudian dia bergidik ngeri "Kalau aku juga gak berani nolak sih,"
"Nah itu," Sambar Erine cepat. "Aku gak berani menolaknya. Akhirnya aku ikutin aja, walaupun di mobil-"
"Pasti tegang banget ya?"
"Banget," Erine menghindari tatapan Lana, tangannya meremas tepi baju latihannya. Dia berharap Lana dan mencurigai alasannya. "Kamu tau sendiri dia gimana kan!"
Lana menganguk, keningnya kelihatan berkerut dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melewati Batas ||ORINE||
Hayran KurguRasa bisa datang tanpa izin, tidak tau tempat kondisi dan situasi