Anna sedang berada di taman belakang rumah Jay, mencoba menenangkan pikirannya dengan udara segar. Namun, ketenangannya tidak bertahan lama ketika ia mendengar langkah-langkah kaki mendekat. Ia berbalik dan melihat Jay dengan ponsel di tangannya, tersenyum kecil.
"Ada yang harus kau dengar" katanya sambil mendekati Anna dan menyerahkan ponselnya.
Anna mengambil ponsel itu dengan ragu dan mendengar suara Niki dari seberang telepon. "Kak, aku bertemu dengan seseorang hari ini yang katanya mengenalmu. Dia cukup ramah, tapi aku merasa aneh karena dia tahu banyak tentang kita"
Darah Anna berdesir. "Siapa orang itu, Niki ?" tanyanya dengan nada mendesak.
"Namanya aku lupa, tapi dia bilang dia temanmu"
Jay menatap Anna dengan tatapan penuh arti, tangannya terlipat di depan dada. "Temanku, tentu saja" katanya sambil tertawa kecil.
Anna mengembalikan ponsel itu dengan tangan yang gemetar. "Kau tidak ada hak untuk mendekati Niki" katanya tajam, matanya berkaca-kaca.
Jay hanya mengangkat bahu, senyumnya tidak pernah hilang. "Aku hanya memastikan dia aman. Tidak ada salahnya, bukan ?"
Anna merasa napasnya tersendat. Ia tahu Jay hanya ingin menunjukkan bahwa ia memiliki kendali penuh, tidak hanya atas dirinya tetapi juga atas Niki. Dan itu adalah ancaman yang lebih nyata daripada apa pun yang pernah ia bayangkan.
Anna menatap Jay dengan mata yang berkilat marah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Kau tidak perlu melindunginya" katanya dengan nada tegas, meski suaranya sedikit bergetar. "Biarkan dia hidup normal, Jay. Jangan bawa dia ke dalam kekacauan ini"
Jay tertawa kecil, tetapi tawanya dingin, seperti angin yang menusuk kulit. "Kekacauan ?" ulangnya sambil mendekati Anna. Matanya menatap dalam ke matanya, penuh kendali. "Aku tidak melihat ini sebagai kekacauan, Anna. Kau milikku dan itu berarti keluargamu juga ada di bawah perlindunganku"
Anna mundur selangkah, tetapi Jay mengikutinya, mengurangi jarak di antara mereka. "Kau seharusnya berterima kasih" tambahnya dengan suara rendah, seperti bisikan yang menusuk.
"Berterima kasih ?" Anna hampir tidak bisa percaya dengan apa yang ia dengar. "Berterima kasih karena kau telah membuat hidupku semakin rumit ? Karena kau menyeret adikku ke dalam semua ini ?"
Jay menyentuh dagu Anna dengan lembut, tetapi ada kekuatan di balik sentuhan itu. "Aku tidak menyeret siapa pun" katanya. "Aku hanya memastikan kau tetap di sini. Kalau itu artinya aku harus melindungi adikmu, maka itulah yang akan kulakukan. Tapi, Anna jangan pernah berpikir untuk melawan. Aku bisa sangat meyakinkan jika kau mencoba"
Jay menghela napas panjang, seolah mencoba meredam emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Tangannya masih menempel di dagu Anna, namun kini sentuhannya menjadi lebih lembut. "Sudah cukup" katanya akhirnya, dengan nada yang lebih tenang namun tetap tegas. "Hari ini aku tidak ingin berdebat denganmu, aku ingin kau menemaniku ke suatu tempat"
Anna memandangnya dengan curiga, tetapi ia tahu bahwa melawan hanya akan memperburuk situasi. Dengan berat hati, ia mengangguk pelan. Jay tersenyum tipis, hampir seperti lega, sebelum melepaskan tangannya dan mengarahkan Anna keluar dari ruangan.
***
Jay membawanya ke sebuah taman kota yang ramai, dipenuhi lampu warna-warni yang menggantung di sepanjang jalan. Anak-anak kecil berlarian di antara kerumunan, sementara pasangan-pasangan duduk di bangku taman, berbicara dengan bisik-bisik sambil tertawa kecil. Di kejauhan, seorang musisi jalanan memainkan gitar, menambah suasana yang terasa hidup namun damai.
Anna mengerutkan kening, bingung dengan pilihan tempat ini. Tidak seperti Jay, pikirnya. Pria itu lebih suka tempat sepi yang memberinya kendali penuh. Namun, saat dia menoleh ke arah Jay, ia melihat sesuatu yang berbeda. Mata Jay tidak lagi dipenuhi ketegangan atau obsesi. Sebaliknya, ia tampak tenang, bahkan hampir... manusiawi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master ft Jay Park of Enhypen
Fanfiction"You are my escape so don't ever leave me" - Jay Park.