- 14 -

491 72 19
                                    

Happy reading~

****

Karena kemungkinan operasi Taeha masih berlangsung lama Taehyung memutuskan untuk ijin pergi ke kafetaria rumah sakit untuk mencari kopi.

Taehyung mendudukan dirinya di salah satu kursi yang paling dekat dengan dirinya, segelas kopi yang masih mengepulkan uap panas Ia letakan di meja bundar di depannya.

Hazelnya yang tampak kelelahan menatap gelas kopi di depannya dengan tak fokus. Hanyut akan lamunannya hingga Taehyung tak sadar kini Jungkook sudah berada di depannya.

Obsidian gelapnya memperhatikan Taehyung yang tengah melamun. Dengan pelan di tariknya kursi yang ada di depannya, sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apapun itu. Dan untungnya berhasil.

Jungkook mendudukan dirinya di depan Taehyung. Dalam diam diperhatikannya Taehyung yang masih belum sadar akan kehadirannya.

Rasa bersalah dan penyesalan yang selama ini menghantui Jungkook seolah menyeruak ke permukaan saat ini. Membludak bagai air bah yang menghancurkan pertahanan Jungkook.

Andai saja dulu Jungkook lebih berani, andai saja dulu Jungkook tidak mementingkan egonya sudah pasti Ia akan bahagia bersama Taehyung kan sekarang.

Apa ini yang Taehyung rasakan dulu saat mengejarnya dulu? Mengejarnya agar membalas perasaan pemuda itu, berjuang seorang diri tanpa henti hanya agar Jungkook melirik pada hatinya.

Jungkook berdecih, tentu saja yang dirasakan Jungkook sekarang tidak akan pernah sebanding dengan yang Taehyung rasakan 5 tahun lalu. Setidaknya saat ini Taehyung dengan tegas menolaknya. Mempertegas Jungkook untuk tidak melanjutkan perasaannya pada Taehyung.

Namun apa yang Jungkook lakukan 5 tahun yang lalu pada Taehyung adalah pria itu tidak memberi kepastian bagaimana perasaannya namun dirinya tetap memberi harapan, lebih parah lagi Jungkook lebih memilih dekat pada Taeha. Kurang brengsek apa coba Jungkook, mengingatnya sekarang hanya membuat Jungkook ingin memukuli dirinya sendiri.

"Sedang apa kau disini? "

Tanpa sadar Jungkook juga ikut melamun, pria itu tersentak saat suara datar Taehyung terdengar di telinganya.

Jungkook menatap Taehyung yang kini tengah menatap datar dirinya. Ah mata Taehyung begitu cantik, dari dulu hingga sekarang mata itu selalu membuat Jungkook terkesima. Yang membedakan dulu mata itu menatap hangat pada Jungkook dan sekarang hanya tersisa rasa dingin di hazel itu untuk Jungkook.

Tak apa, Ia pantas mendapatkannya.

"Aku ingin menemuimu, " Jujur Jungkook.

Taehyung yang mendengar itu hanya tersenyum, bukan senyum bahagia. Senyum Taehyung jelas menyiratkan bahwa Taehyung lelah, bungsu Kim itu menunduk jarinya meraih gelas kopi untuk Ia mainkan. Gelas kopi yang isianya masih penuh itu kini tak menarik lagi di mata Taehyung.

Senyum itu Jungkook jelas melihatnya dan tau apa artinya, meski begitu Jungkook seolah buta akan senyuman lelah Taehyung. Jungkook masih ingin berjuang untuk mendapatkan sosok di depannya, Jungkook masih berharap Taehyung masih menyimpan rasa padanya, tak apa walau sedikit.

"Taehyung-ah, " Jungkook langsung menggenggam erat tangan Taehyung saat melihat pria Kim itu bangkit dari duduknya hendak pergi.

Namun Taehyung tak menggubris sama sekali. Dengan kasar disentak nya tangan yang menggenggam tangannya setelahnya melangkah pergi meninggalkan Jungkook seorang diri.

Jungkook menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, matanya tersembunyi apik di balik jemari yang kini tampak begitu rapuh itu. Senyum kecil terulas di bibirnya, senyuman miris yang tampak begitu menyedihkan.

Bibir yang masih mengulas senyum itu perlahan bergetar, berbarengan dengan lelehan air mata yang mengalir di balik jemari yang menutup mata. Isakan kecil lolos di bibir tipisnya namun dengan cepat Jungkook menggigit kuat bibirnya. Mencegah lebih banyak suara untuk keluar.

Sakit. Hatinya luar biasa sakit. Kenapa penolakan rasanya sesakit ini? Rasanya begitu sesak hingga membuatmu sulit untuk sekedar menarik nafas. Jungkook meremat kaos bagian dadanya erat, tak tahan akan rasa sakitnya tangisan pilu pun keluar dari bibir Jungkook.

Taehyung yang memang belum pergi sepenuhnya pun mendengar tangisan Jungkook. Pria itu menyandar di tembok tepat di samping pintu keluar, Taehyung menunduk untuk menatap sepatu yang di kenakannya.

Sejatinya perasaan Taehyung pun masih sama besarnya seperti dulu, sebesar apapun luka yang Jungkook torehkan pada hatinya nyatanya perasaan Taehyung tak memudar sedikitpun.

"Maaf Kook-ah, " Bisik Taehyung pelan, setetes air mata jatuh bersamaan dengan kakinya yang melangkah menjauh.

****

JiMin menatap sang sahabat, sekembalinya dari kafetaria Taehyung hanya diam dan menunduk sedari tadi.

"Tae—

Ucapan JiMin terputus kala maniknya menatap Jungkook yang baru saja kembali. Padahal pria itu sudah pergi sedari tadi dan yang membuat JiMin terkejut adalah mata bengkak Jungkook.

'Apa dia baru saja menangis? ' pikir JiMin.

Lantas atensi nya kini teralih pada Taehyung yang juga bersikap aneh.

" Eomma aku pamit pulang ya, Taera katanya menangis dan tidak bisa ditenangkan, kabari aku jika operasinya sudah selesai. " Ujar Jungkook pada Mrs. Kim.

Mrs. Kim yang mendengar nya pun menjadi khawatir, "Apa cucuku baik-baik saja? " Tanya Mr. Kim yang kini mendekat pada Jungkook.

Jungkook mengangguk, "Aku akan memeriksanya. "

"Pulanglah Jungkook-ah, hati-hati di jalan. Kabari Eomma jika sudah sampai. " Ujar Mrs. Kim

Jungkook mengangguk kemudian berbalik.

"Aku pergi Jimin-ah. " Ujar Jungkook tepat di depan JiMin.

Dan semakin yakinlah JiMin bahwa benar Jungkook habis menangis, melihat betapa bengkak nya mata itu.

"Hati-hati." Balas JiMin.

Jungkook tersenyum, maniknya sempat melirik pada Taehyung yang masih betah menunduk. Tangannya terulur untuk mengelus surai halus itu dengan pelan.

"Aku pergi." Bisiknya pelan kemudian melangkah pergi dari sana.


****

Tbc ah.

Ga kuat banget nulis angst sekarang napa ya😫 btw udah ya guys jan bully Jungkook lagi, kasian😔

SEE U | KookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang