Prilly POVDi kelas gue bener-bener gak mood untuk menyimak pelajaran Geografi sebaliknya gue ingin menulis diary. Jika pelajaran terasa ngebosenin seperti sekarang ini biasanya gue menulis diary. Gritte teman sebangku gue sering protes dengan kebiasaan gue ini. Dia trauma bawa-bawa diary ke sekolah, diarynya pernah hilang dan suatu hari dibaca teman-teman sekelas. Semoga aja gue gak , haha Amin.
Dalam diary gue tulis..
Sabtu, 8 February 2015
Dear diary..
Diary, sempat timbul dalam benakku beberapa pertanyaan :
1. Untuk apa gue memimpikannya sementara dia belum tentu mengingatku?
2. Apa yang dia rasakan jika bertemu denganku? Gue ragu sepertinya dia gak merasakan gemuruh yang gue rasakan saat kami bertemu?
3. Mengapa gue merasa perlu memahaminya sementara dia belum tentu ingin memahamiku?
4. Gue selalu menuliskan namanya disetiap lembar diary gue. Menceritakan bahwa gue bertemu dengannya bahwa dia lewat di depan rumah gue. Tapi belum tentu dia juga mengukir nama gue dalam benaknya dan menuliskan semua tentang gue disana.
5. Gue ingin selalu bersamanya dalam setiap langkah gue, gue slalu ingin melihatnya bertemu dan menatapnya meski sesaat. Harusnya gue tau belum tentu dia menginginkan hal yang sama.
6. Kenapa gue ingin tau segala tentangnya sementara dia tidak pernah peduli padaku.
7. Mengapa gue slalu membayangkan wajahnya, senyumnya, meski itu bukan untuk gue.
8. Mengapa gue selalu mengaguminya, menyanjungnya?
Diary, baru kusadari begitu menyakitkan mencintai seseorang namun orang itu bahkan tidak menanggap bahwa kita ada. Lantas untuk apa gue tetap melakukan hal itu? Gue tak bisa menjawab pertanyaan itu sebab gue tak tau jawabannya.
Tadi gue ketemu Ali yahhh seperti biasanya gak ada senyuman, sapaan, bahkan melirikku pun tidak. Dia seperti tak pernah mengenal gue. Betapa sakit hati ini.
••••••
"Prilly Latuconsina" dipanggil Bu Ami di ruang BK" ucap seorang pegawai TU sesaat setelah memasuki kelasku.
Gue bingung kenapa gue dipanggil? Ada masalah apa? "Ada Ibu kamu di ruang BK" ucapnya seolah menjawab pertanyaanku. Tanpa berpikir panjang gue izin keluar kelas menemui Ibu gue. Dalam hati gue bermain tebak-tebakan Ibu gue yg mana? Mama atau Bunda?
Mama adalah Ibu kandung gue, Bunda adalah Ibu angkat gue. Bukan ibu angkat karena papa gue punya 2 istri tapi karena Papa ayah kandung gue sering di tugaskan ke luar kota. Seperti sekarang ini beliau mutasi ke Jakarta. Otomatis Ibu dan Raja ikut di boyong kesana. Namun gak dengan gue. Gue bersikeras untuk tetap tinggal disini, sekolah disini, di Tangerang kota kelahiranku. Sehingga mau gak mau gue butuh orang yg merawat sekaligus mendampingi gue. Alhasil Mama dan Papa menitipkan gue ke Bunda adik kandung Mama karena kebetulan sampai saat ini mereka belum juga dikaruniai seorang anak jadilah Bunda dan Ayah menganggap gue seperti anaknya sendiri.
"Haii Prilly" sapa Mama gue ramah sembari tersenyum manis. Gue senyum lebar. Pengin banget gue teriak memanggil Mama lalu memeluknya erat. Menumpahkan seluruh kerinduan gue dalam dekapannya.
"Haii juga Mama" jawab gue sambil mencium punggung tangan Mama dan dibalas dengan ciumannya di kening gue. Ya Tuhan aku merindukannya. Benar- benar merindukan ciuman lembutnya.
"Ada apa Mama? Tumben datang gak ngasih kabar dulu?" tanya gue penasaran.
"Ada sesuatu yang harus kamu tau nak dan ada satu lagi yang paling penting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate U Love U (aliando prilly)
FanfictionBenci bisa berubah menjadi rasa Cinta yg begitu besar. Ali Argianta Syarief adalah teman masa kecil Prilly Aurora Latuconsina. Awalnya mereka berteman akrab yg tidak mudah untuk dipisahkan. Hingga pada akhirnya salah satu dari mereka memiliki perasa...