Chapter : 15

2.4K 168 0
                                    

Ali POV

"Halloo!" angkat gue asal tanpa melihat nomor penelponnya.

"Elo dateng ke markas sekarang kalo berani. Ini pertandingan terakhir sebelum Elang Emas!" ujar sebuah suara laki-laki di ujung telepon bernada mengancam.

"Ooo jadi lo nantang gue?! Berani banget ya saking beraninya sampe nantang aja lewat telepon. Hahaha." ejek gue.
"Ogah ah! Males! Ngantuk gue!" lanjut gue.
Klik. Gue matikan sambungan itu.

Sebenarnya sih gue gak ngantuk, baru juga jam setengah sembilan. Tapi feeling gurme udah gak enak. Gue merasa ada rencana buruk disana.

Tiba-tiba
Tok tok tok
Ada yang mengetuk pintu kamar gue disusul suara,..

"Li, udah tidur belum? Temenin papa main PS yuk" ajak papa.
Tumben Papa nantangin maen PS , pikir gue.

"Oke pa" sambil membuka pintu kamar gue. "Siapa takut, paling juga ntar Ali yang menang!" lanjut gue tersenyum lebar.
Kami berdua menuju ruang tengah tempat playstation itu berada.

"Halah sombongnya" tukas Papa sambil merangkul pundak gue.
Bener aja gue kalah. Papa unggul sejak awal permainan.

Sial

Main PS aja bisa dikalahin sama Papa yang hitungannya cuma sebulan sekali main beda dengan gue, sehari beberapa kali main.

"Makanya jangan menyepelekan lawanmu,  meskipun kamu tau kemampuan kamu lebih tinggi daripada dia" nasihat Papa gue bijak sambil menepuk-nepuk bahu gue pelan.

"Iya pa," gue tersenyum lebar.

"Iya kalo ternyata kamu beneran unggul, kalo ternyata lawanmu punya skill  tersembunyi gimana? Kayak papa gini contohnya." lanjutnya.

Deg.

Gue merasa tersindir dengan ucapan Papa.
Gue menghubungkan dengan Elang Emas. Gila! Bener banget! Gue gak boleh sekalipun ngeremehin lawan-lawan gue.

"Li, Papa masih ngomong sama kamu, eh malah bengong aja!" ujar Papa ngagetin gue.

"Ali ngantuk Pa. Aku ke atas dulu ya Pa!" kata gue lantas beranjak meninggalkan Papa.

Gue masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan tubuh gue ke tempat tidur.
Gue ngantuk tapi gue masih kepikiran sama omongan Papa tadi. Gak lama gue sudah berada di alam mimpi.

Di sekeliling gue putih. Semuanya putih seperti tertutup kabut tebal. Tiba-tiba muncul sepasang ayunan yang sangat gue kenal. Ada seorang gadis kecil bermain disana. Gadis kecil berkuncir dua. Gue sangat mengenalinya. Prilly.
Dia tidak sendiri ada seorang lelaki kecil disana. Itu gue. Yah gue, 9 tahun lalu , bermain ayunan dengan Prilly.

"Ali! Ali akan selalu sama Ily kan? Jangan biarkan Ily jauh dari Ali ya? Ily takut.." ujar gadis kecil di samping gue penuh harap.
"
Takut kenapa?" tanya gue.

Hate U Love U (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang